MALANG POSCO MEDIA – Harga eceran LPG melon atau 3 Kg resmi naik Rabu (15/1) kemarin. Dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat, terutama para pelaku usaha mikro.
Salah satunya seperti yang disampaikan oleh Siti Halimah, pelaku usaha mikro di Buring, Kedungkandang, Kota Malang. Ia mengeluhkan harga LPG ini naik di tengah naiknya harga bahan pokok lain yang terjadi beberapa waktu terakhir ini.
“Saya beli harganya Rp 20 ribu, itu saja saya sudah tipis keuntungannya. Apalagi sekarang naik, makin tipis nanti untungnya. Cabai, beras, sekarang mahal, ini cabai saja masih Rp 100 ribuan. Terus nantinya gimana, ya saya bertahan saja bisanya,” keluh Siti, ditemui Malang Posco Media, Rabu (15/1) kemarin.
Siti menyebut, keluhan ini juga dirasakan oleh teman-teman pedagang lainnya. Bahkan juga tetangga dan masyarakat yang biasa ia temui. Rata-rata semuanya mengeluhkan kenaikan ini karena dilakukan di saat yang kurang tepat. Belum lagi, di sekitar tempat berjualannya maupun di rumahnya jauh dari pangkalan LPG yang menjual LPG lebih murah.
“Pangkalannya di sini agak jauh dan kalau di pangkalan itu ada jamnya. Nah sedangkan kami di kaki lima ini kan butuhnya sewaktu- waktu. Memang saya tidak berani stok banyak, karena daripada nyetok, mending buat beras atau bahan untuk dijual,” tambah Siti yang sehari-harinya berjualan lalapan ini.
Dengan adanya kenaikan harga LPG ini, Siti mengaku tidak berani menaikkan harga lalapan yang biasa ia jual. Ia khawatir pelanggannya beralih ke warung lain yang juga cukup banyak di sekitarnya.
“Harapan saya sih pemerintah bisa bantu, setidaknya bahan pokok dan LPG ini jangan dinaikkan dulu. Sebenarnya saya itu sudah ‘excited’ punya presiden baru yang kemarin baru saja kasih makan gratis, terus koruptor banyak ditangkapi, tapi kok harga-harga naik begini saya jadi agak ragu bagaimana kedepannya pemerintahan ini,” tutur Siti.
Hal yang sama, juga dirasakan oleh Yulianto, pedagang gorengan di Kendalsari Lowokwaru. Ia mengaku keberatan dengan naiknya harga LPG ini karena kondisi penjualannya masih sepi pasca tahun baru kemarin.
“Naik ya boleh, tapi jangan terlalu. Rp 500 atau berapa, jangan terlalu tinggi (Rp 2.000). Soalnya keadaan sulit sekarang habis tahun baru. Apalagi tiga Minggu lagi ini sudah hari puasa. Hitungannya, orang jadi berkurang untuk belanja tiap harinya. Saya rasa keberatan semuanya,” keluhnya.
Yulianto juga tidak berani menaikkan harga jual gorengannya. Sebab ia khawatir pelanggannya yang rata-rata mahasiswa bakal beralih ke lain tempat karena pelanggannya mencari yang murah. “Apalagi sekarang anak kuliah lagi libur, jualan kebanyakan sepi,” tambahnya.
Sementara itu, terpisah, Pertamina mengimbau agar masyarakat bisa membeli di pangkalan LPG resmi agar bisa membeli dengan harga yang lebih terjangkau.
Area Manager Comm, Rel & CSR, Pertamina Jatimbalinus Ahad Rahedi mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya untuk mengajak pengecer naik kelas menjadi pangkalan, agar dapat melayani masyarakat lebih luas lagi.
Ia menegaskan, pengecer sendiri bukan merupakan rantai jalur distribusi yang diawasi karena tidak berkontrak dengan agen atau pangkalan. Sehingga apabila ingin melakukan pembelian tabung LPG 3 kilogram, disarankan untuk membeli di pangkalan.
“Karena ketika ada salah satu ketentuan yang tidak dipatuhi oleh pihak pangkalan maka akan diberikan sanksi berupa setop alokasi sampai dengan Pemutusan Hubungan Usaha (PHU). Saat ini sudah ada lebih dari dua pangkalan di seluruh desa/kelurahan di wilayah Jatim. Nantinya dengan semakin banyak pengecer yang beralih status menjadi pangkalan resmi, tentu akan semakin mudah dan nyaman bagi masyarakat untuk mendapatkan LPG Bersubsidi 3 Kg,” papar Ahad.
Untuk diketahui, sesuai SK Pj Gubernur Jawa Timur No. 100.3.3.1/801/KPTS/013/2024 harga resmi LPG naik dari Rp 16.000,- menjadi Rp 18.000,-. Pemberlakuan HET baru tersebut murni keputusan Pj Gubernur Jawa Timur tanpa campur tangan Pertamina dengan mempertimbangkan beberapa kondisi. Salah satunya adalah HET di Provinsi Tetangga yakni Bali dan Jateng maupun DIY sudah naik dengan harga yang sama.
Saat ini total pangkalan LPG 3 kilogram se-Jatim mencapai 34.739 pangkalan dengan jumlah 142 pengecer yang sudah naik kelas menjadi pangkalan dan masih ada lebih dari 400 pengecer yang sedang berproses menjadi pangkalan. Untuk stok LPG di Jawa Timur dalam keadaan aman di posisi 9.010 metrik ton dengan rata-rata konsumsi harian 4.668 metrik ton. “Selanjutnya sebagai bentuk pengawasan, kami juga akan terus melaksanakan pendataan pembelian LPG bersubsidi 3 kilogram untuk memastikan adanya data penyaluran dan kewajaran penggunaan terhadap barang bersubsidi,” tutup Ahad. (ian/van)