.
Thursday, December 12, 2024

Histeria Coldplay

Berita Lainnya

Berita Terbaru

​Konser Group band asal Inggris Coldplay yang rencananyadigelar pada 15 November di GBK Jakarta mendatang menyitaperhatian banyak pihak. Antusiasme masyarakat sangat besardalam menyaksikan aksi panggung Chris Martin dengan tata lampu spektakuler seperti dalam kebanyakan show Coldplay di sejumlah negara sebelumnya. Histeria masyarakat menyambutkonser Coldplay ini menjadikan narasi seputar konser berkelasdunia ini membanjiri lini masa.

​Harga tiket pertunjukkan musik ini dibanderol dari 800 riburupiah hingga 11 juta rupiah. Harga tiket itu masih harus dikenaitambahan biaya pajak 15 persen dan fee 5 persen sehingga hargatiket termurahnya menjadi 950 ribu rupiah dan termahalnya 13 juta rupiah. Harga tiket yang terbilang cukup mahal ini sepertitak jadi soal bagi penggemar Coldplay. Dalam beberapa jam saja, tak kurang 50 ribu tiket ludes terjual dalam war ticketkonser ini.

​Rencana konser ini ditentang sekelompok orang karenaColdplay dinilai turut memromosikan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT). Namun arus penolakan konser ini takmembuat para penggemar group musik asal Inggris inibergeming. Justru munculnya penolakan bisa jadi semacampromosi gratis hingga banyak yang penasaran dan berharap bisa menyaksikan aksi panggung band yang beranggotakan Chris Martin, Jonny Buckland, Guy Berryman, dan Will Championitu.

Hipnotis Kerumunan

​Menyimak konser Coldplay di beberapa tempatsebelumnya yang videonya banyak beredar di YouTube, histeriapenonton terjadi saat menyaksikan konser karena beberapaalasan. Pertama, koneksi emosional dengan musik. Coldplay memiliki lagu-lagu yang melibatkan emosi, lirik yang menggugah, dan melodi yang memukau. Penonton seringkalimemiliki koneksi emosional yang kuat dengan lagu-lagutersebut, dan ketika mereka mendengar lagu-lagu favorit merekasecara langsung di konser, emosi itu dapat meledak dengan kuat, menyebabkan reaksi histeris.

Kedua, energi panggung yang tinggi. Coldplay dikenalkarena memberikan penampilan panggung yang energik dan bersemangat. Mereka membawa semangat yang tinggi, antusiasme, dan kegembiraan ke panggung, yang dapat menularpada penonton. Ketika penonton melihat dan merasakansemangat yang dipancarkan oleh band tersebut, itu bisa memicureaksi histeris dan euforia.

Ketiga, interaksi dengan penonton. Chris Martin, sebagaivokalis utama Coldplay, sering kali berinteraksi langsungdengan penonton. Dia mungkin mengajak penonton untukmenyanyi bersama, berdansa, atau melibatkan mereka dalammomen-momen khusus selama konser. Interaksi ini menciptakanhubungan yang lebih dekat antara band dan penonton, sertameningkatkan kegembiraan dan histeria penonton.

Keempat, tata panggung yang spektakuler. KonserColdplay biasa disertai dengan tata panggung yang spektakuler, termasuk pencahayaan yang mengesankan, efek visual, dan elemen panggung yang kreatif. Ketika penonton melihat dan merasakan pengalaman visual yang luar biasa ini akan dapatmemicu kekaguman dan kegembiraan yang intens, yang mungkin berkontribusi pada reaksi histeris.

Kelima, atmosfer yang tercipta di antara penonton. Ketika penonton berbagi pengalaman yang sama dalam konserColdplay, terciptalah ikatan dan atmosfer yang khusus. Semangat yang saling tertular, rasa persatuan, dan kebersamaandalam menikmati musik Coldplay dapat memicu reaksi histerissecara kolektif.

​Secara umum, musik, termasuk musik dari Coldplay, memiliki potensi untuk memengaruhi pendengarnya secaraemosional, psikologis, dan bahkan sosial. Namun, penting untukdiingat bahwa pengaruh musik bersifat subjektif dan dapatberbeda bagi setiap individu. Beberapa orang mungkin merasaterinspirasi, terhibur, atau mendapatkan dukungan dari musiktertentu, sementara yang lain mungkin memiliki reaksi yang berbeda.

Komodifikasi Sosial

​Komodifikasi sosial mengacu pada proses mengubah segalahal yang seharusnya tidak diperdagangkan menjadi objek ataubarang yang dapat diperdagangkan atau dipasarkan. Istilah inisering digunakan dalam konteks hubungan sosial, budaya, atauidentitas manusia. Dalam konteks komodifikasi sosial, nilai-nilai, praktik, atau aspek-aspek lain dari kehidupan sosial yang seharusnya bersifat intrinsik atau tak ternilai diubah menjadibarang yang dapat diperdagangkan atau dikomersialkan. 

​Hal ini dapat terjadi ketika aspek-aspek budaya atau tradisidiubah menjadi objek yang dapat dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Contoh komodifikasi sosial termasukkomersialisasi seni dan budaya, seperti ketika seni musik diubahmenjadi produk-produk yang dipasarkan secara massal. Komodifikasi sosial juga dapat terjadi dalam hal identitas sosial, di mana identitas etnis, gender, atau seksualitas individu menjadiobjek yang dijual atau dipasarkan dalam industri seperti industrimode atau hiburan.

​Kritik terhadap komodifikasi sosial lewat musik termasukkeprihatinan bahwa hal itu dapat mengabaikan nilai-nilai artistikdan ekspresif musik itu sendiri, serta mengarah pada penekananpada popularitas, penjualan, dan pertimbangan komersiallainnya di atas nilai seni yang lebih dalam. Tidak semua musikkomersial harus dianggap sebagai komodifikasi sosial yang merugikan. Masih banyak seniman dan label rekaman yang mampu mempertahankan integritas artistik dan kebebasankreatif mereka di tengah industri musik yang komersial.

​Penting untuk dicatat bahwa manfaat komodifikasi musiktidak selalu merata dan tidak semua pihak terlibat mendapatkankeuntungan yang sama. Banyak artis independen, artis yang kurang terkenal, atau musik dari budaya yang kurang diakuimungkin mendapatkan manfaat yang lebih sedikit ataumenghadapi tantangan dalam memperoleh pengakuan dan imbalan yang layak dari komodifikasi musik.

​Komodifikasi sosial memiliki kaitan erat dengan sistemekonomi kapitalis. Kapitalis adalah sistem ekonomi yang berfokus pada kepemilikan pribadi atas sumber daya dan produksi, serta mengutamakan pertumbuhan ekonomi dan keuntungan finansial. Dalam konteks kapitalisme, komodifikasisosial adalah proses mengubah segala hal, termasuk aspek-aspeksosial, budaya, atau identitas manusia, menjadi objek yang dapatdiperdagangkan dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntunganfinansial.

​Komodifikasi sosial dalam kapitalisme dapat memilikiimplikasi yang kompleks. Di satu sisi, komodifikasi sosial dapatmendorong inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan pemerataanakses terhadap barang dan jasa. Namun, di sisi lain, hal ini juga dapat menyebabkan depresiasi nilai-nilai intrinsik, perdaganganyang tidak adil, eksplorasi komersial yang tidak etis, dan penekanan terhadap keuntungan finansial di atas nilai-nilaisosial dan budaya yang lebih luas.

​Histeria masyarakat menyambut konser Coldplay adalahbukti bagaimana praktik komodifikasi sosial itu terjadi di sekitarkita. Sering tak disadari, justri kita yang menjadi korban darilaku komodifikasi demi ekonomi berlabel kapitalis itu melaju. Sadarilah! (*) 

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img