.
Saturday, December 14, 2024

Homo Religius

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M,Si

Bulan Rajab telah meninggalkan kita. Bulan Rajab merupakan salah satu bulan suci dalam kalender Islam yang memiliki keistimewaan dan keberkahan. Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan suci yang dihormati dalam Islam, bersama dengan Dzul-Qo’dah, Dzul-Hijjah, dan Muharram.

Keistimewaan bulan Rajab bagi umat Islam adalah sebagai bulan pembebasan. Pada zaman Jahiliyah, suku-suku Arab menghormati bulan ini dan mengumumkan gencatan senjata selama periode ini untuk memastikan perdamaian. Setelah Islam datang, tradisi ini dihormati dan dimodifikasi, menjadikan bulan Rajab sebagai bulan yang diberkati untuk mencari keberkahan dan perdamaian.

Sebagai bulan yang Istimewa, yakni mengawali perjalanan menuju Ramadan, bulan suci yang penuh berkah dan ibadah. Umat Islam dianjurkan untuk mempersiapkan diri secara spiritual dan mental selama bulan Rajab untuk menyambut dengan penuh kekhusyukan dan kesadaran akan kehadiran Allah selama bulan Ramadan.

Nilai-Nilai Fundamental

Terdapat nilai fundamental yang sangat istimewa dalam bulan Rajab, yakni memaknai peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai salah satu cerminan Islam rahmatan lil’amin dalam konteks kehidupan beragama maupun berbangsa; Pertama, peristiwa Isra’, adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW di malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsha di Palestina, peristiwa itu memberikan isyarat, bahwa manusia perlu membangun komunikasi horisontal, peristiwa metafisik dan menunjukkan kedekatan Nabi dengan Allah SWT. Komunikasi horizontal atau sosial dari bumi yang satu ke bumi lainnya disimbolkan dari masjid ke masjid, di sini masjid merupakan “simbol” pusat kegiatan keagamaan umat Islam, harus pula ditransformasikan nilai-nilainya di tengah kehidupan sosial atau kemasyarakatan secara nyata.

Umat Islam harus mampu membangun relasi sosial (hablun minan-nas) yang rukun dan harmonis di tengah-tengah kehidupannnya. Bukankah Nabi Muhammad SAW telah menyebutkan “al-dinu mu’amalah”, bahwa agama, salah satu inti ajarannya adalah bagaimana seseorang harus berinteraksi atau berhubungan baik dengan sesamanya. Dengan kata lain, kualitas keislaman seseorang tidak cukup hanya diukur ketika ia berada di dalam masjid. Akan tetapi, bagaimana nilai-nilai ibadah dan kekhusyukan yang telah dilakukannya di dalam masjid itu, diwujudkan pula di luar masjid, yakni ketika berada di lingkungan kerja maupun di tengah-tengah masyarakat, melalui jalinan interaksi, silaturahmi, dan komunikasi yang baik dengan sesamanya, hal ini di sebut sebagai “kesalehan sosial”.

Tidak jarang seseorang sewaktu berada di dalam masjid tampak khusyuk beribadah, namun begitu keluar masjid, nilai-nilai kekhusyukan ibadahnya itu ia tanggalkan. Akibatnya, di tempat kerja maupun di lingkungan masyarakatnya ia melakukan perilaku-perilaku yang justru bertentangan dengan nilai-nilai ibadah yang telah dilakukannya, seperti melakukan korupsi, kecurangan, penipuan, membicarakan aib dan kejelekan orang lain, menebarkan fitnah, hingga memelihara perpecahan dan konflik berkepanjangan.

Model beragama seperti itu jelas merupakan wujud keberagamaan yang semu. Sebab salah satu wujud keberagamaan yang hakiki, ditandai dengan kemampuan seseorang menjalin komunikasi dan interaksi sosial yang baik dengan sesamanya, sesuai dengan akhlak-akhlak luhur yang telah diajarkan dan di contohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW., bahwa prilaku baik merupakan wujud kematangan spiritual dan kesempurnaan iman seseorang.

Peristiwa Isra’nya Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso juga memberi isyarat bahwa antara satu masjid dengan masjid lainnya harus ada sinergi atau kerja sama yang harmonis dalam membangun kegiatan dakwah dan pendidikan keagamaan kepada masyarakat secara luas. Jangan sampai, masjid justru hanya dijadikan sebagai ajang untuk membentuk ideologi sektoral secara eksklusif dan sempit, yang justru merusak jalinan ukhuwah antar umat Islam. Jangan sampai masjid dengan mudah untuk mengkafirkan atau membid’ah kan kelompok lain yang berbeda, masjid dijadikan sebagai tempat menanamkan ideologi politik “keislaman sempit” yang anti Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Na’udzubullahimindzalik.

Kedua, peristiwa Mi’raj, di mana Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsa kemudian naik ke Sidratil Muntaha, berjumpa dengan Allah SWT. Perjalanan spiritual itu memberikan pelajaran penting bagi semua manusia dalam menjalani kehidupannya harus melakukan upaya “transedensi”, yakni mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga terhindar dari jebakan-jebakan materi duniawi yang seringkali membuat manusia kalap dan lupa diri, hingga berani melakukan tindakan-tindakan penyelewengan atau pun pelanggaran hukum yang banyak merugikan orang lain. Sebagai makhluk yang disebut homo religius, manusia harus mampu membangun relasi atau hubungan yang harmonis dengan Tuhannya. Dengan begitu, maka sifat-sifat Tuhan sebagai Dzat yang Maha Pengasih dan sumber kebaikan harus dapat diterjemahkan dalam kehidupan nyata.

Nilai-nilai kejujuran harus terus ditegakkan, untuk melawan segala bentuk de-moralisasi, tentunya sangat prihatin dan sedih, ketika kejujuran tidak lagi dianggap penting. Fenomena seperti “budaya” korupsi yang dilakukan semakin terang-terangan, adalah potret buram bagi dunia birokrasi pemerintahan, bahkan fenomena ini telah menjalar ke tengah-tengah kehidupan masyarakat yang sarat dengan praktik-praktik manipulatif. Padahal semua tahu, bahwa kejujuranlah yang akan membawa pada ketenangan dan kedamaian. Mungkin saja bisa membohongi puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, namun tidak akan bisa membohongi hati nurani sendiri, apalagi membohongi Allah SWT.

Ketiga, dalam peristiwa Mi’raj dari Masjidil Aqsha ke Sidratil Muntaha, Nabi SAW berjumpa langsung dengan Allah SWT. Ini merupakan puncak pengalaman spiritual sekaligus nikmat yang sangat indah dan tak tertandingi oleh nikmat-nikmat apapun. Namun, di sinilah nampak sifat keluhuran dan keluar biasaan Rasulullah Muhammad SAW., di mana setelah bertemu dengan Tuhannya, beliau justeru masih mau turun lagi ke dunia untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan demi keselamatan umatnya. Itulah cermin bahwa beliau adalah seorang manusia paripurna (insan kamil) sekaligus seorang sufi sejati, yang tidak hanya berpredikat shalih (berkepribadian baik secara personal), tetapi juga seorang mushlih (menjadikan orang lain menjadi baik).

Peristiwa ini mengandung pelajaran yang sangat penting, bahwa manusia tidak boleh terjebak pada kesalehan ritual-spiritual yang bersifat personal semata. Sebab kesalehan yang sejati adalah manakala seseorang bisa membangun relasi yang harmonis dan seimbang: baik antara dirinya dengan Tuhannya (hablun min Allah); antara dirinya dengan sesamanya (hablun min al-nas); maupun antara dirinya dengan alam dan lingkungan sekitarnya (hablun ma’a al-bi’ah).

Demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Namun hal yang sesungguhnya paling penting adalah bagaimana menjiwai dan menerapkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam ritual shalat tersebut.

Jangan sampai memahami salat hanya sebatas rutinitas dan “seremonial” belaka, tanpa memahami makna apa-apa di dalamnya. Al-Qur’an mengkritik orang-orang yang melakukan shalat sebagai “pendusta agama” dan bahkan dianggap celaka, manakala mereka melalaikan atau tidak melaksanakan pesan-pesan moral yang terkandung di balik salat yang dilakukannya. Di dalam salat juga terkandung pesan ke-tawadlu’-an (rendah hati), sebab betapa di dalam salat kita rela meletakkan kepala, yang merupakan mahkota atau anggota tubuh yang paling mulia, merunduk ke tempat sujud, sejajar dengan kaki. Maka kesombongan dan sikap kesewenang-wenangan jelas bukanlah sifat orang yang baik salatnya.

Salat juga mengajarkan akan pentingnya menebarkan nilai-nilai kedamaian, keharmonisan, dan persaudaraan. Karena bukankah setiap kali mengakhiri salat,  selalu mengucapkan salam, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Maka indikator lain dari orang yang baik salatnya adalah ia senantiasa menebarkan rasa kedamaian, persaudaraan, dan kasih sayang di tengah-tengah masyarakatnya. (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img