MALANG POSCO MEDIA– Gagasan menghadirkan layanan transportasi yang terintegrasi di Malang Raya, diapresiasi Pakar Transportasi Universitas Negeri Malang (UM) Prof Dr Ir Henri Siswanto, MT. Menurut Prof Henri, keinginan yang telah diamini oleh tiga kepala daerah itu, merupakan satu progres yang baik untuk kedepan menekan kemacetan di Malang Raya.
“Sebagai orang transportasi, saya sangat menyambut baik. Ini sangat memungkinkan (bisa terwujud). Kalau bisa terintegrasi, itu bagus. Kondisi apapun, transportasi itu bisa menyesuaikan,” tegas Prof Henri, Kamis (10/4) kemarin.
Sedangkan untuk jenis moda transportasi yang cocok dengan kondisi di Malang Raya, Prof Henri menuturkan sangat bergantung dari penentuan penggunanya nanti siapa. Selain itu, juga dikaji lebih mendalam berbagai tantangan dan kendala yang nanti dihadapi. Yakni utamanya adalah soal kesiapan infrastruktur jalannya.
Namun menurut dia, pendekatan yang selalu dipakai untuk masalah transportasi, tentu adalah pendekatan efisiensi. Sehingga, gambaran yang awal bisa ia bayangkan adalah transportasi dengan kendaraan yang memuat banyak orang, tapi juga tidak terlalu besar. Yakni seperti minibus.
“Tentunya yang punya kapasitas besar. Tapi kalau dengan bus besar, di Malang juga kendala. Ya mungkin bus agak kecil, seperti mini bus yang mudah mengakses tempat yang agak ‘masuk-masuk’. Aspek keterjangkauan itu harus ada,” jelasnya.
Dengan memuat penumpang yang agak banyak, maka konsekuensi dampak lingkungan seperti polusi juga bisa ditekan. Namun jika terlalu besar, Prof Henri tidak menampik, memang bisa mengganggu lalu lintas. Selain itu, manuvernya juga relatif sulit karena di Malang Raya ini masih banyak jalan yang berukuran tak lebar.
“Jadi perlu kombinasi juga dengan kendaraan lebih kecil seperti feeder. Nah feeder itu pengumpulnya, jarak-jarak kecil. Titik-titik tertentu harus tetap lebih besar,” tambah dia.
Sementara untuk rute atau trayeknya, tentu juga harus diatur sedemikian rupa agar mengurangi kemacetan yang ada. Untuk penentuan rute dan trayek ini, otomatis diperlukan sebuah studi yang komprehensif.
“Saya yakin, soal ini Dishub pasti punya datanya semua untuk melakukan studi dalam menentukan trayek-trayeknya,” yakin dia.
Prof Henri berharap, dengan munculnya gagasan ini kedepan persoalan kemacetan bisa teratasi dengan kehadiran sebuah transportasi yang terintegrasi. Selain itu, ia juga berharap agar moda transportasi ini juga sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau transportasi berkelanjutan.
“Kuncinya kan koordinasi dan melepaskan ego daerah saja sebenarnya. Kemudian konsep pelayanan harus dikedepankan, SDGs atau transportasi berkelanjutan. Kemudian juga bisa melibatkan masyarakat, termasuk akademik. Sebab ‘nuwun sewu’ selama ini kami juga tidak pernah ‘di-jawil’,” pungkasnya. (ian/van)