.
Saturday, December 14, 2024

Inklusi Gender dalam Gerakan Perempuan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Di tengah diskursus yang ada di internet, terdapat pertanyaan mengenai partisipasi laki-laki dalam gerakan perempuan. Beberapa orang mempertanyakan bahwa gerakan perempuan tidak seharusnya melibatkan laki-laki. Pernyataan ini hadir dengan keyakinan bahwa gerakan perempuan sepatutnya menjadi ruang eksklusif bagi perempuan untuk menyuarakan permasalahan mereka.

Di lain pihak, beberapa orang lainnya menyudutkan komitmen keterlibatan laki-laki di dalam gerakan perempuan, dengan menganggap bahwa mereka hanya berupaya untuk mendapatkan perhatian perempuan atau mengambil keuntungan secara seksual dari mereka. Pernyataan ini didasari oleh kekhawatiran atas maraknya kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh sejumlah individu laki-laki di dalam gerakan itu sendiri.

Setelah secara historis isu-isu perempuan dilenyapkan, haruskah perempuan memberikan ruang kepada laki-laki dalam perjuangan kolektif terhadap isu ini?

Apakah partisipasi laki-laki di gerakan perempuan akan mengaburkan inisiatif atau menyempitkan ruang perempuan?

Mengapa masih disebut “gerakan perempuan” jika masih terdapat laki-laki di dalamnya?

Menilik Keterlibatan Laki-Laki

Ketidakadilan gender memicu timbulnya tindakan kekerasan terhadap perempuan. Bentuk tindakan kekerasan tersebut dapat mencakup kekerasan domestik, kekerasan berbasis elektronik, pemaksaan perkawinan dan kontrasepsi, perkosaan, penjebakan perempuan pekerja migran dalam sindikat narkoba dan bentuk tindakan kekerasan lainnya, yang dinormalisasi oleh norma sosial dan budaya yang diskriminatif. Untuk membongkar norma sosial dan budaya yang diskriminatif dan sistemik ini, perjuangan secara kolektif dibutuhkan.

Dalam konteks gerakan perempuan, inklusi gender dapat dimaknai sebagai pendekatan yang memperbesar partisipasi dan pengakuan kepada semua gender. Hal ini berangkat dari keyakinan bahwa isu-isu perempuan tidak hanya relevan bagi perempuan, tetapi juga menyeret seluruh spektrum identitas gender.

Jika laki-laki meyakini perjuangan keadilan gender sebagai bagian dari perjuangan hak asasi manusia secara keseluruhan, dan berkomitmen untuk terlibat secara penuh dalam isu-isu keadilan gender, maka perempuan perlu memberikan akses terhadap ruang perjuangan ini kepada laki-laki (Spar, 2020).

Keadilan gender yang diperjuangkan gerakan perempuan dicermati sebagai isu sosial yang menjadi tanggung jawab bersama. Inklusi gender dalam gerakan perempuan ini dapat menawarkan perspektif dan wawasan alternatif yang memperluas kapasitas pengetahuan dan strategi gerakan, serta membantu mengentaskan stereotip gender. Terlebih lagi, ini turut berpotensi dalam mendorong solidaritas, mengingat perjuangan keadilan gender penting bagi semua individu.

Kendati pun partisipasi laki-laki dibutuhkan dan dapat memperkuat gerakan perempuan, penting untuk memperhatikan bahwa upaya dan kebijakan patut mengutamakan perspektif perempuan, sehingga gerakan ini tetap menjadi ruang yang mengadvokasi isu-isu perempuan.     Hal ini dapat dilakukan melalui strategi, seperti menghentikan fenomena all-male panels atau manels. Manels adalah dominasi panelis laki-laki tanpa keterlibatan perempuan sebagai pembicara di ruang diskusi, terutama diskusi tentang perempuan.

Perempuan mungkin hanya ditempatkan pada peran-peran sebagai pewara atau moderator, sebagai bentuk simbolis belaka atau tokenisme. Padahal representasi kelompok yang rentan tidak sepatutnya berupa tokenisme. Namun, mengikutsertakan anggota kelompok yang rentan dalam jumlah dan konteks yang sesuai, sehingga mereka dapat mendiskusikan isu di antara mereka sendiri, menentukan agenda mereka secara berdaya, atau bahkan mampu mengkritisi kelompok yang kuat.

Situasi manels ini berpotensi menghadirkan tantangan, karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan representasi. Tidak sepatutnya laki-laki mendominasi atau mendikte arah gerakan pembebasan perempuan yang telah perempuan perjuangkan selama berdekade-dekade, sehingga penting untuk memprioritaskan suara dan ruang perempuan (Burrell & Flood, 2019).

Dengan demikian, pengaburan inisiatif dan penyempitan ruang perempuan mampu dihindari, serta partisipasi gender lain dapat berfungsi sebagai kesatuan yang padu dalam mencapai keadilan gender, dengan tetap meneguhkan identitas dan agenda gerakan perempuan.

Dengan gerakan perempuan yang merangkul seluruh gender, gerakan ini tetap disebut sebagai “gerakan perempuan”, karena fokusnya adalah mengadvokasi hak dan keadilan perempuan yang seringkali menjadi korban kekerasan dan diskriminasi berbasis gender.

Sebutan “gerakan perempuan” turut menjadi identitas sejarah gerakan ini dan berpusat pada pengalaman dan kebutuhan perempuan. Gerakan perempuan terbuka untuk semua individu yang berkomitmen untuk melawan ketidakadilan gender dan memperjuangkan hak-hak perempuan.

Penguatan Gerakan

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperkuat gerakan perempuan, seperti memperkuat inklusi gender. Dengan ini gerakan perempuan dapat lebih representatif dalam memperjuangkan keadilan gender, karena merangkul perspektif dan partisipasi semua individu yang beragam. Selain itu, penting untuk membangun kolaborasi dengan beragam pemangku kepentingan yang mempunyai kepedulian yang sama.

Kolaborasi tersebut dapat melibatkan pemerintah, aparat penegak hukum, praktisi medis atau profesional kesehatan, akademisi, pemuka agama, buruh, masyarakat adat, dan entitas atau organisasi lainnya. Upaya ini dapat mengantarkan pada dukungan yang lebih luas, memperkuat gerakan perempuan dalam mencapai tujuan keadilan gender yang lebih maksimal, dan meningkatkan pengaruh kebijakan. Dengan menerapkan metode pengambilan keputusan yang inklusif, gerakan dapat melakukan upaya preventif terhadap konflik internal dan membangun ikatan lintas negara yang kuat (Weldon, 2006).

Upaya untuk memperkuat gerakan perempuan adalah dengan membangun ruang yang mendorong perempuan untuk berbagi pengetahuan dan pengalamannya secara aman. Dalam konteks ini, perempuan dapat berbagi tentang metode untuk mewujudkan keadilan gender, membebaskan perempuan dari diskriminasi, dan mempertukarkan cerita perjuangan mereka.

Upaya ini memperkenankan ruang bagi perempuan guna memperoleh dukungan atau perlindungan, menginspirasi satu sama lain, dan memperkuat solidaritas dalam gerakan perempuan.

Dukungan dan solidaritas yang kuat terhadap gerakan perempuan berawal dari peningkatan kesadaran kolektif. Hal ini dapat dicapai dengan menyediakan pendidikan, pelatihan, dan pendampingan yang menitikberatkan pada isu-isu gender. Melalui pembangunan pemahaman yang kuat tentang keadilan gender dan langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk mengatasi tantangan yang ada, perjuangan yang kuat untuk menuju keadilan gender dapat dilakukan. (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img