.
Friday, November 8, 2024

Inspirasi Ramadan; Berjuang Sejak Mualaf, Perbanyak Ilmu Safari Ponpes

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Rendahkan hati, menjadi sosok tawadu’ dan tidak sombong adalah prinsip The Wei Liang selama menjalani puasa di Bulan Ramadan. Liang, seorang mualaf yang selalu teguh dengan prinsip hidup seperti padi.

Itu dibuktikan dengan selalu menanamkan pada dirinya, bahwa semakin berisi sesorang harus semakin menunduk. Atau tidak merasa tinggi, tak memandang rendah yang lainnya.

- Advertisement -

Prinsip inilah yang menjaga Liang  untuk terus menambah ilmu dengan tetap rendah hati. Serta bisa leluasa bisa membagikan dan mengamalkan ilmu kepada banyak orang.

“Sebagai muslim belajar dan mengamalkan ilmu itu sudah menjadi hal yang erat kaitannya. Pasalnya apabila tidak diamalkan, nantinya ilmu itu akan mubazir. Padahal apabila diamalkan bisa menjadi berkah dan pahala,” ungkapnya.

Salah satu pengurus DPD Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Malang Raya ini  mengatakan, untuk mengamalkan ilmunya itu dirinya melakukan safari ke berbagai panti asuhan dan pondok pesantren (ponpes). Di sana selain berbagi ilmu, ia juga sekaligus menggali ilmu.

“Selain itu, kami pribadi juga membagikan kebahagiaan setiap Jumat dengan puluhan paket makanan. Untuk kegiatan ini, kami lakukan saat mengunjungi panti-panti asuhan di Kota Malang,” katanya.

Pria yang lahir pada tahun 1964 lalu itu membagikan cerita bagaimana bisa menjadi sosok yang teguh dan tekun sebagai seorang muslim. Pasalnya bukan perkara mudah, bagi seorang Liang berjuang menghadapi tantangan sebagai seorang muslim yang taat.

“Cobaannya ini dari berbagai segi. Seperti saya pernah ditipu teman sendiri, nominalnya cukup besar. Belum lagi saya juga ditipu oleh kakak kandung sendiri. Selain itu, sejak saya mualaf saya dihindari, dijauhi dan tidak diterima keluarga. Bahkan saya sampai diputus tali silaturahmi oleh keluarga,” ceritanya.

Kondisi itu mendorong Liang keluar dari dunia bisnis dan usaha yang turun-temurun milik keluarganya. Pasalnya dianggap terlalu banyak unsur duniawinya. Dan inilah yang dihindarinya, setelah memulai babak baru sebagai seorang muslim.

“Ya saya bersyukur memiliki dan dilimpahkan ilmu yang bermanfaat oleh Allah SWT. Saya belajar ikhlas, serta saya berpikir buat apa dendam. Karena ini bisa menjadi amalan baik saya, untuk bisa menunjukkan hal-hal yang baik dari Islam dan seorang muslim,” terang Liang.

Ia pun mulai memperdalam ilmu agamanya, dengan belajar mandiri dan berguru ke ulama. Di antaranya belajar pada ustadz dari Pesantren Ilmu Al Quran (PIQ) yang didirikan (Alm) KH. Muhammad Bashori Alwi.

“Bahkan beliau sempat datang ke rumah saya, untuk berbagi ilmu. Meskipun seharusnya saya yang ke pondok. Saya juga sering ke Masjid Cheng Hoo mengikuti berbagai kajian. Dan itu salah satu momen saat saya mulai belajar ilmu agama Islam. Dan saat ini dilanjutkan oleh Kiai Haji Luthfi Bashori,” terangnya.

Selain itu Liang mempelajari banyak ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf dari berbagai ulama. Sebut saja Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Alaydrus, KH Dahlan Tamrin dan banyak lainnya. Dari sanalah dirinya banyak belajar mendalami ilmu agama, hingga bisa terus memantabkan hati untuk menjadi muslim sejati.

“Intinya untuk belajar agama, kita juga harus aktif untuk mencari, memilih dan memilah guru. Sesuai dengan prinsip dari yang  masing-masing yakini. Kalau sebelumnya banyak ikut majelis Ta’lim, sekarang ini sudah mulai jalan lagi setelah lumpuh aktivitasnya dalam masa pandemi,” terangnya.

Banyak hal yang dirasa Liang masih harus diraih, dalam meneguhkan iman dan taqwanya.  Khususnya terkait hal-hal spiritual yang terus didalami dengan banyak aktivitas berbagi kepada sesama. (rex/van/bersambung)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img