spot_img
Monday, May 20, 2024
spot_img

Inspirasi Ramadan; Didikan Islam Sejak Kecil, Rawat Toleransi di Lingkungan Multi Etnis

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Rasa syukur dilahirkan di keluarga yang berpegang pada agama Islam diresapi Aminah Najmah. Perempuan Indonesia yang masih memiliki darah Pakistan dan Arab ini menjalani hidup berdampingan dengan lingkungan yang beragam rupa. Terutama lingkungan berbeda agama namun saling menjaga satu sama lain.

Perempuan yang belum genap 41 tahun ini menjalani kehidupan dengan didikan Islam dari kedua orang tua. Sejak kecil dibimbing menjadi muslimah yang taat dan senantiasa berbuat baik kepada siapapun. Termasuk seiman dan tak seiman.

“Pendidikan yang saya jalani juga dekat dengan pelajaran ilmu agama. Masuk di sekolah yang ada pendidikan Islamnya, mulai Madrasah Tsanawiyah dan saat kuliah juga di Unisma,” ungkap Aminah, sapaannya.

Saat seusia SMA, dirinya dipertemukan dengan banyak kalangan kawan satu sekolah berbeda keyakinan. Keteguhan dan sikap tolerannya pun coba diterapkannya di sekolah dan lingkungan pergaulan. Baginya, tak ada yang patut dibenci atau dimusuhi, yang ada adalah saling menghargai.

Semasa kuliah dia menempuh pendidikan di Universitas Islam Malang (Unisma) Jurusan Hukum Islam. Setelah lulus, melanjutkan S2 di kampus yang sama dengan gelar Magister  Hukum Islam. Perjalanannya menempuh pendidikan juga bisa dibilang gigih. Setelah lulus S2 ia kembali mendaftar S2 dengan kampus yang berbedan dan jurusan yang berbeda pula.

“Saya mengambil S2 Magister Kenotariatan di Universitas Brawijaya, dan saat ini,  itu yang mendukung profesi saya,” ujar Aminah. Ia memang sehari-hari sebagai Notaris PPAT.

Ibu dua anak itu lalu dipersunting seorang pria berketurunan Tionghoa,

Dr dr Sugiharta Tandya Sp.PK. Dipertemukan dengan dirinya juga menjadi penguat sang suami yang mualaf. Mereka berdua juga amat bersyukur bisa berhaji pada tahun 2015 di mana lebih cepat dua tahun dari antrean panjang karena terdapat jamaah haji yang telah meninggal dunia.

“Begitu menikah, kami berada di lingkungan multi etnis. Suami juga ikut di berbagai macam organisasi dan saya membaur, dari sana semakin menambah ilmu saya juga, patut disyukuri,” ungkapnya.

Banyak hal yang bisa dipetik dari kehidupan berdampingan dengan multi etnis Aminah dan suami. Salah satunya yakni pengamalan sosial kepada sesama manusia. Selain kewajiban ibadah, kewajiban untuk memuliakan manusia juga dilakukan. Utamanya menjaga keharmonisan lingkungan multi etnis dan berbeda keyakinan.

“Boleh kita berbeda etnis dan berbeda hal lain seperti keyakinan, tetapi tidak boleh menggerus iman kita. Boleh interaksi dengan siapapun. Namun, ada waktu waktu yang harus kita jaga dan jalankan sebagai muslim. Misalnya waktu salat, puasa, dan mereka memahami kita serta sangat toleran,” tutur wanita kelahiran 1981 ini.

Mereka yang berbeda keyaninan, lanjut Aminah, menghormati dengan cara tidak mengundang acara tertentu seperti pernikahan atau syukuran tertentu saat masa puasa. Mereka menunggu hingga bisa bercengkrama langsung dan berbagi kebahagiaan di waktu yang tepat.

Sedikit banyak kendala yang timbul dari lingkungan seperti itu dijadikan Aminah sebagai pembelajaran berharga. Memahami toleransi dan merawatnya. Selain lingkungan yang multi etnis juga keluarga dari sang suami yang mayoritas beragama nasrani menghargai betul pemeluk agama Islam seperti dirinya dan suami. Ketiga hari besar, seluruhnya tetap saling kunjung mengunjungi. Dirinya bersyukur selama ini tidak ada masalah berarti.

“Apa yang diyakini dilakukan masing-masing, masalah keyakinan kembali ke orang itu sendiri-sendiri. Yang harus dijaga bagaimana kita tetap harmonis,” tambahnya.(tyo/van/bersambung)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img