.
Saturday, December 14, 2024

Jihad Ekonomi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Jihad seringkali dikaitkan dengan situasi peperangan dan penaklukan. Hal itu tentu tak lepas dari kata jihad yang acap kali muncul dalam cerita-cerita peperangan di zaman nabi. Namun pada hakikatnya, jihad tidak melulu berbicara soal perang semata. Ada banyak hal lain yang bisa menjadi jalan untuk berjihad bagi umat muslim. Apalagi di zaman yang serba modern seperti sekarang.

Jihad sosial dan ekonomi bisa menjadi pilihan yang bagus. Jihad sosial misalnya, yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang produktif. Masyarakat bisa saling bahu membahu memperbaiki kualitas pendidikan, memberikan akses kesehatan, atau bahkan juga menyediakan pelatihan sebagai cara meningkatkan kualitas diri.

Adapula jihad ekonomi yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang lebih mandiri. Baik itu dengan mengembangkan usaha keislaman, industri halal, peningkatan keterampilan, dan sederet lainnya. Namun sayangnya, jihad ini masih perlu untuk terus digalakkan. Apalagi melihat bagaimana kondisi serta potensi Indonesia yang belum dimaksimalkan.      Bahkan jihad semacam ini cenderung dijauhi dan tidak dilakukan oleh masyarakat Islam. Mereka seakan anti akan harta dan kekayaan. Saat ini, muslim Indonesia hanya fokus beribadah saja dengan dalih menumpuk pahala dan menghindari harta yang riskan akan dosa.

Padahal, jika dipahami lebih dalam, Islam menganjurkan hal yang bertolak belakang dari pemahaman di atas. Islam malah mendorong umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, termasuk untuk memperkaya diri karena akan memudahkan muslim untuk melaksanakan ibadah yang juga bermanfaat bagi sesama.

Lagi pula, bagaimana bisa seorang muslim berzakat jika tidak punya harta? Bagaimana mungkin bisa bersedekah jika makan saja susah? Bagaimana bisa mewakafkan tanah untuk memajukan warga jika bertahan hidup saja harus terengah-engah. Maka, umat muslim harus segera mengubah pola pikir bahwa harta itu tidak berbahaya selama bisa menggunakannya dengan bijak, termasuk untuk berjihad ekonomi.

Setelah sukses mengubah pola pikir masyarakat akan harta, upaya jihad ekonomi relatif lebih mudah untuk dilakukan. Beberapa strategi yang bisa dilakukan di antaranya yakni pengembangan potensi industri halal dalam dan luar negeri.

Pun dengan memaksimalkan potensi zakat dan sedekah Indonesia yang masih berada di tahap ritual saja. Padahal, jika dikelola dengan lebih profesional, dana tersebut bisa menggerakkan ekonomi umat secara signifikan.

Menakar Pasar Halal

Menurut data yang ada, jumlah populasi muslim di dunia pada 2030 diprediksi mencapai 2,158 miliar atau 26 persen dari total populasi dunia. Angka tersebut tentu tidak bisa dianggap remeh. Ada berbagai potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan oleh banyak negara dari angka prediksi itu.

Adapun pasar produk halal Asia Pasifik ada di angka 62 persen, diikuti Timur Tengah dengan 20 persen. Sementara Afrika berada di kisaran 15 persen dan Eropa-Amerika Serikat yang berada di kisaran 3 persen.

Data tersebut tentu memberikan angin segar bagi pelaku industri yang bergerak di bidang produk halal. Jumlah populasi yang besar tersebut tentu akan berefek pada meningkatnya kebutuhan muslim di berbagai belahan bumi. Apalagi jaminan halal juga sudah diakui oleh World Trade Organization. Pun dengan tren halal yang belakangan sudah menjadi gaya hidup masyarakat global.

Angka-angka itu juga bisa dijadikan dasar untuk menentukan strategi. Bagaimana cara Indonesia untuk turut serta berkontribusi memajukan bangsa melalui jihad ekonomi. Sayangnya, saat ini pasar besar halal masih dikuasai oleh negara-negara lain. Bahkan oleh negara yang mayoritas bukan muslim. Misalnya saja Tiongkok yang menjadi pemasok pakaian muslim terbesar ke Timur Tengah. Angkanya bahkan mampu mencapai 28 miliar dolar Amerika.

Pasar ini tentu bisa menjadi wadah persaingan yang bagus bagi produk-produk Indonesia. Dengan kualitas yang tak jauh berbeda, produk kita akan memiliki nilai positif karena berasal dari negara yang sama-sama mayoritas muslim. Ditambah lagi jika ada label halal yang dinilai mampu meningkatkan minat pasar Timur Tengah.

Adapula Brazil yang ternyata menjadi pemasok daging unggas halal terbesar ke Timur Tengah. Munculnya Brazil di pasar ini mungkin menjadi kejutan. Banyak yang mengira eksportir daging halal terbesar adalah negara-negara yang notabene memiliki penduduk muslim yang banyak pula.

Maka, Indonesia harus bergerak cepat untuk bisa memanfaatkan pasar tersebut. Apalagi melihat jumlah produksi daging kita yang cukup mumpuni. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi daging unggas berada di angka 3,42 juta ton pada 2021. Angka yang cukup untuk konsumsi dalam negeri dan mengekspornya ke negara-negara potensial.

Jihad ekonomi seperti inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia. Bagaimana umat muslim bisa menyusun strategi berdasarkan fakta dan data. Memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan, jangan hanya berkutat pada jihad berperang. Lagi pula jihad semacam itu sudah tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman.

Memaksimalkan Potensi Zakat dan Sedekah

Selain berupaya masuk ke pasar halal dunia, ada satu aspek yang seharusnya sudah dikembangkan oleh warga muslim Indonesia. Aspek yang selama ini hanya dianggap sebagai ritual semata, padahal memiliki efek yang luar biasa jika dikelola dengan baik. Aspek itu adalah zakat dan sedekah.

Misalnya saja menggunakan sebagian dana zakat dan sedekah untuk pengembangan pendidikan dan pelatihan skill. Menyasar warga yang tidak memiliki kemampuan, sehingga mereka punya daya jual untuk bersaing di dunia kerja. Sehingga mereka bisa lepas dari jerat kemiskinan.

Masyarakat memang tidak mendapatkan uang atau bahan sembako, tapi mereka memperoleh value yang lebih menguntungkan, yakni kemampuan. Hal itu membuat mereka tidak hanya menunggu diberi, tapi bisa menghasilkan sendiri melalui skill yang sudah dipelajari dalam program pengembangan yang bersumber dari dana sedekah ataupun zakat.

Hal ini didukung dengan adanya peraturan Baznas Nomor 3 tahun 2018. Di dalamnya disebutkan bahwa bantuan zakat bisa diberikan kepada mustahiq untuk meningkatkan keterampilan hidup, kepemimpinan dan kewirusahaan. Termasuk di dalamnya untuk pendidikan.

Inovasi lain dalam penyaluran zakat dan sedekah yakni dengan membuka usaha atau lapangan kerja bagi warga yang membutuhkan. Pengembangan usaha ini menjadi upaya untuk memaksimalkan skill yang dimiliki oleh warga. Seiring berkembangnya bisnis yang dibangun, semakin banyak pula masyarakat yang bisa mendapat pekerjaan. Hal ini akan bermuara pada meningkatnya kesejahteraan mereka.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img