.
Thursday, December 12, 2024

Kembangkan “Naga Air” Endemik Benua Amerika, Ekspor hingga ke Timur Tengah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Start Up Bidang Perikanan Wakili Indonesia ke Jerman

Daffa Khairan, mahasiswa Perikanan dari Universitas Brawijaya (UB) berhasil membudidayakan Axolotl yang merupakan hewan endemik dari Meksiko. Diminati berbagai negara, bahkan ekspor ke negara-negara di Asia sampai Timur Tengah.

MALANG POSCO MEDIA – Perjuangan tak pernah mengkhianati hasil. Itulah yang dibuktikan Daffa Khairan, Mahasiswa Universitas Brawijaya dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).
Setelah melalui berbagai penelitian yang cukup banyak menguras tenaga dan materi, ia berhasil membudidayakan ‘Naga Air’ yang susah berkembang biak di negara tropis seperti Indonesia.
Salamander Naga Air atau dikenal dengan Axolotl merupakan hewan endemik asal Benua Amerika. Tepatnya Meksiko. Hewan ini termasuk susah untuk dibudidayakan karena perbedaan habitat dengan negara tropis seperti Indonesia. Termasuk juga untuk jenis airnya. Memiliki bentuk tubuh seperti kadal, namun hidup dan berkembang biak di air. Oleh karenanya banyak yang menyebutkan hewan ini sebagai Naga Air.
“Tentu semua tidak mudah, banyak sekali rintangan dan tantangan selama mengembangkan produk agar hewan cantik ini bisa berkembang biak. Kurang lebih butuh waktu dua sampai tiga tahun kami mengembangkan U-RSC (Ultra Recirculated Chiller System),” jelasnya.
Tak tanggung-tanggung, ia menggunakan lebih dari 500 hewan untuk mengembangkan riset ini. Dari sebanyak itu, hanya 10 persen hewan yang berhasil berkembang biak. Tak sampai di sana, kendala di modal juga sempat dialaminya. Namun semua itu terbayarkan setelah berhasil membudidayakan Naga Air ini. Peminatnya datang dari berbagai kalangan dan negara.
“Ternyata Axolotl ini sedang menjadi trending di dunia kesehatan khususnya, karena ada penelitian yang mengungkap kandungan dari ikan berkaki ini yang bisa menekan kanker pada tubuh. Ini juga yang melatar belakangi pengembangan penelitian kami, untuk bisa mengembangkan Axolotl di negara tropis seperti Indonesia,” terang mahasiswa UB angkatan 2018 itu.
Menurut dia, jika dilihat dari persentase, 20 persen penggunaan Axolotl untuk penelitian, sementara sisanya yakni 80 persen untuk menjadi hewan peliharaan bagi para kolektor ikan hias. Ia menceritakan bahwa Axolotl merupakan hewan yang unik, mulai dari bentuk sampai dengan sejarahnya. Bahkan termasuk hewan yang bisa beregenerasi secara cepat.
“Hewan ini unik, dibilang ikan karena hidup di air, namun punya kaki seperti hewan darat. Tubuhnya sendiri juga banyak diteliti, kaitannya dengan kesehatan,” katanya.
“Dari sisi sejarah, ternyata hewan ini juga ada ceritanya, erat kaitannya dengan sejarah dari Suku Aztec. Mereka menganggapnya sebagai jelmaan Dewa Api dan Kilat yang bernama Xolotl, bahkan itu terukir di prasasti,” sambung Daffa.
Nyatanya hasil penelitian ini dilirik oleh Pemerintah Indonesia, dari lebih 200 startup yang dikurasi untuk mewakili Indonesia dalam ajang Hannover Messe 2023 di Jerman, Axotic Farm masuk di antara 15 perwakilan startup asal Indonesia. Peluang ekspor menjadi lebih luas.
“Ternyata kebutuhan dari Axolotl ini cukup besar di luar sana. Bahkan sampai sekarang yang belum bisa kami penuhi untuk ekspor ke Eropa ada permintaan sebanyak 10 ribu ekor per bulannya. Karena masih terbatas kami belum bisa menerimanya. Sejauh ini yang paling banyak ke negara-negara di Timur Tengah dan Asia,” papar CEO Axotic Farm ini.
Sementara untuk di Tanah Air sendiri, kebutuhan ini juga cukup besar. Terutama untuk para pengoleksi ikan unik satu ini. Mulai dari Aceh sampai Papua ia menjual Axolotl hasil budidayanya. Nyatanya, tidak hanya untuk kolektor, kedepannya budidaya Axolotl cukup menjanjikan ketika penelitian kesehatan yang menggunakan hewan satu ini bisa diproduksi.
“Sejauh ini masih penelitian, belum ada produknya untuk kesehatan. Namun ini bisa saja kedepannya jadi komoditas yang menjanjikan di industri kesehatan. Untuk sekarang ini memang paling banyak memenuhi kebutuhan kolektor saja, tapi tidak menutup kemungkinan kedepan bisa juga untuk industri kesehatan,” tandasnya.
Saat ini ia bekerjasama dengan beberapa kampus ternama seperti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan juga Universitas Udayana, Bali untuk meneliti lebih jauh terkait hewan unik ini, mulai dari genetik, regenerasi sampai kandungan yang ada pada tubuh Axolotl. (adam malik/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img