.
Thursday, December 12, 2024

KEMULIAAN DUNIA DAN KEHORMATAN AKHERAT

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Siapa yang tidak mengenal Mozart, pria kelahiran 1756 yang terkenal sebagai seorang komponis legendaris dunia. Mozart dianggap sebagai salah satu dari komponis musik klasik yang terpenting dan paling terkenal dalam sejarah. Pria yang lahir dan besar di Austria ini dididik dalam kedisiplinan oleh bapaknya yang ternyata juga seorang komponis terkenal saat itu, Leopold Mozart namanya.

Pada umur 5 tahun, ketika anak sebayanya masih bermain pasir dan rumah-rumahan, Mozart sudah menciptakan komposisi pertamanya. Itu cuma beberapa larik pendek yang dimainkan dengan piano. Tiga tahun kemudian, saat usia Mozart menginjak 8 tahun, simfoni pertamanya selesai ditulis.

Namun tidak banyak orang tahu bagaimana kisah di balik kesuksesan dan kecemerlangan Mozart, ternyata ada ekosistem dan budaya kerja yang disiplin dan tinggi di sana. Bahkan dikisahkan dalam buku creative habbit, pada usia 28 tahunan Mozart mengalami cedera di tangannya karena dia telah menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk berlatih.

Dalam sebuah suratnya Mozart menuliskan pesan kepada temannya, “Orang-orang yang berpikir sempit menilai keahlian saya datang dengan mudah seperti turun dari langit atau bawaan lahir. Saya yakinkan anda wahai teman, bahwa tidak ada orang yang mengabadikan begitu banyak waktu dan latihan begitu keras dalam membuat komposisi seperti saya. Tidak ada master terkenal yang musiknya belum saya pelajari berkali-kali dengan penuh kesunguhan.”

Fokus Mozart sangat kuat, ia memaksa dirinya berada dalam tempaan latihan untuk menghasilkan karya-karya penting. Bahwa kegeniusan Mozart, keagungan dan kehormatan yang dimiliki oleh Mozart adalah hasil dari disiplin dan etos kerja yang sempurna dalam dirinya.

Kisah perjalanan hidup dalam meraih kemuliaan dunia juga bisa kita saksikan dari perjalanan karir Michael Jordan. Michael Jeffrey Jordan adalah pemain bola basket profesional asal Amerika. Ia merupakan pemain terkenal di dunia dalam cabang olahraga itu. Setidaknya, enam kali merebut kejuaraan NBA bersama kelompok Chicago Bulls. Ia memiliki tinggi badan 198 cm dan merebut gelar pemain terbaik.

Namun mungkin sedikit dari kita yang mengetahui bahwa ternyata Michael Jordan ini tidak semulus seperti yang kita banyangkan dalam meniti karirnya sebagai pemain basket ternama di AS. Orang mungkin mengetahui dia sebagai pemain bola basket dengan kesempurnaan baik secara fisik ataupun skills.

Padahal jika kita melihat perjalanan kariernya, kerja kerasnya yang membuat dia seperti itu. Bahkan mungkin dialah satu-satunya atlet yang bekerja paling keras untuk meraih mimpinya sebagai pemain basket profesional.

Michael Jordan dikeluarkan dari tim basket sekolah, karena menurut pelatihnya dia bukan orang yang berbakat, bahkan di North Caroline University dia juga tidak diterima. Namun yang menarik bukanya dia putus asa, akan tetapi justru hal tersebut membuat semangatnya semakin terpacu.

Michael Jordan terbiasa meninggalkan rumah sejak jam 6 pagi untuk berlatih di depan sekolah. Dia terus memperbaiki kelemahan-kelemahannya, permainan defensifnya, serta cara memegang dan melempar bola ke ring. Bahkan suatu ketika Michael Jordan melatih lemparannya sampai berjam-jam, untuk mempersiapkan pertandingan perdananya.

Menurut John Bach, mantan asisten pelatih Chicago Bulls menyebut Michael Jordan sebagai “Seorang genius yang selalu ingin meningkatkan kegeniusannya.” Bagi Jordan, kesuksesan berasal dari pikiran. Menurutnya mental dan kekuatan hati jauh lebih penting dibandingkan keunggulan-keunggulan fisik yang anda miliki.

Mengambil hikmah dari kisah perjalanan karir Mozart dan Michael Jordan di atas, bahwa seseorang agar mampu sampai pada level kemuliaan dunianya maka ada dua hal pemahaman yang kita butuhkan agar kita bisa bertumbuh dengan sempurna. Pertama, kita harus memiliki ekosistem pertumbuhan. Kedua, kita memiliki “peak performance” yang berkelanjutan.

Kedua hal tersebut mutlak dibutuhkan, sebagaimana Mozart yang telah meraih kegeniusannya dalam memproduksi musik karena berada dalam ekosistem dan performance kerja yang memadai. Dia terlahir dari lingkungan komponis dan orang tuanya membuat iklim itu, kemudian Mozart juga memposisikan sebagai orang yang harus memiliki etos kerja dan latihan yang sempurna.

Demikian juga Michael Jordan. Atlet basket ball ternama ini telah mampu menunjukkan kualitas dirinya karena kerja keras dan kemauannya yang kuat dengan berlatih tanpa henti sampai dia berada di level kemuliaannya. Jordan yang dulunya bukan seorang pebasket bahkan bukan dari keluarga atlet basket, telah mampu menunjukkan bahwa ekosistem dan etos kerja tinggi telah membawa dia sampai pada kesuksesannya.

Umar Bin Khattab pernah berkata, “Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi SAW lalu salah seorang di antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’.” (hadits riwayat Ibnu Majah).

Pesan mendalam yang disampaikan kepada kita semua, bahwa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat merupakan satu paket “mindset” yang harus kita miliki. “Kemuliaan dunia” berarti kita harus bersemangat untuk sampai pada level kemakmuran, satu level dimana harta  yang kita miliki tidak hanya cukup, akan tetapi sangat banyak, sehingga dengannya mampu memberikan dampak manfaat untuk orang-orang di sekitar. Sebagaimana kisah sahabat Usman Bin Affan, dimana level kemakmurannya mampu memberi manfaat bagi seluruh penduduk Negeri.

“Kehormatan Akherat”, berarti kita mampu menjadi pribadi yang memiliki kemurniaan Tauhid dan ke istiqomahan dalam menjalani ibadah. Menjadi terhormat saat berpulang ke negeri akherat adalah ketika kita mampu  memiliki bekal iman dan amal terbaik yang kita hadiahkan kepada Allah SWT.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img