NGABUBURIT yuk, ayoook, gaspoool. Enaknya beli takjil apa ya hari ini? Eh, sudah booking restoran buat buka puasa belum? Cepetan booking dari sekarang, keburu penuh nih. Takjil war menjadi banyak perbincangan akhir-akhir ini. Bukan hanya umat muslim saja yang berburu takjil di sore hari namun juga non muslim ikut ambil bagian. Selain takjil juga acara buka puasa bersama menjadi ajang berkumpul bareng. Persaingan ketat untuk membooking restoran di bulan Ramadhan. Apakah habis ini gantian telur dan coklat diburu saat momen Paskah?
Indahnya melihat kebersamaan para warga Indonesia dalam merayakan Ramadhan tahun ini. Setelah 4 tahun lalu Covid menerjang, tidak ada keramaian, dan saat itu Ramadhan – Lebaran terasa sepi. Sekarang warga Indonesia telah benar-benar menikmati suasana ramai lagi. Seliweran menu-menu takjil juga nampak di sosial media. Terasa menggiurkan dan sepertinya enak.
Teman non muslim pun juga mengiyakan apabila ikutan berburu takjil. “Betul banget Okky, kalau setelah pulang dari kerjaan langsung ikutan memburu dagangan takjil. Seru banget soalnya dan cuma setahun sekali. Aku yang nonis (non Islam) pun juga menanti lho”, kata Dian yang tinggal di Makassar. Disetujui juga oleh Ajeng (non islam yang tinggal di Surabaya) bahkan jangan sampai kehabisan slot booking di restoran untuk buka puasa, hehehe. Senangnya bisa sama-sama menikmati damainya Ramadhan.
Bagaimana Takjil War di Portugal?
Jelas sepiiiiiiii, ramai berbagi takjil dan berbuka puasa bersama hanya di lingkungan masjid. Lisbon memiliki 1 central masjid terbesar. Namanya Mesquita Central Lisboa. Di masjid itulah nanti salat Idul Fitri diselenggarakan. Sebenarnya ada beberapa juga masjid di daerah berbeda, namun ukurannya lebih kecil. Dan normalnya seluruh masjid mengadakan acara buka puasa pertama.
Sudah 3x menikmati puasa di Portugal belum pernah sekalipun ikut berbuka puasa di masjid. Pertama karena memang jaraknya jauh dari rumah, kedua buka puasa tahun lalu masih diatas jam 8, dan ketiga ketakutan mengendalikan dua toddler di tempat keramaian apalagi harus makan duduk manis. Nanti malah mengganggu kenyamanan orang lain sekitar.
Berita eksklusif terkait buka puasa di masjid Lisbon kali ini langsung diceritakan oleh Rahman Satyanegara yang merupakan mahasiswa S2 ISCTE IUL Business School. Tahun ini puasa di Lisbon sedikit lebih singkat dan jam sahurnya sedikit lebih siang dibanding tahun kemarin. Karena Ramadhan jatuh di musim dingin, Dimana matahari masih malu-malu bersinar di pagi hari, dan tenggelam tidak begitu lama. Waktu subuh menunjukkan pukul 05.25 WET (West European Time) dan maghrib pukul 18.45 WET. Namun semakin hari waktu subuh tambah maju dan waktu maghrib tambah mundur. Karena menuju pergantian musim ke Spring (Musim Semi).
Jumlah jamaah sepertinya ada penambahan (total sekitar 500 orang per hari) karena biasanya kalau ikut makan di masjid, seringkali ada lebihan jadi bisa bawa pulang untuk sahur, tapi sekarang jarang sekali bisa dapat porsi kedua untuk dibawa pulang karena sudah habis oleh jamaah yang mengantri. Kebanyakan jamaah berasal dari Bangladesh, Nepal, Timur tengah, dan Portugal.
Jamaah selalu dikejutkan sama menu berbuka yang diberikan. Tidak ada menu atau informasi apapun terkait makanan yang akan disajikan. Kalau untuk takjil atau membatalkan puasa hanya diberikan 5 butir kurma dan 1 botol air mineral per orang. Ini diberikan di ruang utama masjid sebelum adzan maghrib. Jadi ketika adzan, jamaah membatalkan puasanya di ruang utama masjid dan langsung dilanjut salat magrib berjamaah. Setelah salat maghrib berjamaah, untuk laki laki akan keluar ruangan utama dan menuju tangga ke ruangan bawah yang sudah diatur untuk jadi ruangan makan. Nanti kalau sudah dipersilakan masuk, akan diarahkan untuk duduk di meja dan diberikan menu buka puasa.
Kalau makanan utama selalu dapat nasi, lauknya bisa ayam, daging sapi/ kambing/ ikan. Bumbunya juga macam macam, bisa kari, goreng sederhana saja, dibakar/ dipanggang, atau diberi bumbu lainnya. Selain nasi biasanya disediakan air mineral, cha (semacam teh susu), dan buah-buahan (bisa pisang, jeruk sunkist, pear), dan terkadang disediakan roti untuk dimakan bersama sama jamaah lainnya. Menu favorit selama ini yaitu nasi dengan ayam panggang atau dengan sate ayam, karena tidak berkuah jadi lebih awet dan bisa disimpan untuk sahur esok hari.
Mengapa Rahman antusias sekali selalu datang ke masjid untuk berbuka puasa bersama?
Tentu yang pertama karena gratis hahaha. Yang kedua agar tidak merasa sendiri karena berpuasa di negara yang Islam adalah minoritas. Karena kalau berkegiatan sehari hari, semua orang pasti tetap makan, dan minum seperti biasa, jadi tidak terasa seperti Ramadhan sama sekali. Dengan berbuka di masjid jadi selalu bisa merasa nikmatnya Ramadhan dan berbuka bersama dengan sesama jamaah yang lain. Mungkin bisa bosen nanti kalau sudah dekat akhir Ramadan karena pasti menunya tidak akan banyak bervariasi.
Setelah berbuka juga lanjut ikut taraweh. Disini adzan Isya jam 20.05 WET, mulai Isya sekitar 20.20 WET hingga sekitar 20.35 WET. Sehabis itu istirahat sebentar dan lanjut taraweh 23 rakaat selama sekitar 1 jam 15 menit. Jadi kira kira 21.50 WET itu selesai shalat taraweh dan witirnya.
Menurut Rahman apa sih perbedaan melewati Ramadhan di Portugal dan di Indonesia?
Ramadhan yang tidak seperti Ramadhan kalau di Portugal haha. Karena ya itu, Islam adalah minoritas, kebanyakan orang disini tentunya makan dan minum seperti biasa saja. Aura atau suasana Islami yang biasa dirasakan di Indonesia itu tidak ada. Tidak ada ramai pengajian, ramai kajian, ramai dakwah dan kegiatan kegiatan berbau Islami, dan tentunya ajakan buka bersamanya tidak sebanyak di Indonesia haha. Paling kangen suasana berburu takjilnya, karena seperti di daerah asal saya, Bogor, salah satu makanan spesial Ramadhan kesukaan saya adalah mie golosor/ mie sagu yang warnanya kuning, itu biasanya dimakan dengan saos bumbu kacang dan risol isi bihun. Lalu makanan makanan identik Ramadhan lain seperti kolak pisang, dan kue kue manis yang hanya banyak diproduksi selama Ramadan juga bikin kangen. Kata terakhir dari Rahman.
Kangen banget memang Ramadhan di Indonesia ya. Padahal sebenarnya dulu juga jarang bareng ikutan war takjil. Ajakan buka puasa juga tidak begitu banyak. Pulang kerja langsung ke rumah dan makanan sudah disediakan oleh keluarga. Tetapi saat merantau hal-hal itulah yang jadi ngangeni. Selamat menikmati aneka takjil dan buka puasa kawan pembaca.(OPP/MPM)