.
Saturday, December 14, 2024

Ketulusan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si

MALANG POSCO MEDIA – Muhammad Rasulullah SAW, seorang komunikator ulung yang mampu memikat hati semua orang yang mendengarkan kata-katanya. Kemampuan memilih kata dan keahlian menyusun kalimat yang beliau miliki tak ada yang bisa menandingi. Kalimatnya sejuk, damai, menyenangkan, dan menyentuh hati, bukan tajam menusuk jantung, membuat orang di sekelilingnya gerah dan tidak nyaman, karena beliau peka dengan perasaan orang lain.

Rasulullah, dalam berkomunikasi, penuh dengan senyum lembut yang tulus ikhlas terlahir dari hati yang dalam. Tidak semua senyum itu tulus, ada yang disebut senyum palsu. Sekali dua kali mungkin kita tak bisa membedakan senyum asli dan senyum palsu. Setelah sekian lama diperhatikan barulah kita paham perbedaan keduanya. Getarannya berbeda, pesan yang sampai ke hati tidak lah sama. Bukankah sering diucap bahwa saat singa tersenyum janganlah dianggap itu sayang kepada kita, ia akan memangsa kita.

Kalau begitu, dalam berkomunikasi, bukan senyumnya yang paling penting melainkan ketulusan hati yang ada di belakang senyum. Walau tak tersenyum, pesan hati orang yang berhati lembut tetap terasa. Ada seorang Ulama yang jarang tersenyum. Beliau sering terlihat diam dan kadang menangis. Saat meninggal dunia, semua jama’ahnya sepakat dengan kesimpulan bahwa sang Ulama itu adalah orang yang tulus kasih sayangnya pada jama’ah dan santrinya. Dari mana penilaiannya? Allah yang menyampaikan hakikat hati seseorang pada orang lain.

Maka tampillah dengan tulus, ikhlas, tak usah dibuat-buat. Semua akan terbaca. Dalam berbicara, berupayalah berempati dan bersimpati dengan tulus ikhlas. Perhatikan perasaan orang lain, jagalah jangan sampai tersakiti agar hati kita tak tersakiti pada suatu saat yang lain. Tulus ikhlas itu sulit, tapi teruslah berusaha dan berusaha.

Kebaikan menjadi pelipur segala kecemasan. Kebijaksanaan menjadi simbol ketegasan. Maka sungguh ketegaran dan kebahagiaan pun lahir dari besarnya sebuah ketulusan. Telah menceritakan Abu at-Thahir Ahmad bin Amru bin Sarh, telah menceritakan Ibnu Wahab dari Usamah bahwa dia mendengar Abu Sa’id dari Abdullah bin Amir bin Kuraiz dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat kepada ketulusan hati kalian” (HR Muslim).

Hadis ini menjelaskan tentang pentingnya sikap tulus. Ketulusan adalah perangai indah yang hendaknya dimiliki oleh setiap insan. Dengan ketulusan itulah ia akan mendapatkan balasan menawan berupa kasih sayang Tuhan, bahkan di dunia pun sudah merasakan hasilnya.

Allah SWT berfirman; “Siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang tulus memasrahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia muhsin (orang yang berbuat kebaikan) dan mengikuti agama Ibrahim yang hanif? Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya” (QS, an Nisa: 125).

Makna sebuah Ketulusan

Sedikitnya ada tiga hal bermakna yang dapat dipetik dari besarnya sebuah ketulusan, yakni; Pertama, ketenangan, hati menjadi pusat kendali pada diri. Dengan ketulusan yang tak henti terpahat pada diri, hal tersebut akan senantiasa menjadi jembatan untuk selalu mengingat Sang Ilahi.

Allah SWT berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS., ar-Ra’d: 28).

Kedua, jaminan diterimanya amal. Capaian terbesar tak selalu tentang kedudukan yang tinggi dan banyaknya pujian. Capaian terbesar terletak pada beribu-ribu buih cinta yang disimbolkan pada setiap ketulusan dan padat, saat itu pula Allah tak segan-segan untuk memberikan cinta-Nya secara kontan. Semua itu tersaji atas dasar kekuatan iman dan takwa yang senantiasa menjadi pelengkap perjalanan kehidupan.

Dari Abu Umamah al-Bahili ra., ia berkata bahwa telah datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW lalu berkata; “Bagaimana pendapat anda mengenai seseorang yang berjihad mengharapkan upah dan sanjungan, apakah yang ia peroleh? Rasulullah SAW menjawab, “Ia tidak mendapatkan apa-apa,” lalu ia mengulanginya tiga kali, Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Ia tidak mendapatkan apa-apa. “Kemudian beliau bersabda, “Allah tidak menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajah-Nya (keridhaan-Nya)” (HR. an Nasa’i).

Ketiga, pahala yang melimpah. Ketulusan menjadi pintu utama dalam menggapai limpahan pahala. Dengan ketulusan, kita akan senantiasa mendapatkan anugerah kebaikan dari-Nya. Dari Sa’ad bin Abu Waqash ra., mengabarkan bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah yang dimaksudkan mengharap wajah Allah (tulus mengharap ridha Allah) kecuali kamu akan diberi pahala termasuk sesuatu yang kamu suapkan ke mulut istrimu” (HR Bukhari).

Ibarat lantunan melodi indah yang diperdengarkan. Ketulusan menjadi sumber ketenangan. Jalan istimewa untuk menggapai kebahagiaan. Tanpanya, kehidupan tampak tak elegan. Lewat ketulusan, keridhaan-Nya pun didapatkan.

Hujan Selalu Datang

Ketulusan karena Allah SWT, yang selalu diberikan tidak akan selamanya mendapatkan tempat dari hati orang lain, karena hati semua orang berbeda. Tak ada yang sama, bisa saja sikap tulus seseorang dimaknai negatif oleh orang lain karena berbeda kepentingan, sehingga ketulusan itu dimaknai semu.

Tetapi sesungguhnya ketulusan itu dapat dilihat dan dirasakan ketika ia memahami yang tampak dan yang dirasakan, karena untuk mengetahui perasaan seseorang, takkan pernah tahu apakah ketulusan yang dia lakukan ataukah hanya kebohongan. Di sini akan terlihat dari sudah berapa banyak orang itu memberikan manfaat pada lingkungan sekitar, tanpa pamrih.

Di dunia ini tidak ada orang yang sempurna. Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Orang yang benar-benar tulus tidak akan peduli bagaimanapun kita. Kita tidak perlu terlihat cantik, humanis atau menarik di depannya. Dia tidak akan peduli meskipun memiliki banyak kekurangan. Di matanya akan selalu terlihat cantik, istimewa dan menyenangkan.

Banyak hal yang akan dia lakukan untuk membuat Bahagia orang. Dia selalu memiliki cara untuk menghibur, entah dengan memberikan surprise atau hadiah-hadiah kecil yang disukai. Mungkin dengan mengajak ngobrol pada hal-hal yang memberi manfaat, atau menuruti ajakan yang sebenarnya tidak begitu dia suka. Misalnya ngopi, tapi dia rela melakukannya demi membuat bahagia dan merasa dekat dengan yang lain.

Dia berusaha selalu ada untuk lingkungannya. Saat ada seseorang sedih dan membutuhkan teman untuk menghibur dia akan berusaha ada, itupun jika diizinkan. Karena dia tidak akan memaksa jika seseorang memang tidak menginginkannya. Saat butuh bantuan seseorang, mungkin dialah orang yang bisa diandalkan.  

Ketulusan tidak pernah mengharap balasan atau imbalan atas semua yang telah dilakukan. Ketika orang yang dia inginkan lebih memilih untuk mencintai orang lain mungkin dia akan sangat sakit, namun dia akan merelakannya jika melihatnya bahagia. Hebatnya dia tidak akan pergi, dia akan tetap ada, entah menunggu, entah mengawasi, dan dia akan selalu siap apabila dia dibutuhkan.

Mungkin dia telah berkali-kali mengalami kecewa atau sakit hati, tapi dia tidak pernah dendam atau membenci. Dia hanya akan menjaga jarak, itu bukan berarti dia akan meninggalkannya. Dia hanya tidak ingin seseorang merasa terganggu karena kehadirannya. Meskipun begitu dia sama seperti hujan, yang akan selalu datang meskipun tahu rasanya jatuh berkali-kali.

Baginya berada di dekat adalah tempat yang paling nyaman. Dia akan bahagia meskipun hanya sekadar melihatnya. Dia tidak pernah peduli apakah perasaan seseorang sama dengannya, selama dia bisa Bersama, itu sudah cukup membuatnya bahagia. Demikian hati yang tulus, sehingga hidupnya tidak pernah terpenjara yang ia buat sendiri, karena ketulusan yang ia tebarkan, membuatnya tetap bahagia.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img