spot_img
Tuesday, April 30, 2024
spot_img

Kilau Shimmer “Kartini”

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Raden Ajeng (RA) Kartini yang dulu tak sama dengan para “Kartini” sekarang. Kalau dulu RA Kartini hanya bisa berbusana kebaya dan jarik, lengkap dengan sanggul di kepala. Namun, para “Kartini” masa kini bebas mengenakan aneka fashion terkini. Dress shimmer adalah salah satu busana berbahan kemilau yang sedang digandrungi para “Kartini” masa kini. Dress shimmer para “Kartini” itu turut bikin perayaan Lebaran jadi berkilau.

Seperti pada perayaan Lebaran tahun-tahun sebelumnya, selalu saja muncul tren baru. Tren busana (fashion), kuliner, gaya hidup, atau ungkapan tertentu bermunculan. Seperti tren sarung motif batik, baju koko, gamis, mukena, model hijab, hingga kue hidangan Lebaran. Aneka tren itu diikuti oleh banyak orang karena di antara mereka tak mau dibilang ketinggalan zaman atau out of date.

Dress shimmer, busana perempuan berkilau muncul sebagai tren mode kekinian. Tak sedikit para “Kartini” yang mengenakan busana ini. Baju jenis ini dijual dengan harga ratusan hingga jutaan rupiah. Di pasar dan pusat perbelanjaan tak sedikit para perempuan berburu mendapatkan busana kemilau ini. Tampilan fisik memang segalanya bagi kebanyakan perempuan saat ini. Ini tentu berbeda dengan sosok pejuang perempuan RA Kartini kala itu.

Penetrasi Tren Fashion

Munculnya tren fashion shimmer pada kaum perempuan dapat terjadi karena beberapa faktor. Pertama, salah satu pemicu tren adalah melalui media massa seperti majalah mode, situs web fashion, media sosial, dan televisi. Banyak perempuan yang terpapar oleh gambar-gambar mode, ulasan tren, dan panduan gaya hidup yang dapat memengaruhi persepsi mereka tentang apa yang dianggap trendi, modis, atau up to date.

Kedua, faktor pengaruh selebritis dan pemengaruh (influencer). Tak jarang para perempuan memperhatikan gaya berpakaian selebriti dan influencer media sosial sebagai sumber inspirasi untuk penampilan mereka. Ketika para panutan mereka memakai atau mempromosikan suatu merek atau gaya tertentu, tren tersebut sering kali menjadi populer di kalangan para pengikut (followers) mereka.

Ketiga, para desainer, merek, dan perusahaan mode memiliki peran penting dalam menetapkan tren melalui koleksi busana mereka, kampanye iklan, dan peragaan busana. Sering para “Kartini” itu meniru atau mengikuti tren yang diperkenalkan oleh merek-merek ternama atau desainer terkenal. Tak jarang para perempuan berburu barang-barang bermerek (branded) karena dianggap dapat menaikkan citra diri mereka.

Keempat, permintaan konsumen juga memengaruhi tren busana. Jika suatu gaya atau item pakaian menjadi populer di antara konsumen, baik secara lokal maupun global, industri fashion akan merespons dengan menyediakan lebih banyak pilihan yang sesuai dengan permintaan tersebut. Tren busana juga dapat merefleksikan perubahan sosial, budaya, dan politik dalam masyarakat.

Kelima, globalisasi telah memungkinkan tren busana menyebar dengan cepat di seluruh dunia melalui internet, online shop, dan media sosial. Perempuan di berbagai negara dan budaya dapat terinspirasi oleh tren busana dari belahan dunia lain dan mengadopsinya dalam gaya busana mereka.

Tak Sekadar Kilau Fisik

Pada dasarnya tren fashion tak selalu memiliki kaitan langsung dengan cita-cita RA Kartini dalam perjuangan emansipasi wanita. Namun, jika dilihat lebih dalam, ada beberapa cara di mana tren berbusana dapat mencerminkan atau mendukung nilai-nilai yang diperjuangkan oleh RA Kartini. RA Kartini memperjuangkan pembebasan perempuan dari gender stereotype yang membatasi mereka dalam ruang lingkup tertentu.

Tren fashion yang menekankan pada kesetaraan, kenyamanan, dan ekspresi diri tanpa batasan gender dapat mencerminkan semangat pembebasan yang disuarakan RA Kartini. Tren fashion yang mempromosikan keanekaragaman dalam representasi tubuh, etnisitas, dan budaya dapat mencerminkan semangat inklusi dan kesetaraan yang diperjuangkan oleh RA Kartini. Tren yang menghargai kesetaraan, kenyamanan, pemberdayaan, dan keanekaragaman dapat mencerminkan semangat perjuangan RA Kartini dalam membela hak-hak perempuan.

Munculnya tren fashion perempuan sejatinya bukan tanpa masalah. Tren berbusana kaum Hawa ini sering kali menetapkan standar kecantikan perempuan yang tak realistis, seperti tubuh yang sangat kurus atau penampilan yang sempurna secara fisik. Hal ini dapat memicu tekanan pada perempuan untuk mencapai standar tersebut. Industri mode juga sering kali memperkuat diskriminasi terhadap perempuan berdasarkan usia, berat badan, atau penampilan mereka.

Memang tak ada yang salah dengan berbusana mengikuti mode atau tren. Tak keliru juga mengenakan busana kemilau. Namun, penonjolan tampilan fisik perlu dibarengi juga dengan kemampuan dan gagasan yang emansipatif. Cita-cita RA Kartini tak mengajak para perempuan hanya pandai berdandan dan bersolek. RA Kartini tak ingin perempuan hanya bisa menonjolkan “wadah” ketimbang isi.

RA Kartini memang tak melarang para “Kartini” penerusnya tampil dengan busana kemilau dan wajah yang bersinar (glowing) seperti yang sedang tren saat ini. Namun, hanya dengan penonjolan tampilan fisik itu tak cukup. Esensi dari perjuangan RA Kartini adalah kemampuan para perempuan terus beremansipasi, berkarya, dan membuktikan kesetaraanya dengan kaum Adam. Selamat menyambut Hari Kartini.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img