.
Thursday, December 12, 2024

Korban KDRT Masih Didominasi Oleh Wanita

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Setiap manusia mendambakan kehidupan rumah tangga yang harmonis. Namun, siapa yang menyangka bahwa dalam rumah tangga terdapat perselisihan akibat perbedaan pendapat. Akan tetapi, tidak jarang perselisihan tersebut berubah menjadi pertengkaran besar sehingga menimbulkan KDRT.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga dan bertujuan untuk mendominasi korban dengan mengintimidasinya sehingga menimbulkan rasa takut. Kekerasan di sini tidak bisa jika hanya didefinisikan sebagai kekerasan fisik, karena kekerasan yang dimaksud mencakup juga kekerasan secara psikologis dan emosional.

Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya dapat dilakukan oleh laki-laki saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan wanita juga bisa menjadi pelaku. Namun, pelaku kasus KDRT sering kali didominasi oleh laki-laki ketimbang wanita. Menurut data dari website KemenPPPA hingga tanggal 13 Januari 2023 terdapat sekitar 775 kasus yang diinput dengan wanita mendominasi sebagai korban dan angka tersebut masih dapat meningkat lagi setiap harinya. Berdasarkan data yang telah disebutkan, wanita lebih rentan menjadi korban dibandingkan laki-laki.

Budaya patriarki di Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa laki-laki harus lebih mendominasi dalam rumah tangga. Patriarki mempunyai definisi sebagai sistem atau budaya yang memandang bahwa laki-laki memiliki kedudukan dan derajat lebih tinggi daripada wanita, laki-laki lebih memiliki kuasa ketimbang wanita.

Budaya patriarki sudah lama tertanam dalam masyarakat Indonesia sehingga sulit untuk dihilangkan. Sudah banyak wanita yang menyuarakan hak-haknya dan menggemakan terkait kesetaraan gender lewat gerakan feminisme. Meski begitu, tetap saja masih banyak masyarakat yang  beranggapan bahwa laki-laki memiliki derajat lebih tinggi daripada wanita sehingga wanita lebih rentan menjadi korban KDRT.

Penyebab terjadinya KDRT yang lain adalah dikarenakan salah satu dari pasangan ingin mendominasi dalam rumah tangga, terjadinya perselingkuhan, faktor ekonomi, dan pernikahan dini yang juga turut meramaikan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Lalu, mengapa pernikahan dini turut mempengaruhi angka kekerasan dalam rumah tangga? Pernikahan dini juga menjadi salah satu budaya yang masih melekat di masyarakat kita hingga saat ini dan masih menjadi isu yang hangat diperbincangkan.

Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh kedua calon pengantin yang belum mencapai usia matang untuk menikah. Kasus pernikahan dini di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Dampak negatif yang ditimbulkan dari pernikahan dini adalah adanya gangguan mental karena belum siap atau matang dalam menghadapi masalah rumah tangga, masalah ekonomi, masalah dalam mengurus anak, dan meningkatnya angka perceraian serta kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Akibat dari ketidaksiapan mental dan pemikiran yang matang dapat menyebabkan konflik dalam rumah tangga. Kemudian, yang menjadi penyebab dari pernikahan dini sendiri adalah karena ekonomi, keluarga, faktor lingkungan, budaya dan hamil di luar nikah.

Dilihat dari kasus pernikahan dini yang masih tinggi, pemerintah masih perlu memberi perhatian lebih terhadap kasus ini. Selain itu, perlu lebih mensosialisasikan lagi terkait dampak dari pernikahan dini kepada masyarakat terutama anak muda.

Menengok dari pemaparan di atas, yang dirugikan bukan hanya pasangan, tetapi anak juga ikut menjadi korban. Dari sudut pandang anak, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mempunyai dampak negatif. Dampak yang diberikan adalah anak memiliki masalah mental seperti depresi, kecemasan, sulit berkonsentrasi dan lain-lain.

Hal tersebut dikarenakan anak kekurangan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya, juga menjadi sasaran emosi dari orang tuanya. Sehingga tidak jarang anak yang berasal dari keluarga broken home memiliki perilaku yang menyimpang dan mudah terjerumus pada pengaruh negatif dari pergaulannya juga lingkungannya.

Saat ini, kasus KDRT selain dapat dilaporkan pada pihak kepolisian, dapat juga dilakukan melalui via daring ke SAPA 196. Dengan demikian, diharap akan mempermudah dalam melaporkan kasus KDRT sehingga kasus tersebut lebih cepat diproses.

Akan tetapi, melihat dari keadaan saat ini masih banyak korban yang takut untuk melaporkan pada pihak berwajib. Karenanya, sangat penting dukungan dari  keluarga dan masyarakat sekitar agar korban mulai berani bersuara. Apabila tidak cepat ditangani, pelaku akan semakin sewenang-wenang terhadap pasangannya dan juga tidak menutup kemungkinan akan lari dari masalah.

Pencegahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat dilakukan dengan memilih pasangan yang tepat, menikah ketika siap mental dan umur, serta menikah ketika ekonomi sudah stabil. Upaya pencegahan lain yang dapat kita lakukan adalah dengan ikut gerakan anti kekerasan dalam berumah tangga, ikut mensosialisasikan terkait dengan KDRT lewat sosial media.

Selain itu, Pemerintah memprogramkan bimbingan pranikah bagi pasangan atau calon pengantin yang akan melanjutkan hubungannya ke jenjang pelaminan. Program pranikah merupakan program yang diupayakan oleh pemerintah untuk memberikan bekal berupa pengetahuan dan keterampilan bagi calon pengantin guna mempersiapkan tantangan yang akan dihadapi setelah menikah sehingga dapat menekan angka perceraian yang masih tinggi di Indonesia.

Program ini bukan hanya menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum menikah. Tetapi kebanyakan calon pengantin hanya menjadikannya sebagai formalitas saja. Karena demikian, upaya pemerintah pada program bimbingan pranikah tidak akan berhasil apabila tidak ada kesadaran dari diri sendiri.

Dalam rumah tangga seharusnya baik suami maupun istri bisa saling melengkapi dan bekerja sama dalam mengurus rumah tangga. Tidak selamanya istri bekerja di dapur dan tidak selamanya suami yang bekerja mencari nafkah. Karena dalam rumah tangga saling memahami dan saling menutup kekurangan merupakan hal yang terpenting. Keluarga yang sehat datang dari hubungan yang sehat pula.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img