.
Thursday, December 12, 2024

Teroka

Lailatul Qadar

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Hari ini, umat Islam menjalani puasa Ramadan ke 21. Memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan merupakan waktu istimewa untuk berlomba lomba menjemput dan berburu Lailatul Qadar. Malam penuh keistimewaan dan keberkahan. Malam yang lebih baik dari 1.000 bulan. ‘’Malam kemuliaan itu lebih baik dari 1.000 bulan.’’ (QS Al Qadr ayat 3).


Syekh Abdul Halim Mahmud dalam Syahr Ramadhan menghitung 1.000 bulan setara dengan 83 tahun 4 bulan. ‘’Seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun empat bulan. Itu merupakan standar umum umur manusia.

Lailatul Qadr (alfu syahrin) lebih baik dari umum manuria, dari umur setiap manusia, baik umur manusia di masa lalu maupun umur manusia di masa mendatang. Intinya Lailatul Qadar lebih baik dari (usia) zaman, ‘’ kata Syekh Abdul Halim Mahmud.(kompas.com, 8/4/2023)


Menurut beberapa sumber literasi, keistimewaan lain malam Lailatul Qadar adalah diampuninya dosa-dosa orang muslim. Ini tentu saja berlaku bagi orang-orang muslim yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan amalan-amalan yang disunnahkan.

Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: ‘’Barangsiapa melaksanakan salat pada malam lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.’’ (HR Bukhori).


Keistimewaan selanjutnya adalah dikabulkannya segala doa. Syekh Ahmad Thayyib juga mengatakan segala doa yang tidak diterima di waktu-waktu lain akan diterima di malam Lailatul Qadar.

Karena itu, beliau mengajak seluruh umat Islam untuk memperbanyak ibadah, seperti salat, istighfar, membaca Al Qur’an dan mengharap rahmat Allah SWT di malam yang mulia tersebut.


Keistimewaan keempat, malam Lailatul Qadar adalah malam penuh dan beribu berkah. Allah menurunkan keberkahan bagi umat Islam yang melakukan amalan-amalan baik di malam istimewa tersebut.

Seperti dijelaskan dalam Surah Al Dukhan ayat 3 yang artinya sebagai berikut: ‘’Sesungguhnya kami menurunkan pada suatu malam yang diberkahi.’’ (QS Al Dukhan ayat 3).


Dan keistimewaan yang kelima adalah dicatatkannya takdir tahunan manusia. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Surah Al Dukhan ayat 4: ‘’Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah’’ (QS Al Dukhan ayat 4).

Beberapa ulama menafsiri ‘segala urusan’ dalam ayat tersebut dengan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti hidup, mati, rezeki, untung baik, untung buruk, dan sebagainya. Sehingga malam Lailatul Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah SWT bagi perjalanan hidup manusia.


Menurut Rasulullah SAW malam Lailatul Qadar terletak pada 10 malam terakhir Ramadan. Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin mengatakan, Lailatul Qadar adalah malam yang diberkati. Malam ini merupakan satu dari 15 malam istimewa dalam Islam.


Dalam Tafsir Ibnu Katsir juga disebutkan, malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan keberkahan. Allah SWT menjelaskan keberkahan malam ini melalui Firman-Nya dalam surah Al Qadr.


Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan Al Qur’an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar.” (QS Al Qadr: 1-5).


Sabda Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadan. Malam ganjil yang dimaksud adalah antara tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadan.


Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam Shahih Bukhari juga terdapat riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sempat akan memberitahukan kapan waktu malam Lailatul Qadar. Namun, beliau mengurungkan niatnya.


Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah SAW pergi untuk menemui para sahabatnya untuk mengabarkan tentang Lailatul Qadar, akan tetapi di sana terdapat perselisihan antara dua orang muslim.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Aku datang kemari untuk mengabarkan tentang Lailatul Qadar, tetapi si Fulan dan si Fulan berselisih, maka kabar itu (tanggal turunnya) pun telah diangkat, mungkin itu yang lebih baik bagi kalian. Carilah ia (Lailatul Qadar) pada tanggal tujuh, sembilan, atau kelima (maksudnya pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan)”.


Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah mengatakan, para ulama berbeda pendapat mengenai kapan waktu Lailatul Qadar. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 21, 23, 25, atau 29. Akan tetapi, kata Sayyid Sabiq, mayoritas ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 27.


Ulama yang menyatakan hal ini berhujjah dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Siapa saja yang berupaya untuk mendapati Lailatul Qadar, hendaklah ia berupaya untuk mendapatinya pada malam ke-27.” (HR Ahmad dalam Musnadnya)


Ulama yang meyakini hal ini juga bersandar dengan hadits yang disebutkan oleh Ubai bin Ka’ab. Ia berkata, “Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya Lailatul Qadar itu berada dalam bulan Ramadan. Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui malam ke berapakah dia? Dia adalah malam yang kita diperintahkan untuk menghidupkannya, yaitu malam ke-27. Tandanya, matahari pada pagi harinya tampak putih tak bersinar.”


Hadits tersebut dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih Muslim, Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Ahmad dalam Musnad Ahmad, dan At Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi. Adapun, Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.(detikHikmah, 11/4/2023)


Pengasuh Pondok Pesantren Waqiah Indonesia KH Zaenal Arifin saat memberikan tausiyah di Malang Posco Media mengatakan orang yang mendapatkan Lailatul Qadar tidak perlu diceritakan kepada orang lain. Karena hal itu adalah rahasia Allah SWT. Hanya bisa dirasakan yang bersangkutan dan tidak bisa diceritakan kepada orang lain daripada menimbulkan fitnah.


Bila maksimal H-7 Hari Raya, Pemerintah mewajibkan para pengusaha memberikan THR kepada para karyawannya dan harus dibayar kontan tidak boleh dicicil untuk memberikan kegembiraan pada karyawan dan agar perusahaan juga berkah.

Saat THR dibagikan keceriaan dan kegembiraan terpancar di wajah para karyawan dan tentu saja berimbas pada kebahagiaan keluarganya menyambut lebaran.


Maka sepuluh hari terakhir Ramadan Allah SWT memberikan ‘THR’ Tunjangan Hari akhiR versi lain. Jumlahnya tidak bisa dikalkulasikan karena terlalu banyak bila dihitung. Dan yang pasti jaminan kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akherat.


Malam yang lebih baik dari 1.000 bulan. Bisa dibayangkan bila setiap Ramadan, umat Islam mendapatkannya sepanjang hayat. Subhanallah. Semoga kita termasuk orang orang yang mendapatkan Lailatul Qadar dalam hidup kita. Sehingga hidup kita berkah dunia dan akherat. Amin ya Rabb.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img