Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si
MALANG POSCO MEDIA – Dalam rangka mendukung terwujudnya world class university, pada setiap lini diperlukan sosok pejabat yang mampu melakukan penjaminan mutu dan sekaligus memainkan peran bagi keberlangsungan unit institusi, yaitu dalam pengendalian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana dalam memberikan pelayanan pada stake holders terkait.
Pejabat penjamin mutu harus turun langsung ke lapangan dan menjalin komunikasi yang baik dengan sasaran langsung program kegiatan yang dilaksanakan dengan mengacu pada indikator kinerja utama dan world university rank.
Oleh sebab itu dibutuhkan kepemimpinan pelayan yang visioner, adaptif dan bergerak dengan hati. Pelayanan yang dikelola dan dikendalikan dengan hati, merupakan bagian integral dari peningkatan kualitas kinerja pelayanan. Sosok pejabat penjamin mutu yang dapat memainkan peran tersebut telah memenuhi kriteria kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Sehingga kecepatan peningkatan kinerja organisasi akan ditentukan oleh langkah-langkah pengendalian yang dilakukan oleh pejabat penjamin mutu di masing-masing bidang, yang terkonsolidasikan dengan sinergisitas yang baik.
Kepemimpinan yang melayani (servant leadership) merupakan tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh suatu institusi. Para pemimpin-pelayan (servant leader)mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar nasional-global dan moral spiritual.
Pada tataran pejabat penjamin mutu yang langsung berhadapan dengan stake holders dan pemangku kepentingan, harus mampu memberikan pelayanan prima dan pengendalian yang melekat, sehingga dapat menjamin kepuasan masyarakat. Di tengah kondisi seperti ini dibutuhkan pemimpin perubahan (out of the box) yang mampu membawa kemajuan, cepat dan profesional.
Hal ini tidak mudah untuk dilaksanakan, butuh komitmen bersama dengan cara perubahan mindset dan culturalset agar berbagai kemajuan dapat diperoleh secara cepat dengan melibatkan berbagai stake holders terkait.
Secara umum kepemimpinan adalah suatu kewenangan yang disertai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, agar mampu menggerakkan orang-orang yang berada di bawah koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan bersama. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan organisasi agar kegiatan tersebut dapat terselenggara dengan efisien dan efektif serta bermanfaat bagi kemajuan umat.
Untuk itu diperlukan pengaturan mengenai tugas, cara kerja dan hubungan antara pekerjaan yang satu dengan lainnya, agar terjadi sinergisitas dan keterlibatan seluruh unsur dapat bergerak menuju suatu lompatan kemajuan dalam organisasi. Pemimpin wajib melaksanakan empat fungsi yaitu, merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengontrol atau mengendalikan secara ketat dan terukur dalam mewujudkan tujuan institusi.
Servant Leadership diterapkan
Berkaitan dengan peran penjamin mutu, servant leadership lebih tepat untuk dipahami dan dipraktikkan dalam melaksanakan pekerjaannya. Konsep servant leadership muncul dari pemahaman bahwa seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang bisa melayani orang-orang yang dipimpinnya. Oleh sebab itu nilai-nilai servant leadership harus ada dalam diri seorang pejabat penjamin mutu.
Terdapat sepuluh karakteristik servant leadership yang meliputi; mendengarkan (listening), empati (empathy), penyembuhan (healing), kesadaran (awarenes), persuasi (persuasion), konseptualisasi (conceptualization), kejelian (foresight), keterbukaan (stewardship), komitmen untuk pertumbuhan (commitment to the growth of people), dan membangun komunitas (building community).
Dalamservant leadership yang perlu diterapkan oleh para pejabat penjamin mutu memiliki dimensi; Pertama, altruistic calling, yaitu hasrat yang kuat untuk membuat lompatan perubahan positif pada kehidupan orang lain dan meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri, dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan institusi.
Kedua, emotional healing, yaitu komitmen seorang pemimpin untuk meningkatkan dan mengembalikan semangat staf sebagai supporting. Ketiga, wisdom, yaitu pemimpin yang mudah untuk memahami situasi dan dampak dari situasi yang dihadapi, dan selalu mengaitkan persoalan satu dengan yang lain, sehingga seluruh sistem bergerak menuju kemajuan tanpa ada yang merasa di rugikan, tetapi justru menyenangkan pada seluruh elemen.
Keempat, persuasive mapping, yaitu pemimpin memiliki keterampilan untuk memetakan persoalan dan mengonseptualisasikan kemungkinan tertinggi yang akan terjadi dan meminta seseorang untuk melakukan sesuatu ketika mengartikulasikan peluang. Kelima, organizational stewardship,yaitu pemimpin menyiapkan organisasi untuk membuat kontribusi positif terhadap lingkungannya. Keenam, humility, yaitu kerendahan hati pemimpin dalam mengelola sebuah institusi. Ia selalu bersikap populis dan tidak elitis, dekat dengan siapapun, tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain, karena seluruh unsur memiliki kontribusi sesuai kapasitasnya masing-masing.
Keenam, vision,yaitu pemimpin mengajak seluruh elemen memiliki visi jauh ke depan, mempredeksi kehidupan 20-30 tahun ke depan untuk kemajuan institusi, dan berkomitmen dengan semua anggota organisasi untuk mewujudkan visi bersama dengan mengajak merealisasikan dengan kecepatan tinggi, dan tidak mengekor pada institusi lain, karena memiliki visi yang lebih baik, dan Ketujuh, service,yaitu pelayanan dipandang sebagai inti dari kepemimpinan dan pemimpin menunjukkan perilaku pelayan yang baik kepada siapapun, tanpa membeda-bedakan.
Standar Moral Spiritual
Servant leadership atau kepemimpinan yang melayani memiliki kelebihan karena hubungan antara pemimpin dengan staf berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin sebagai pelayan mempunyai tanggung jawab untuk melayani kepentingan stake holders agar mereka merasakan pelayanan prima, begitu juga para staf juga memiliki komitmen penuh dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan yang gemilang.
Kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan di lingkungan institusi pendidikan dan karena kepelayanan bersifat universal. Keutamaan kepemimpinan yang melayani harus melekat pada diri seorang pemimpin adalah memiliki visi kepemimpinan dan orientasinya pada pelayanan yang cepat, tepat dan memuaskan.
Visi merupakan arah kemana organisasi dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin. Visi pemimpin akan menginspirasi tindakan dan membantu membentuk masa depan, pengaruhnya lebih kuat terhadap orang-orang yang bekerja untuk kepentingan organisasi.
Visi adalah masa depan yang realistik, dapat dipercaya dan menjembatani masa kini dengan masa depan yang lebih baik sesuai kondisi yang diharapkan. Pemimpin berorientasi pada pelayanan, sikap melayani terutama ditujukan untuk mereka yang paling membutuhkan pelayanan.
Pejabat penjamin mutu diharapkan dapat menerapkan servant leadership kepemimpinan yang melayani dengan menunjukkan sikap mau mendengarkan, berempati, terbuka, dan memiliki komitmen tinggi untuk mempengaruhi/ mengajak orang lain untuk memberikan pelayanan prima, humanis dan paripurna dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga seluruh unsur merasa senang, dan berempati pada semangat kemuajuan.(*)