.
Friday, December 13, 2024

Limbah Jadi Cuan; Inovasi dari Air Rebusan Kulit Kedelai

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Dari limbah olahan tempe yang biasa dijadikan pakan sapi ternyata menghasilkan cuan yang menggiurkan. Seperti yang dilakukan pengusaha tempe asal Sentra Industri Tempe Sanan, Dra Trinil Sri Wahyuni. Ia mengubah limbah air rebusan kulit kedelai menjadi Nata de Soya, mirip seperti Nata de Coco.

Inovasi olahan limbah air rebusan itu ternyata diminati masyarakat luas. Sederet pejabat telah mencobanya. Sebut saja seperti Sandiaga Uno yang meraskan langsung olahan inovasinya.

Pemprov Jawa Timur bahkan telah memberi penghargaan kepada Trinil. Itu karena kiprahnya sebagai pendorong penerapan ekonomi sirkular yang sangat inspiratif.

Kepada Malang Posco Media Trinil menceritakan, ia menggagas inovasi olahan limbah tempe itu dimulai sekitar tahun 2019 lalu. Awalnya ia melihat adanya tren kenaikan harga kedelai yang terus naik. Kondisi itu, tentu memberi dampak kepada usahanya.

Ia kemudian mencoba memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Ditemukanlah air rebusan tempe yang saat itu sangat melimpah.

“Sebelum pandemi di sini tiap harinya kurang lebih dibutuhkan 30-40 ton kedelai. Otomatis karena limbahnya juga tentu sangat melimpah, kami berinisiatif dengan akademisi memanfaatkannya,” kata Trinil ditemui di kediamannya di Jalan Sanan Kota Malang.

Diakui Trinil, pembuatan Nata de Soya tidaklah mudah. Di awal percobaannya, beberapa kali ia menemukan kesulitan. Yakni ternyata dalam pengolahannya membutuhkan suhu atau temperatur yang terjaga. Namun demikian dengan semangatnya yang tinggi, akhirnya tetap bisa terwujud sebuah inovasi Nata de Soya.

“Saya berpikiran untuk memanfatkan limbah dari hulu ke hilir. Alhamdulillah akhirnya bisa zero limbah. Ini sudah kita presentasikan ke 30 negara ketika pertukaran pelajar dan mereka sudah menyaksikan langsung proses pembuatan olahan tempe di sini,” ungkap wanita asli Malang ini.

Olahan Nata de Soya pun sukses mendapatkan pasar tersendiri. Tidak ingin berhenti, Trinil kemudian menginovasikan limbah kulit tempe menjadi brownis, kukis dan makaron.

Langkah ini dikatakan Trinil, tak lain karena situasi berat yang dihadapinya. Yakni makin tingginya harga kedelai, ditambah lagi melejitnya harga minyak goreng belakangan terakhir. Dari inovasinya itu, lanjut Trinil, memberi keuntungan tambahan sampai sekitar 40 persen.

“Untuk tempe sendiri diolah menjadi berbagai olahan misalnya brownis, kukis dan sebagainya yang saat ini mendobrak karena kripik tempe yang lagi lesu juga harga kedelai tinggi dan kesulitan minyak. Kulit kedelai dikeringkan untuk dibuat brownis kukis makaron. Tahun 2021, kami presentasikan juga ke pejabat Provinsi Jawa Timur,” tuturnya.

Selain mendapatkan penghargaan dari Pemprov Jawa Timur, karena inovasi olahan limbah tempe itu Trinil dinobatkan sebagai salah satu perempuan inspiratif tahun 2019. Ia dipilih karena bisa mengubah limbah menjadi sesuatu yang menghasilkan pendapatan.

Inovasinya itu pun kemudian terus dikembangkan bersama perajin tempe lainnya. Hingga saat ini total ada 50 jenis olahan tempe yang telah dihasilkan.

“Terbaru yakni tempe karakter dan tempe pelangi. Tidak hanya warna kuning tapi bisa dipadukan bunga telang, buah buahan, buah naga, jadi tempe itu berwarna warni,” sebut wanita 53 tahun ini.

Setiap kali ada kunjungan wisatawan di tempatnya, ia secara sukarela menularkan inovasinya. Trinil bahkan telah menularkan ilmunya ke berbagai kota di Indonesia. Ia pun punya target dalam waktu dekat ini segera mengeluarkan inovasi lagi.

“Kami bekerjasama dengan akademisi terkenal di Kota Malang dan juga dinas terkait yang suport inovasi baru, yaitu nanti ada tempe beku. Tempe akan kita buat di kaleng dan itu bisa ekspor ke luar negeri. Alhamdulillah sudah dibantu freezer untuk mematenkan tempe beku ini sampai keluar negeri,” ungkap wanita yang hobi menyanyi ini.

Trinil pun mendorong wanita di Kota Malang ikut berinovasi seperti dirinya. Menurut dia, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin meski pandemi melanda. Bila dirinya bisa, maka yang lainnya pun juga harus bisa.

“Jangan takut pandemi, karena walaupun pandemi kita masih bisa berinovasi, bisa membuat inovasi dan menghasilkan uang untuk keluarga kita,” katanya. “Tetap maju, tetap berjuang, tetap sehat agar bisa menciptakan olahan dan tetap bermanfaat keluarga dan diri sendiri. Yang terpenting setiap prestasi, kita amalkan untuk seluruh masyarakat dan wanita,” sambungnya. (ian/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img