MALANG POSCO MEDIA – Menurut rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 angka harapan hidupnya manusia Indonesia berkisar diusia 73 tahun. Angka harapan hidup adalah sebuah cerminan dari rata-rata berapa banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidupnya.
Sepuluh negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia pada 2023, menurut World Population Review diantaranya adalah Monako: 87,01 tahun, Hong Kong: 85,83 tahun, Makau: 85,51 tahun, Jepang: 84,95 tahun, Liechtenstein: 84,77 tahun, Swiss: 84,38 tahun, Singapura: 84,27 tahun, Italia: 84,2 tahun, Vatikan: 84,6 tahun, Korea Selatan: 84,14 tahun.
Angka harapan hidup konon disebut-sebut sebagai representasi dari makmur dan mulianya sebuah bangsa. Sebut saja misalkan di Monako dengan angka harapan hidup tertinggi versi World Population Review, disebabkan karena beberapa faktor. Mulai dari penduduknya yang biasa melakukan diet mediterania, adanya sistem perawatan kesehatan yang baik, serta banyaknya penduduk yang memiliki pendapatan besar.
Begitu juga dengan Hongkong, pasca Perang Dunia ke II, Hongkong mengalami perkembangan ekonomi yang sangat pesat, dan sejak saat itu angka harapan hidup masyarakatnya terus meningkat.
World Population Prospects: The 2022 Revision yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), penduduk Indonesia memiliki angka harapan hidup yang tergolong rendah dibanding negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Namun grafik perubahannya terus positif, angka harapan hidup di Indonesia tercatat sudah meningkat signifikan dalam beberapa dekade belakangan.
Berdasarkan data PBB, pada 1960 median angka harapan hidup saat lahir di Indonesia adalah 46,45 tahun. Kemudian angkanya terus membaik, hingga pada 2022 mediannya mencapai 69,93 tahun untuk laki-laki dan 73,83 untuk perempuan.
Para ilmuwan mempelajari orang-orang berusia sembilan puluhan (disebut nonagenarian) dan ratusan (disebut centenarian, termasuk semi-supercentenarian berusia 105-109 tahun dan supercentenarian, berusia 110+) untuk menentukan apa yang berkontribusi terhadap umur panjang mereka.
Mereka menemukan bahwa orang-orang yang berumur panjang mempunyai sedikit kesamaan satu sama lain dalam hal pendidikan, pendapatan, atau profesi. Namun kesamaan yang mereka miliki mencerminkan gaya hidup mereka—banyak yang bukan perokok, tidak mengalami obesitas, dan mampu mengatasi stres dengan baik.
Selain itu, sebagian besar adalah perempuan. Karena kebiasaan sehat mereka, orang lanjut usia ini mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk terserang penyakit kronis yang berkaitan dengan usia, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kanker, dan diabetes, dibandingkan rekan-rekan mereka yang berusia sama.
Setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi “long life longevity” pada seseorang. Pertama, Genetic. Seiring bertambahnya usia, ujung kromosom kita menjadi lebih pendek. Hal ini membuat kita lebih mungkin untuk sakit. Namun perubahan gaya hidup dapat meningkatkan kualitas enzim yang membuatnya lebih panjang.
Selain itu, penelitian menunjukkan diet dan olahraga dapat membantu melindungi mereka. Intinya: Kebiasaan sehat dapat memperlambat penuaan pada tingkat sel sehingga cromose kita tetap panjang.
Kedua, Lifestyle alias gaya hidup. Sebuah penelitian selama 80 tahun menemukan bahwa orang yang teliti — artinya mereka memperhatikan segala sesuatu dengan detail, memikirkan segala sesuatunya dengan matang, dan mencoba melakukan segala semua pekerjaannya dengan benar, mereka berpotensi hidupnya lebih lama.
Sebagai sebuah penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Robin Dunbar dari Oxford University, bahwa bersantai dengan sahabat setidaknya dua kali dalam seminggu sangat baik untuk kesehatan mental dan fisik. Lebih lanjut hasil penelitiannya menunjukkan bahwa orang yang memiliki banyak teman cenderung tidak mudah jatuh sakit, mereka diketahui lebih cepat sembuh bahkan setelah mereka menjalani operasi.
Hal senada juga disebutkan dalam sebuah jurnal neurology neurosurgery and psychiatry, bahwa memiliki teman memberikan dampak positif pada kemampuan kognitif seseorang.
Sebuah penelitian di Inggris selama 50 tahun menunjukkan bahwa berhenti merokok pada usia 30 tahun dapat menambah usia seseorang satu dekade penuh. Lebih lanjut hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menghentikan kebiasaan merokok pada usia 40, 50, atau 60 tahun dapat menambah 9, 6, atau 3 tahun usia seseorang.
Melakukan diet ala mediterranian juga membuat usia seseorang menjadi tambah panjang. Membiasakan mengonsumsi makanan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, minyak zaitun, dan ikan dapat mengurangi peluang kita terkena sindrom metabolik — kombinasi dari obesitas, gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan hal-hal lain yang membuat kita lebih mungkin terkena penyakit jantung dan diabetes.
Selain beberapa hal di atas, lifestyle yang bisa membuat seseorang bisa memiliki “longevity” di antaranya adalah senantiasa merawat optimisme atas harapan dan cita-cita dalam kehidupan, memiliki kemampuan dalam memanagemeni stres dan kekuatan spiritual yang terus terjaga sepanjang kehidupan.
Ketiga,Environment alias lingkungan. Tidak bisa dipungkiri salah satu faktor kunci terkait angka harapan hidup manusia di sebuah negara adalah kemakmuran, ekonomi yang terus membaik, kemampuan sebuah negara dalam menyiapkan segala daya dukung yang dibutuhkan oleh masyarakatnya dalam menjalani hidup.
Ketersiapan pangan yang berlimpah, murah dan gampang, ketersediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat, adanya pemukiman dan lingkungan yang sehat serta akses pada kesehatan yang mudah dan murah, juga menjadi bagian yang berkontribusi terhadap “longevity” seseorang.
Potret kemakmuran dan kemajuan sebuah bangsa adalah dari angka harapan hidup manusianya. Negara-negara yang mampu menyediakan seluruh instrumen dan infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk hidup dengan layak, pantas, berkemajuan dan berkelas akan menyebabkan masyarakatnya memiliki “longevity.”(*)