.
Thursday, December 12, 2024

M Faizul Adib, Pemegang Sertifikat IPv6 Network Engineer, Dulu Penjaga Warnet, Kini Kuasai Sistem Protokol Internet Masa Depan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Belum banyak pengguna internet yang menggunakan teknologi IPv6 di Indonesia. Karena lebih dari 90 persen  masyarakat Indonesia masih menggunakan teknologi jaringan internet dengan Protokol Internet (IP) atau IP Adress versi 4 atau IPv4.

Sedangkan pengguna IPv6 di Indonesia tidak lebih dari satu persen. Jumlah engineering atau teknisinya bahkan lebih sedikit. Nah ternyata salah satu teknisi atau Network Engineering-nya dari Malang. Dia adalah M Faizul Adib.

“Pengguna IPv6 ini masih sangat sedikit. Jadi teknisinya atau engineering-nya lebih sedikit lagi. Nah yang sertifikasi pun pasti lebih sedikit lagi jumlahnya. Tidak ada satu persen di seluruh Indonesia,” kata Adib, sapaan akrab M Faizul Adib.

“Saya kebetulan salah satu di antara yang kurang dari satu persen itu. Saya tersertifikasi tahun 2020 lalu,” sambungnya. Ia menjelaskan IPv6 adalah sistem protokol internet masa depan. Lebih canggih dan sempurna dari versi saat ini atau IPv4.

Untuk diketahui IPv6 (Internet Protocol version 6) adalah versi IP address yang menggunakan 128 bit. Terdiri dari delapan kumpulan angka dan huruf yang masing-masing merupakan representasi desimal 16 angka biner. Dengan sistem 128 bit, IPv6 dapat memiliki kombinasi hingga 340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456 alamat.

Saat ini pengguna internet dengan versi IPv4 sebanyak 4,29 miliar IP Adress. Jika kebutuhan IP Adress semakin meningkat, tak perlu khawatir kehabisan IP address bila menggunakan IPv6. Sekarang penggunaannya masih 35 persen di seluruh dunia. Artinya masih cukup banyak yang setia dengan IPv4. Padahal kebutuhan IP Adress semakin meningkat.

“Teknisinya pun masih sedikit. Saya termasuk yang tersertifikat di Indonesia, dan memang tak banyak. Sertifikasi saya dikeluarkan Hurricane Electric. Di Indonesia yang tersertifikasi kemungkinan hanya 0,0 sekian persen saja. Tapi ke depan ini sangat dibutuhkan. Ini salah satu cara saya untuk mempersiapkan ke depannya,” kata warga Karangploso Kabupaten Malang ini.

Tidak itu saja, Adib adalah salah satu pemegang lisensi Repository Linux di Indonesia. Dia salah satu rekanan Ubuntu (salah satu sistem operasi gratis berbasis Linux kelas dunia berbasis di London) untuk Indonesia.

Adib menjadi salah satu dari 20 provider di Indonesia yang bisa menyediakan Repository Linux resmi. Atau provider yang bisa menyediakan program-program Linux berlisensi resmi. Ini didapatkannya setelah melalui proses langsung dari Ubuntu di tahun 2020.

“Untuk yang Linux ini setahu saya di Malang hanya saya saja. Kalau di daerah lain ada di Surabaya, Jogja, Jakarta,” kata Adib yang saat ini sebagai IT Development untuk Jagoan Hosting, Mebiso dan Ngalup.co.

Umumnya skill luar biasa ini didapatkan dengan pengalaman dan pendidikan yang mendalam. Tapi berbeda dengan Adib. Ia belajar secara otodidak. Adib belajar dari pengalaman.

Ia lulusan SMAN 1 Sidayu Gresik. Pada tahun 2010 pernah mendaftar kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya. Namun tak lulus. Sejak lulus SMA, Adib membantu pamannya bekerja di usaha sablon. Pernah juga bekerja mencuci sepeda motor, kemudian menjadi penjaga warnet.

“Dari jaga warnet ini saya mulai belajar soal hosting. Lalu sambil kuliah, tapi saya nyerah (tak lanjutkan kuliah) karena seperti tidak nyambung saja. Enak langsung praktik. Lalu ditawari lagi kerja di Jagoan Hosting di tahun 2012. Dari situ saya belajar, tanya-tanya pekerja yang mengerti, belajar sendiri, akhirnya bisa seperti ini,” papar Adib.

Pria berkacamata ini pun memaknai bahwa belajar  bisa dimana saja dan dari siapa pun. Asalkan berusaha keras dan mau belajar terus.

Dari menjaga warnet itu, kini Adib bisa memiliki dan mengelola tujuh  provider sekaligus. Ia menjadi konsultan engineering network di berbagai perusahaan. (sisca Angelina/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img