Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si
MALANG POSCO MEDIA – Hamba Allah SWT, makhluk natiq “manusia” merupakan makhluk istimewa. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, manusia dianugerahi unsur-unsur immaterial yang lengkap berupa ruh, akal, hati, dan nafs (syahwatdanghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut jiwa. Unsur non materi dari manusia pada hakikatnya wujud sebagai makhluk spiritual, dan masing-masing unsur memiliki fungsi yang berbeda.
Unsur ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat dengan Allah SWT. Akal berfungsi untuk berpikir, mengingat, menghitung dan berlogika. Hati berfungsi untuk membuat ketetapan dan atau meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal lain berhubungan dengan rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang berpotensi pada kesenangan dan kemarahan (nafs al-ammarah).
Manusia sebagai makhluk unik, seharusnya mampu mengendalikan “jiwa tirani” dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, maka ia akan menjadi pribadi yang kamil. Sebaliknya, jika seseorang dikendalikan oleh jiwa tirani dengan memenuhi kesenangan-kesenangan dasar, maka ia akan menjadi pribadi yang pincang.
Sebagai makhluk spiritual, manusia seharusnya mampu membersihkan hatinya dengan melakukan latihan-latihan kebaikan untuk melawan kecenderungan nafsu rendah yang menyukai kedengkian, hasud, fitnah, kemaksiatan dan seterusnya.
Penyakit Hati
Menurut Thabib al Ashar (2021) bahwa di dalam jiwa manusia, sesungguhnya ada unsur energi negatif yang dapat menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu “penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang menimbulkan sifat sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah menuturkan bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, dimana sifat hati tersebut selalu muncul dari zaman ke zaman. Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan penyebab dari sifat-sifat tercela lainnya, yaitu: hasad(iri hati), riya(pamer), dan ujub(angkuh, sombong atau berbangga diri).
Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad” atau dengki. Hasad adalah klaster problem jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri, lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban manusia sendiri. Betapa banyak perkelahian, percekcokan, dan peperangan fisik dengan saling membunuh dan meniadakan, diakibatkan oleh munculnya sikap dengki.
Menurut Asy-Sya’rawi, penyakit jiwa bernama “hasad” benar-benar nyata. Al Qur’an sendiri dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam Al Qur’an disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab terhadap Rasulullah Saw. Hal ini dapat dibaca dalam Q.S. 4; 54, yang artinya “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya?.”
Demikian juga Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari penyakit hati ini, sebagaimana Sabda Rasulullah Muhammad SAW, yang artinya ”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud).
Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah menyuruh manusia untuk meminta perlindungan Allah darinya, sebagaimana di jelaskan dalam Q.S. 113: 5, yang artinya: “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”
Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata. Namun keberadaannya justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski hasad tidak terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata.
Dampak Psikologis
Bila dilihat secara psikologis hasad memiliki dampak yang sangat besar, di antaranya; pertama, membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur nikmat). Kedua, menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak nyaman atas kebahagiaan orang lain, konflik batin, bahkan dirinya dipenjarakan sendiri, akibtanya hidupnya tidak akan produktif.
Ketiga, munculnya ghibah, fitnah dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga dan ikatan persaudaraan sesamanya. Dan keempat, munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang tak terbatas.
Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam ra dari Nabi SAW, beliau bersabda, yang artinya; Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian. (HR. Tirmizi).
Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain. Hasad adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Menurutnya, hasad adalah cabang dari syukh, yaitu sikap batin yang bakhil untuk berbuat baik. Sikap ini betul-betul dimurkai oleh Allah SWT., bahkan api neraka siap menyambutnya di akherat kelak. (*)