spot_img
Sunday, September 8, 2024
spot_img

Manajemen Kehidupan Sosial dan Potensi Kecemasan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Imam Afudloli
Plt Kepala TU SMAN 1 Sumbermanjing

          Seperti telah digaungkan tokoh-tokoh nasional hingga kini merembet ke tingkatan tokoh kampung, Indonesia emas dibahas secara terperinci dan detail. Obrolan tak terbatas disertai literasi kuat antara nilai positif dan negatif membahana di penghujung antara rasa cemas dan keemasan negeri ini. Ledakan besar demografi memunculkan stigma positif dan negatif, karena sekat dan jurang pemisah keduanya akan semakin tampak.

          Nilai positif dari bonus demografi di tahun 2045 adalah 70 persen penduduknya berada pada usia produktif atau bisa dikatakan di rentang usia 15-64 tahun. 30 persen sisanya merupakan usia tidak produktif atau usia 65 tahun ke atas dan 14 tahun ke bawah. Jika diaplikasikan Indonesia emas diperhitungkan dengan kondisi saat ini maka jumlah usia penduduk produktif adalah 195,3 juta penduduk dari total 279,8 juta penduduk Indonesia.

          Bonus demografi ini jika tidak diurus dengan sebaik-baiknya maka dipastikan masalah akan bermunculan. Belajar dari negara dengan tingkat jumlah penduduk yang besar permasalahan seperti kemiskinan, tingkat kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi tidak akan bisa terhindarkan ketika negara tidak mampu berbuat banyak ketika plan by plan arah pembangunan negara ini tidak disiapkan sedini mungkin.

          Di forum-forum ilmiah kita lebih terbuai dengan kata Indonesia emas tapi antitesis dari semua ini, nalar kritis kita berbalik menjadi Indonesia cemas. Antitesis ini sengaja diambil di antara rasa kekhawatiran terkait stabilitas bangsa yang besar yang tahu potensi atas diri bangsanya. Seperti apa bangsa ini bersikap itulah masa depan bangsa ini di masa depan tergambar.

          Potensi kecemasan inilah yang jarang dibahas serta dikaji lebih mendalam di forum-forum ilmiah. Kalaupun ada hasil dari rasa kecemasan di forum-forum ilmiah ini, semoga bukan hasil yang selalu dimasukkan ke peti kemas tanpa ijab qabul dari pemerintah. Kecemasan ini jelas beralasan karena ditemukannnya permasalahan bangsa yang semakin masif akhir-akhir ini.

          Judi online, narkoba, manajemen media sosial adalah beberapa tantangan yang langsung bersentuhan dengan kalangan paling bawah. Krusial serta efek yang ditimbulkan dari tantangan ini memerlukan segenap tenaga dan pikiran dari seluruh pihak untuk berbuat lebih bagi negara ini. Tantangan itu nyata.

          Judi online di Indonesia menurut survei drone emprit menunjukkan prestasi tertinggi teratas di dunia. Transaksi keuangan sekitar Rp 81 Triliun merupakan angka yang sangat besar. Sebaran angka ini diperoleh dari sekitar 201.122 penjudi di seluruh Indonesia. Pada hasil survei ini diperkirakan data yang belum masuk secara keseluruhan dan diyakini angkanya semakin besar.

          Faktor-faktor semakin berkembangnya judi online menurut Ratna Aziz Prasetyo dosen Sosiologi FISIP Unair adalah tekanan kemiskinan dan gaya hidup sosial serta kondisi kultural. Keinginan mendapatkan penghasilan secara instan, dukungan lingkungan yang terbiasa dengan judi online serta faktor kultural bahwa judi adalah hal normal serta lumrah menjadi tantangan sendiri bagi masyarakat kita.

          Narkoba menjadi momok besar bagi negara yang sedang membangun sendi-sendi karakter pemudanya. Narkoba di Indonesia tumbuh subur, catatan dalam rangka Hari Anti Narkoba Internasional yang dipusatkan di Riau (26/6/2024), Kepala BNN mengungkap penyalahgunaan narkoba secara global naik 12 juta jiwa.

          Di Indonesia sendiri prevalensi penyalahgunaan narkotika pada tahun 2023 sebesar 1,73 atau setara dengan 3,3 juta penduduk Indonesia yang berusia 15-64 tahun. Data lain ditemukan adanya peningkatan penyalahgunaan narkoba adanya penyalahgunan pada usia 15-24 tahun.

          Sebagai penduduk terbesar keempat dunia, pasar narkoba global bukan tidak mungkin mencium pangsa pasar yang sangat menggiurkan dalam peredarannya. Terbaru pabrik narkoba terbesar di Indonesia ditemukan di Malang. Pabrik ini memproduksi ekstasi dan xanax, serta dua bulan terakhir memproduksi 1,2 juta ton tembakau sintesis (malang posco media, 4/7/2024). Satu lagi pekerjaan rumah yang besar khususnya bagi masyarakat Malang Raya.   

          Manajemen media sosial sepertinya Indonesia adalah juaranya. Netizen Indonesia terkenal dengan loyalis di berbagai paltform media sosial. Pengguna media sosial di Indonesia menyentuh angka 139 juta atau sekitar 49,9 persen dari total populasi penduduk Indonesia (databoks,01/03/2024). Media sosial yang di dalamnya berisi informasi hingga hiburan maka akan menunjuk kepada tantangan manajemen kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

          Salah satu efek negatif media sosial kecemburuan sosial yang berujung pada peningkatan rasa depresi serta kecemasan bagi setiap penggunanya dan rerata pada usia 15-24 tahun. Efek FOMO (fear of missing out) atau kecemasan tidak bisa mengikuti tren tertentu juga bisa berdampak pada tumbuh kembang psikologi seseorang. Hal ini menjadi tantangan besar bagi setiap masyarakat untuk berjibaku bagaimana manajemen media sosial wajib diterapkan.

          Generasi emas Indonesia adalah harapan masa depan bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang lebih maju. Tidak semestinya menjadi generasi yang mencemaskan!! (*)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img