spot_img
Saturday, July 27, 2024
spot_img

Mau Nunggu Apalagi?!

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kalah lagi. Alih-alih ingin naik ke papan atas dengan ambisi raih tiga poin di kandang PSM Makassar, Singo Edan terkapar. Arema FC kalah 1-0 dari tuan rumah, dalam pertandingan lanjutan Liga 1 2022/2023 di Stadion Gelora BJ Habibie Parepare Sulawesi Selatan.

              Terlepas kekalahan Arema lewat hadiah penalti untuk PSM menit 40, namanya kalah ya tetap kalah. Alfarizi dkk gagal mengulang sukses seperti saat mengalahkan Bali United di Stadion Kapten I Wayan Dipta, pekan lalu. Apa yang membedakan dua laga away Singo Edan ini?

- Advertisement -

              Pertama saya melihat komposisi tim Arema, Sabtu (20/8) kemarin. Hanya beda satu pemain dari the winning team yang diturunkan di Bali. Ya, hanya beda satu pemain. Yaitu Adilson Maringa, kiper utama Arema ini tidak masuk starting line up. Dia hanya sebagai pemain cadangan. Maringa mendadak demam.

              Hanya karena satu pemain ini yang absen, kekalahan itu terjadi. Ya, bisa jadi begitu. Ingat, meski berposisi kiper, Maringa statusnya pemain asing. Pemain kunci juga. Sering jadi penyelamat bagi Arema, menghindari kekalahan. Maaf, ini tanpa bermaksud meremehkan kualitas Teguh Amirudin.

              Kalau boleh berandai-andai. Mungkin saja, Maringa bisa mengamankan tendangan penalti Yuran Fernandes. Lebih dari itu, saya melihat komposisi tim Arema saat tak bisa menurunkan the winning team, hasilnya tak maksimal. Seperti saat away di Samarinda, dibantai Borneo FC 3-0.

              Termasuk dua laga home, permainan Arema tak seagresif seperti laga di Bali.  Formasi the winning team Arema FC lawan Bali United, kiper Maringa, belakang Alfarizi, Sergio, Bagas dan Rizky Dwi. Tengah Adam Alis, Renshi, Jayus dan Dendi Santoso. Depan duet Camara dan Gian Zola.

Formasi ini kembali diturunkan pelatih Eduardo Almeida saat lawan PSM, minus Maringa. Ternyata terlihat beda mainnya. Saya menilai, penampilan Renshi dkk tidak menunjukkan percaya diri sebagus di Bali. Padahal secara komposisi tim lawan, PSM sebenarnya tidak full team.

PSM yang hari Rabu (24/8) lusa bakal tampil di ajang AFC Cup, ‘menyimpan’ beberapa pilarnya. Namun tim Arema tak bisa memaksimalkan ‘keuntungan’ itu. Bahkan untuk sekedar mencuri satu poin. Arema justru kecolongan lewat gol penalti, usai Bagas melakukan pelanggaran.

Terlepas itu keputusan tepat dari seorang wasit atau berbau kontroversi, Bagas akhirnya diganjar kartu kuning. Selain Bagas, dua pemain belakang Arema, Sergio dan Alfarizi juga dapat kartu kuning, menit 27 dan 87. Menunjukkan lini belakang Arema harus berjibaku. Maringa effect.

Ya, tanpa benteng kokoh seorang Maringa, lini belakang Arema harus pontang panting menahan serangan PSM. Inilah yang saya nilai, adanya ketergantungan Arema pada formasi the winning team. Sehingga saat ada yang absen, permainannya jadi berbeda. Bahkan cenderung menuai hasil buruk.

Entahlah, kenapa sampai begitu. Yang jelas pelatih Almedia punya prinsip untuk selalu bisa menurunkan formasi the winning team. Baginya, formasi terbaik pilihannya, seolah menjadi garansi, hasil positif. Meski kenyataannya, Arema tak selalu bisa menurunkan komposisi itu.

Menariknya. Atau lebih tepat anehnya. Arema seperti tak punya alternatif formasi terbaik lainnya. Meski pelatih Almeida coba merubah komposisi timnya di awal babak kedua. Namun bisa dilihat bersama, tak ada perubahan taktik strategi yang signifikan. Cenderung membingungkan.

Lihat saja. Menit 46, tiga pemain baru dimasukkan. Seolah ada yang tidak beres dari komposisi babak pertama. Awal babak kedua langsung mengganti tiga pemain. Dedik Setiawan, Ilham Udin Armaiyn dan Evan Dimas masuk menggantikan Rizky Dwi, Gian Zola dan Adam Alis. Pada pergantian ini,  Renshi ditarik ke belakang mengisi posisi Rizky Dwi sebagai bek kanan.

Dedik mengisi posisi Adam Alis di kanan, Dendi saya lihat mengisi tempat Gian Zola sebagai second striker di bawah Camara, lalu Ilham Udi di sayap kanan. Entah ini benar atau tidak sesuai dengan yang diharapkan pelatih Almeida, saya lihat kebingungan posisi antar pemain Arema.

Antara Dedik, Dendi, Ilham Udin serta Camara, terlihat tanpa organisai permainan yang pas. Lalu menit 64, Dendi akhirnya ditarik keluar dan digantikan Hanis Sagara, disusul menit 77, Jayus digantikan Arkhan Fikri. Intinya ingin mengejar ketertinggalan, untuk mengejar hasil imbang.

Terus terang saya tidak paham, dari perubahan itu, taktik strategi seperti apa yang diinginkan pelatih Almeida. Jangan-jangan, pemain juga tidak paham. Mungkin yang penting berusaha menyerang. Meski faktanya, dari statistik pertandingan, Arema tak memiliki shot on target. Mau nunggu apalagi?  (*)

- Advertisement - Pengumuman
- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img