MALANG POSCO MEDIA – Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) adalah kongsi dagang para pengusaha Belanda yang memperoleh hak beli dan menguasai rempah dan perdangan di Nusantara, bahkan bisa dikatakan kaya rayanya VOC ini adalah berasal dari aktivitas eksploitasi mereka terhadap SDA dan perdagangan di Nusantara.
Dalam beberapa catatan sejarah disampaikan bahwa VOC pernah memiliki 4.875 kapal yang mereka gunakan untuk aktivitas perdangan. Namun sekitar tahun 1799 saat dimulainya peradaban baru revolusi industri, VOC ini mulai runtuh. Seakan tidak mungkin memang, perusahaan segitu besarnya dengan aset yang sangat luar biasa bisa tumbang.
Salah satu faktor yg menyebabkan VOC bangkrut adalah di tahun 1860an, dimana dunia sudah mulai mengenal mesin uap, yang kemudian mempelopori kapal-kapal baru yang digerakkan dengan mesin uap. Jelas saja kapal-kapal ini mampu bergerak lebih cepat, dibandingkan kapal milik VOC yang masih menggunakan layar dan angin sebagai sumber geraknya.
Era baru kapal bermesin uap ini banyak dimanfaatkan oleh EIC (East India Company) dari Inggris, mereka lebih modern, lebih maju, lebih cepat beradaptasi. Sedangkan VOC dengan 4.875 kapalnya tentu bukan perkara yang mudah mengganti kapalnya menjadi bertenaga mesin uap yang jelas butuh dana operasional yang besar dan kesiapan SDM.
Di sinilah letak kekalahan telak VOC atas EIC Inggris yang lebih cepat beradaptasi terhadap perubahan saat itu. Dunia terus berubah, kapal-kapal layar milik VOC yang begitu berjaya akhirnya terbunuh oleh zaman, VOC terlambat melakukan perubahan dan beradaptasi.
Kapal-kapalnya kalah hemat dan kalah cepat, volune angkutnya juga kalah yang artinya mereka tidak kompetitif. Dan kondisi ini sangat berbeda dengan EIC Inggris yang terus bisa hidup karena bisa beradaptasi dengan perubahan zaman.
Hal ini kira-kira sama dengan kondisi yang terjadi saat ini, platform bisnis sudah berubaha dari tradisional ke peradaban digital, bahkan sekarang sudah banyak yang menggunakan Artificial Intelegence (AI). Dunia manusia sekarang telah berubah 10cm di depan kepalanya, banyak bisnis yang hanya dibekali 1 buah gadget saja bisa menghasilkan miliaran rupiah. Lebih low cost, cepat, inovatif, kekinian, tidak perlu tempat permanen dan menghasilkan.
Peradaban telah mengalami megasift, pilihannya adalah kita mau beradaptasi atau kita akan tergerus oleh zaman. Menurut Badan Pusat Statistik, Indonesia akan mengalami bonus demografi direntang waktu tahun 2020-2030. Bonus demografi adalah sebuah kondisi dimana masyarakat yang berada pada usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia non produktif. Akan semakin banyak orang yang memiliki kompetensi sama terlebih lagi kita sekarang berada pada era 4.0, bahkan mengarah ke 5.0.
Para ahli menyebut kondisi saat ini sebagai sebuah kondisi yang bernama VUCA. Istilah VUCA yang diciptakan oleh pasukan militer Amerika Serikat (AS) ini, menggambarkan situasi geopolitik saat itu dimana di kondisi perang selalu dihadapkan pada kondisi yang dinamis dan membahayakan, semua serba tidak pasti dan sering kali tidak dapat diprediksi, di satu sisi pengambilan keputusan harus tetap berjalan dengan cepat di tengah keterbatasan.
VUCA adalah Volatility (lingkungan yang labil, situasi berubah amat cepat), Uncertainty (tidak bisa diprediksi, penuh dengan ketidakpastian), Complexity (semakin rumit, masalahnya multifaktor dan rumit), Ambiguity (ketidakjelasan suatu kejadian dan mata rantai akibatnya). Kondisi ini kira-kira yang sekarang sedang terjadi di negeri kita, kita sedang menjumpainya sekarang.
Ada peluangan sekaligus ancaman di tengah kondisi VUCA ini, peluang ini akan selalu ada bagi kita yang bisa dengan cepat beradaptasi dengan perubahan dan keadaan, bagi kita yang menamkan mindset pertumbuhan dalam diri kita. Akan tetapi VUCA ini juga sekaligus jadi ancaman bagi bagi mereka yang tidak mau beradaptasi (fixed mindset). Mereka bisa dipastikan akan hilang dan tergerus oleh perubahan situasi yang begitu cepat karena tidak bisa cepat beradaptasi dengan megashift yang sedang terjadi saat ini.
Hermawan Kertajaya dalam bukunya menyebutkan bahwa obat penawar VUCA itu disebut dengan DAMO. Apakah itu DAMO?. DAMO adalah akronim dari Discover (kreatif), Adventure (belajar metode baru), Momentum, dan Outlook (adaptif).
Dalam bukunya beliau menyebutkan bahwa di zaman VUCA, pelaku bisnis harus produktif, dan kreatif. Kreativitasnya tidak boleh “by accident”, yakni menunggu terjepit baru kreatif. Korporasi yang handal di masa depan adalah yang bisa menggabungkan antara produktivitas dan kreativitas.
Di era sekarang ini, kreativitas dan extrem productivity menjadi satu paket mindset dan habbit yang harus dimiliki oleh setiap busines owner. Produktif saja tidak cukup tanpa dibarengi dengan kreativitas dalam membuat inovasi-inovasi baru dalam bisnisnya, new product, new strategi, new partner, new colaboration, dan benchmarking secara terus menerus.
“Adventure the new way” adalah hal yang menarik lagi. Era VUCA ini justru harus mendorong kita lebih sering ‘turun gunung’, harus senang baca buku kembali, menulis, mencoba metode-metode baru, belajar dari banyak orang, membaca fenomena dengan baik, dan rajin-rajin “seeking hidden costumer aspiration.” Pelaku bisnis di era VUCA ini harus luwes, gesit, agile terhadap perubahan di bisnis dan lingkungan sekitarnya.
Dalam bisnis, customer itu ibarat aliran darah dalam tubuh manusia, kalau dia ada masalah dalam proses alirannya bisa berimbas multiple dalam tubuh. Customer juga seperti itu, dari customerlah bisnis kita akan bisa hidup, karena datangnya customer, terbentuknya loyal customer, adanya customer ambassador linier dengan omset yang akan kita dapat.
Semakin banyak customer yang puas dengan layanan kita itu berarti akan semakin banyak juga customer yang terconversi menjadi buyer dan itu artinya omset. Maka sangat dibutuhkan excellent service agar customer mendapatkan sebuah pengalaman terbaik Ketika menikmati produk atau jasa kita.
“Set the new momentum”, Momentum dalam bisnis itu merupakan sesuatu yang berharga dan bermakna. Oleh karenanya kita tidak boleh berpangku menunggu momentum, momentum harus diciptakan, harus dibuat, harus dijemput. Dibutuhkan ketangkasan (agile) busines owner untuk bisa membaca dengan cepat setiap momentum yang muncul.
“Imagine the new outlook.” Ini adalah tentang membangun mindset bisnis yang terbuka. “Kita harus mengakui bahwa perubahan itu sifatnya abadi dan berlangsung cepat. Jadi mau tidak mau kita harus adaptif. Memvisualisasikan masa depan itu sangat penting, karena hal itu akan membawa harapan dan semangat alam bawah sadar untuk terus bisa survive, competitiveness dan produktif.
Sejarah panjang VOC dan sejarah kebangkrutannya cukup menjadi pelajaran berharga bagi kita dalam menentukan sikap terhadap perubahan zaman dan peradaban yang cukup cepat ini. Hanya ada dua pilihan bagi kita dalam situasi megashift peradaban, yakni kita beradaptasi dengan sebaik-baiknya dengan perubahan zaman atau kita akan mati di telan perubahan.(*)