Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa melakukan semua kegiatan sendiri, pasti membutuhkan orang lain. Manusia butuh komunikasi dengan yang lain dalam menjalani kehidupan. Pendidikan karakter sangatlah penting dalam kehidupan bersosialisasi untuk mencapai hubungan yang baik dengan sesama manusia. Oleh karena itu pendidikan karakter harus ditanamkan sejak anak-anak.
Penanaman nilai karakter pada anak tidak hanya dilakukan di sekolah melainkan harus dibiasakan di rumah. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dilakukan oleh guru atau lembaga pendidikan.
Yaitu metode pembinaan yang diformulasikan melalui 4M, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), menginginkan kebaikan (desiring the good), dan mengerjakan kebaikan (acting the good). Selain metode tersebut, metode pendidikan karakter dilakukan melalui metode mengajarkan, keteladanan, menentukan prioritas, metode dialog partisifatif dan eksperimen serta metode naratif.
Dengan metode pembelajaran saat ini yang berpusat pada anak (Students Center) diharapkan pembentukan karakter pada anak akan semakin terasah. Anak akan belajar berpikir kritis dan kreatif. Mereka akan belajar dari pengalaman-pengalaman yang mereka lakukan secara langsung.
Begitupun dengan nilai sportivitas yang harus mereka miliki. Jika ada pelaksanaan lomba, maka mereka akan belajar membuat strategi bagaimana cara agar mereka menang. Dan jika mereka kalah, maka mereka harus mengevaluasi diri mengapa mereka kalah.
Selain di sekolah, pembentukan karakter juga harus dibiasakan di rumah, dengan metode mengajarkan dan memberikan keteladanan sehingga sejak usia dini anak- anak sudah terbiasa dengan karakter-karakter baik yang telah diajarkan di rumah maupun di sekolah.
Karakter dan kepribadian yang terbentuk pada anak-anak kita saat ini adalah perpaduan dari karakter yang diterapkan di lingkungan rumah, sekolah dan keseharian anak-anak tersebut.
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia prodi PGSD Edi Rohendi dalam tesisnya menyatakan pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar baku. Upaya ini juga memberi jalan untuk menghargai persepsi nilai–nilai pribadi yang ditampilkan di sekolah.
Fokus pendidikan karakter adalah pada tujuan etika, tetapi praktiknya meliputi penguatan kecakapan-kecakapan penting yang mencakup perkembangan sosial anak. Pendidikan karakter bukan hanya mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi lebih dari itu menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga anak didik menjadi paham, mampu merasakan, dan mau melakukannya. Karakter adalah tabiat seseorang yang langsung di-drive oleh otak.” (jurnal UPI 2016).
Pentingnya pendidikan karakter di sekolah sebagai tempat mendidik generasi penerus bangsa agar memiliki karakter yang kuat dalam bermasyarakat. Sehingga apa yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia yang terkandung di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dapat tercapai. Yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Hingga saat ini masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menunjukkan kurangnya karakter yang dimiliki oleh pemuda-pemudi kita. Salah satunya pada saat menjadi suporter pertandingan olahraga terutama sepak bola.
Media massa, baik media cetak dan elektronik yang memberitakan tentang kericuhan sering terjadi pada saat pertandingan sepakbola. Baik pertandingan antar kampung (Tarkam), liga 1, sampai pertandingan Internasional masih dikotori oleh kericuhan yang disebabkan salah satunya oleh oknum suporter yang belum dewasa.
Oleh karena itu harus diberikan edukasi kepada anak-anak sebagai calon suporter pertandingan olahraga tentang jiwa sportif bahwa dalam setiap permainan pasti akan ada yang kalah dan menang. Sehingga anak-anak tidak mudah tersulut untuk bertindak anarkis hanya karena kekecewaan akibat tim kesayangannya dikalahkan oleh rivalnya. Seharusnya suporter yang kebanyakan adalah pemuda- pemudi Indonesia bisa menjunjung tinggi persatuan bangsa, sehingga para suporter dapat lebih tenang dalam menyikapi kekalahan, bersikap sportif dalam pertandingan dan menyadari bahwa dalam setiap pertandingan ada kemenangan dan juga kekalahan. Maka, sangat penting ditanamkan pendidikan karakter di sekolah dan di rumah sejak usia dini, dimana anak-anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, bertanggung jawab atas semua perbuatan yang dilakukannya, dan sportif untuk mau mengakui kelebihan orang lain tanpa saling menjatuhkan.
Adi Wiyoto dalam skripsinya menyatakan Perilaku suporter bisa dikatakan sebagai perilaku sosial di mana tingkah laku suporter yang berlangsung dalam lingkungan menimbulkan akibat atau perubahan terhadap tingkah laku berikutnya.
Dan Menurut Ali Maksum dalam Toho Cholik Muntohir dkk.(2011:50) lima karakter dalam olahraga yang perlu dimiliki oleh individu yaitu: Sportif, respek, tanggungjawab, jujur, peduli, Adil dan beradab.
Olahraga mengandung nilai-nilai kerjasama, gembira, toleransi, disiplin dan sportif. Nilai tersebut tidak akan ada artinya tanpa diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Olahraga sangat mengedepankan sportivitas. Memiliki jiwa sportif sangat penting bagi generasi muda dalam membangun bangsa yang bermartabat.
Sportif melandasi pembentukan sikap yang menjadi landasan perilaku untuk memberikan penghargaan terhadap lawan dan menganggap lawan sebagai mitranya. Dan untuk para suporter pun harus diberikan pemahaman bahwa dalam perlombaan pasti ada yang menang dan akan ada yang kalah. Jangan memiliki rasa fanatisme berlebihan terhadap sesuatu karena hal tersebut tidak akan baik bagi suporter itu sendiri maupun bagi kelompuk/ tim yang didukungnya. Seharusnya pola pikir terhadap olahraga adalah sebuah permainan yang menjadi pemersatu bukan justru malah memecah belah persatuan.
Olahraga adalah kegiatan yang paling menyenangkan dan mendunia. Setiap pertandingan sepakbola dimanapun itu, pasti akan memiliki suporternya masing-masing. Maka alangkah baiknya jika antara lingkungan di rumah, di sekolah dan di masyarakat sudah saling bersinergi dalam memberikan pengetahuan tentang sportivitas.
Sehingga tidak akan terjadi lagi kerusuhan-kerusuhan di tengah pertandingan sepakbola yang disukai oleh semua pihak dan tercipta kedamaian, persatuan dan kesatuan. Karena tidak ada satu jenis olahraga apapun yang seharga nyawa manusia.(*)
.