“Anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik, tak mungkin pendidik ‘mengubah padi menjadi jagung’ atau sebaliknya” (Buku Keluarga, 1940).
Kutipan di atas adalah salah satu pemikiran Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu pahlawan nasional yang memiliki banyak jasa dan pemikiran dalam konsep pendidikan. Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara perlu senantiasa kita hayati dan terapkan dalam sistem pendidikan saat ini. Yang sering terjadi saat ini ketika kita dihadapkan dengan persoalan dalam menghadapi permasalahan murid.
Dengan perkembangan zaman yang cepat didukung teknologi yang setiap detik berkembang mengikuti fenomena yang terjadi maka perkembangan murid saat ini juga mengikuti perkembangan zaman. Dampaknya murid bisa bersikap positif apabila dapat memanfaatkannya dan bisa bersikap negatif apabila murid tersebut masih belum bisa menangkap hal positif yang bisa dimanfaatkan dari perkembangan zaman saat ini.
Kebiasaan dan budaya dalam sekolah yang salah satunya menerapkan kedisiplinan siswa dimulai dari hal kecil. Misalnya masih ada siswa yang terlambat datang ke sekolah dengan alasan yang beragam, masih ada murid yang di dalam kelas terlihat kecapekan bahkan ada yang tertidur pulas pada saat pembelajaran.
Sebaliknya ada juga murid yang over tindakannya dengan melakukan berbagai gerak yang memancing perhatian dari warga di sekitar sekolah. Setelah dilakukan pendekatan yang humanis ditemukan beragam penyebab dari ketidak disiplinan tersebut. Di antaranya bangun kesiangan, semalam begadang dengan menggunakan handphone, beberapa membantu orang tuanya berjualan. Bahkan ada beberapa murid yang memang membutuhkan tambahan penghasilan sehingga harus bekerja di luar jam pembelajaran yang berdampak pada saat mereka melakukan pembelajaran di sekolah. Ada juga yang melakukan hobinya di malam hari misalnya bermain musik, kegiatan kesenian yang memang waktunya hanya bisa dilaksanakan pada malam hari.
Tetapi ada juga beberapa murid yang mengalami kejadian di luar dugaan ketika dalam perjalanan ke sekolah (ban kempis, menunggu diantar, dan kecelakaan). Hal hal tersebut di atas yang menjadikan pertimbangan dalam menyelesaikan masalah pada masing masing murid.
Berdasarkan data dan fakta di atas, apakah dalam menangani murid bisa disamaratakan, sebelum kita mengetahui persoalan masing masing murid? Harusnya pola penyelesaiannya tidak sama sesuai dengan persoalan masing masing murid. Namun pada kenyataannya masih ada pendidik yang masih menggunakan pola lama dalam menangani permasalahan tersebut.
Misalnya dengan memberikan sangsi, hukuman bahkan karena pendidik juga mempunyai batas kesabaran maka masih ada pendidik yang menggunakan kata kata yang kurang pantas dalam menangani murid tersebut.
Unik dan Merdeka
Murid pada dasarnya adalah pribadi yang unik yang terbentuk dari salah satunya lingkungan di sekitarnya. Setelah kita masuk dalam penanganan murid dengan menyentuh hatinya maka akan ditemukan betapa murid yang di usia masih belia bisa melakukan hal hal yang belum seharusnya mereka kerjakan.
Pemikiran mereka juga membuat kita akhirnya merasa bahwa sebagai pendidik perlu setiap saat lebih mendekat kepada murid. Tidak lagi pendekatan dengan pola pemaksaan melalui sanksi, hukuman ataupun tindakan lainnya yang intinya akan membuat efek jera tetapi tanpa memikirkan efek jangka panjang dari apa yang kita lakukan saat ini terhadap murid tersebut.
Salah satu cara pendekatan terhadap siswa yang bisa dilakukan adalah pendekatan dari HATI (Harapan, Akal, Tegar, dan Intuisi). Artinya, Harapan kita terhadap murid untuk menuntun menjadi lebih baik tanpa membahayakan murid. Ini sesuai dengan salah satu pemikiran Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih benih kebudayaan yang utuh. Kebudayaan yang dicita-citakan, pembentukan peradapan bangsa landasannya adalah pendidikan. Nilai-nilai kemanusiaan adalah sumbu esensial dari kebudayaan
Akal yang sehat untuk menuntun murid membuka wawasan kerasnya kehidupan dan bagaimana cara menghadapinya dengan melakukan tindakan yang berakal sehat. Tidak melakukan hal-hal negatif dan selalu berpikir dampak dari apa yang kita kerjakan saat ini untuk masa depan anak didik.
Tegar dalam menghadapi setiap permasalahan dan segera beradaptasi dengan perubahan yang terjadi sewaktu waktu. Ini juga sesuai dengan salah satu pemikiran Ki Hajar Dewantara menuntun murid untuk mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bahwa segala kepentingan anak didik, baik yang berkaitan dengan kehidupan dirinya maupun kehidupan kemasyarakatannya harus berdasarkan kodrat alam dan zamannya.
Intuisi, yaitu memaksimalkan kemampuan untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan langsung tanpa melalui observasi atau penalaran terlebih dahulu juga pengalaman dalam menghadapi permasalahan. Tujuan pendidikan itu sendiri menurut Ki Hajar Dewantara adalah mendorong suatu kemajuan peradaban manusia yang selaras dengan alam dan masyarakat. Dengan demikian, tugas utama pendidik adalah membimbing siswanya untuk hidup dengan baik selaras dengan alam dan masyarakat.
Dengan pendekatan HATI, apa yang menjadi permasalahan murid, dalam menerapkan pembiasaan budaya disiplin dimulai dari hal terkecil akan lebih mudah diselesaikan. Penerapan salah satu pemikiran Ki Hajar Dewantara Anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik, tak mungkin pendidik ‘mengubah padi menjadi jagung’ atau sebaliknya.” (Buku Keluarga, 1940).
Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan dan pengajaran di antaranya adalah menuntun segala kodrat pada anak anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Artinya bahwa hidup tumbuhnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik sehingga anak anak diberikan kebebasan dan memerdekakan sesuai kelebihan dan kekuranganya.
Mendidik dengan HATI bertujuan menjadikan murid menjadi pribadi yang sesuai dengan keunikan masing-masing murid. Dan sebagai pendidik senantiasa berusaha untuk segera beradaptasi dengan perkembangan zaman menghadapi murid yang sesuai perkembangan zaman. Menangani setiap permasalah murid dengan HATI yang bersih. Semoga dengan niat ikhlas mendidik murid dengan Hati menjadikan kita sebagai pendidik yang mampu menjalankan tugas dan kewajiban menjadikan anak anak menjadi lebih baik lagi.(*)