Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia adalah jiwa bangsa. Oleh karen itu sebagai masyarakat Indonesia kita harus terus mengimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Kita sebagai orang Indonesia yang lahir di Indonesia. Tumbuh besar di Indonesia, menggunakan bahasa sehari-hari Bahasa Indonesia. Pada akhirnya muncul pertanyaan mengapa kita harus belajar bahasa Indonesia? Bukankah itu bahasa kita sendiri, mengapa harus dipelajari? Bahkan sebagian menganggap kalau pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sangat mudah.
Tapi persoalannya, mengapa nilai ulangan atau ujian Bahasa Indonesia pelajar, bahkan mahasiswa umumnya pas-pasan. Bahkan banyak yang lebih jelek dari nilai ujian Bahasa Asing, seperti Inggris dan Jerman. Pengalaman mengajar fenomena ‘aneh’ ini berulang hampir setiap tahunnya.
Kalau ditanyakan kepada mereka, termasuk kepada para guru dan masyarakat umum, merasa ironis tidak dengan kondisi di atas? Orang Indonesia tapi kok nilai ujian Bahasa Indonesianya malah lebih rendah dari Bahasa Inggris. Sadar atau tidak, kebanyakan menganggap persoalan ini biasa, bahkan tak jarang yang acuh. Menganggap persoalan ini tidak penting.
Atau bahkan kebanyakan dari kita justru tidak tahu jawabannya juga, mengapa kondisi ini bisa terjadi. Semua merasa biasa saja, lumrah dan tak perlu dipersoalkan. Karena bisa berbahasa Indonesia, meskipun tak sempurna sudah cukup. Tapi kalau Bahasa Inggirs, harus bisa. Bahkan wajib bisa. Orang tua sampai memaksa anaknya harus kursus Bahasa Inggris hingga tingkatan toefel dan seterusnya.
Padahal seharusnya, sebagai orang Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah hal yang sulitm bukan? Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang pertama kali dipelajari. Sebagai Bahasa Ibu, hampir setiap detik kita menggunakannya dalam percakapan dan komunikasi sehari-hari.
Saat belajar di sekolah, mayoritas siswa tidak menjadikan pelajaran ini sebagai momok yang menakutkan, seperti matematika, fisika dan sejenisnya. Bahkan pelajaran-pelajaran itu di era saat ini justru sangat digemari oleh generasi milenial.
Namun fakta yang ada menyodorkan data, ketika siswa sudah mempelajari Bahasa Indonesia dan memasuki ujian, semua jadi terasa sulit. Bahkan sangat sulit untuk menjawab soal. Ternyata mempelajari Bahasa Indonesia tak semudah yang dibayangkan. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Ada beberapa kendala yang dihadapi siswa, termasuk mahasiswa saat mempelajari materi dan bahasan serta mengerjakan soal Bahasa Indonesia. Karena faktanya materi atau bahasan dalam pelajaran Bahasa Indonesia itu memang rumit dan banyak.
Para siswa harus menguasai kata benda, kata ganti, kata keterangan, kata sifat, kata kerja, dan banyak lagi lainnya dengan menggunakan rumus kalimat. Meskipun tidak jauh berbeda dengan pelajaran Bahasa Inggris, tetapi bagi sebagian orang materi Bahasa Indonesia itu jauh lebih rumit.
Di samping terlalu meremehkan, mayoritas orang pun enggan mempelajari Bahasa Indonesia lebih dalam. Bacaannya bikin pusing dan bikin mengantuk. Jika harus memilih antara mengerjakan soal ujian Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, maka kebanyakan orang akan memilih mengerjakan soal Bahasa Inggris.
Meskipun tidak lancar-lancar amat berbahasa Inggris, tetapi bacaannya tidak terkesan rumit, tetapi to the point meskipun tidak semuanya. Berbeda dengan ujian Bahasa Indonesia, bacaannya pasti selalu panjang dan selalu membuat pusing. Kadang dengan banyaknya bacaan yang harus dipahami hingga selesai, beberapa orang pun menjadi mengantuk dan malas dibuatnya.
Seharusnya Mudah
Belajar bahasa Indonesia seharusnya mudah karena bahasa Indonesia adalah bahasa dengan aturan yang fleksibel. Tata bahasa Indonesia tidak serumit bahasa Inggris (English grammar). Pengucapan bahasa Indonesia konsisten.
Misalnya dalam bahasa Indonesia, huruf “a” diucapkan “a” dan “b” diucapkan “b.” Seperti kebanyakan huruf dan bunyi lainnya. Sebaliknya, dalam bahasa Inggris, huruf “a” pada “father”, “bag”, “ball”, dan “barn” memiliki pengucapan yang berbeda. Bahasa Indonesia dianggap sulit dari segi pelafalan dan kosakata.
Ada beberapa faktor penyebab Bahasa Indonesia dikatakan sulit dipelajari. Pertama, Dalam hal pengucapan dan pemahaman kosa kata. Hal ini bisa terjadi ketika penutur asing belajar mandiri di negara asalnya. Oleh karena itu, pengucapan bahasa Indonesia tidak mengikuti aturan apa pun.
Namun pembelajaran pengucapan dapat difasilitasi dengan meningkatkan penggunaan kosakata dan intensitas mendengarkan (keakraban), terutama di lingkungan dengan penutur asli bahasa Indonesia. Selain itu penggunaan imbuhan seperti me-, per-, ber-, meng-, -kan dan lainnya, dalam bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa asing.
Perlu dipahami bahwa penggunaan imbuhan tersebut bergantung pada konteks dan makna. Ini menjadi tantangan bagi banyak orang. Dibutuhkan waktu dan latihan tambahan bagi penutur bahasa Asing untuk memahami dan menguasai penggunaan imbuhan tersebut. Kedua, Penggunaan Bahasa baku hanya digunakan di dalam kelas atau acara-acara formal tetapi tidak digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Karena menggunakan Bahasa baku dirasa janggal dan kaku.
Untuk belajar Bahasa Indonesia tidak dibutuhkan rumus khusus. Kuncinya adalah membaca. Usahakan untuk meluangkan waktu membaca, lima menit atau 15 menit. Pilihkan. Pilihlah bahan bacaan yang membuat kita merasa senang. Yang suka gossip membaca tentang gossip. Yang suka olah raga membaca berita olah raga. Begitu pun juga yang suka film baca saja tentang film.
Dari hal-hal yang kita sukai maka kita akan menjadi senang. Dari senang makan akan menjadi sebuah kebutuhan. Dengan meluangkan waktu untuk membaca maka akan menjadi kebiasaan. Terbiasa melihat dan membaca bacaan-bacaan yang panjang, maka kosa kata akan bertambah.
Dengan bertambahnya kosa kata maka akan memudahkan juga memahami bacaan yang panjang. Maka program 15 Menit Membaca adalah program yang sangat mendukung peningkatan literasi. Baik untuk siswa dan para guru serta tenaga pendidik.
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015, siswa wajib membaca minimal 15 menit setiap hari sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini juga mengatur bahwa buku yang dibaca harus selain buku teks pelajaran.
Inti dari kebijakan ini adalah normalisasi kegiatan membaca. Melakukan hal sederhana namun rutin lebih efektif dalam mengembangkan kebiasaan berkelanjutan. Biasakan juga menggunakan Bahasa Baku dalam berkomunikasi sehari-hari. Nah, pada akhirnya apakah Bahasa Indonesia mudah atau sulit? Semua tergantung pada diri kita masing-masing. Menjadi mudah kalau kita berusaha untuk membiasakan diri. Bisa karena terbiasa itulah kunci mempelajari Bahasa Indonesia. Dengan begitu, Bahasa Indonesia akan sangat mudah untuk dipelajari dengan senang hati.(*)