Sepekan terakhir Portugal diguyur hujan setiap hari. Jaket dan sweater mulai keluar dari lemari. Shock temperature pasti membuat badan harus cepat beradaptasi.
====
MALANG POSCO MEDIA – Suhu rata-rata setiap hari sudah mencapai belasan derajat celcius. Suhu terendah saat dini hari 14 derajat celcius. Sedangkan siang hari bisa 22 – 23 derajat celcius. Pernah saking ekstremnya. Pagi hujan deras, angin kencang dan dingin. Kemudian siang cerah, matahari bersinar dan panas. Seketika langsung terasa nyaman tapi shock temperature pasti membuat badan harus cepat beradaptasi.
Beberapa minggu sebelum hujan diprediksi turun. Terlihat
dinas lingkungan Cascais momotong daun dan ranting pohon yang lebat. Menghindari adanya pohon tumbang. Saluran got juga mulai dicek supaya tidak terjadi genangan air dan banjir. Bulan Oktober sudah dikenal setiap tahun awal musim hujan. Meskipun pergantian musim panas ke musim gugur sudah di Bulan September lalu.
Portugal adalah negara yang nyaman. Negara di Eropa lainnya sudah minim mendapatkan matahari sejak September, sementara Portugal masih terus menikmati panas hingga 14 Oktober. Meskipun suhu sudah mulai turun tapi hangat matahari masih terasa. Di Inggris, Swiss, Belanda, Hungaria mulai hujan dan sudah harus menggunakan sweater atau jaket tipis. Penduduk lokal Lisbon masih santai menggunakan baju summer. Apalagi para turis yang berasal dari Eropa bagian Utara.
Sebelum hujan sangat deras turun, warga mendapat pesan singkat atau SMS terkait peringatan dini. Termasuk saya. Isi pesan singkatnya begini, “Chuva e vento forte na sua regiao nas proximas 36horas. Risco cheias e inundacoes. Proteja-se. Siga recomendacoes. Info: www.prociv.gov.pt / 800 246 246 / ANEPC”. Artinya kira-kira hujan dan angin kencang dalam 36 jam kedepan. Resiko banjir. Pesan ini diterima pada 18 Oktober pukul 14.30 WEST ( West European Summer Time). Warga diminta waspada, lebih baik tetap di rumah.
Dan ternyata benar, mulai 18 Oktober malam, hingga 19 Oktober malam hujan turun seharian. Mulai dini hari disambut angin kencang mengguncang pelindung jendela. Jadi bunyi brek brek brek. Berangkat sekolah dan kantor sudah ditemani hujan. Matahari bersembunyi, jemuran pakaian tidak kering. Tak berhenti sampai malam hari. Sebelum 18 Oktober juga sudah mulai hujan. Cenderung gerimis dan normal. Tapi kali ini benar-benar lebat.
Beberapa daerah di Lisbon dilaporkan banjir. Mobil yang terparkir di pinggir jalan juga mulai tak terlihat sebagian. Kawasan gedung bawah tanah kereta metro juga terlihat ada gangguan. Elevator tidak bisa digunakan dan jadwal sedikit terganggu. Stasiun metro Odivelas, Ameixoeria, Cabo Ruivo, dan Roma juga mengalami hal tersebut. Seluruh stasiun itu ada di Lisbon. Pihak metro juga sudah melakukan segenap aksi preventif. Pengecekan saluran air dan pompa sehingga memastikan pergerakan air lancar.
Terpantau dari Instagram qualeaboa.pt beberapa daerah di Lisbon banjir. Dan juga hal serupa terjadi di kota-kota lain. Sama layaknya di Surabaya kalau hujan lebat pasti ada daerah yang langganan banjir. Di Eropa juga ada langganan banjir kok, hihihi.
Setelah hujan reda, 20 Oktober sudah reda maka daerah tersebut susut juga airnya. Karena warga sudah paham betul maka tidak kaget lagi dan tingkat kewaspadaan meningkat. Alhamdulillah di area tempat tinggal kami aman dari banjir. Tidak ada genangan sekali pun.
Sedihnya saat Mercado Culinario Indonesio di KBRI, Minggu (15/10) lalu juga sempat turun hujan. Karena diselenggarakan secara outdoor membuat sedikit tidak nyaman. Stan jualan, kursi tempat makan basah. Akhirnya kami putuskan membungkus aneka makanan Indonesia. Kami masih memiliki mindset, “awas jangan hujan-hujan nanti masuk angin”. Sehingga jarang sekali menginzinkan anak-anak hujan-hujanan.
Padahal di Eropa, anak kehujanan atau main hujan itu biasa. Tinggal dikasih jaket anti air, topi dan sepatu boot anti air. Selesai! Adaptasi yang tak mudah bagi kami.
Ada tujuh stan makanan yang tersedia. Kami membungkus aneka makanan dari lima stan. Ada sate ayam, nasi rendang, nasi uduk, pempek, bebek ungkep frozen, otak-otak ikan, batagor, bolu kulus, bakso, mie ayam bakso, lumpia, onde-onde, pastel tuna, bakwan sayur, tempe mendoan, dadar gulung, kue lumpur, cumi oseng pedas, nasi bakar, dan snack camilan anak. Itu kira-kira belanjaan kami. Banyaaaak sekali. Lebih tepatnya mborong. Hahaha. Terlihat banyak karena untuk dimakan empat orang.
Sebenarnya saat mercado seperti ini harganya terlihat murah. Rata-rata sekitar 3 – 7 euro per porsi. Namun porsinya sangat sedikit. Dibandingkan dengan sandwich baguette di toko roti ataupun makan Portugis di food court porsinya jauh lebih banyak. Sehingga saat membeli satu makanan dirasa belum kenyang maka akan tambah jajan yang lainnya. Per orang wajib menyiapkan uang minimum 20 Euro (Rp 330.000) untuk kenyang. 1 Euro – Rp 16.500. Jadi kalau untuk berempat seperti kami bisa mencapai satu juta rupiah untuk pergi ke kuliner seperti ini. Woooowwwww!!!!
Momen kuliner ini hanya setahun dua kali. Bulan Juni dan Oktober. Tidak ada makanan gratis wajib bayar semua. Kami termasuk customer tetap karena setiap even selalu datang. Haha. Kalau ingin makan gratis di KBRI dengan makanan Indonesia maka wajib datang saat Idul Fitri, 17 Agustus dan Natal. Para tamu bebas makan sepuasnya selama persediaan masih ada. Itu nikmat sekali.
Karena hujan, acara mercado yang biasanya ditutup pukul 16.00 WEST di extend menjadi 18.00 WEST. Karena cuaca mendadak cerah dan matahari bersinar. Ingin kembali sebenarnya karena ada yang tertinggal dibeli yaitu martabak ayam, haha. Cuma karena jauh akhirnya stay di rumah. Berharap next even ada martabak lagi. Ditambah terang bulan mungkin lebih nikmat. Yummy!!!!
Semoga hujan di Portugal bisa nular ke Indonesia nih. Turun hujan satu kali saja pasti sudah senang seluruh warga di Indonesia. Paling tidak bisa mengurangi polusi dan kualitas udara yang mulai memburuk. Semoga tanah airku Indonesia sehat selalu dan bisa menuntaskan isu-isu lingkungan sekarang. Kalau kata Luffy One Piece mungkin bisa pakai bubuk hijau penurun hujan yang ada di Kota Arabasta. Ada gak ya kira-kira di Indonesia. Hihihihi. (opp/van)