.
Friday, December 13, 2024

Ngopi: Mabar atau Diskusi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Joyogrand, Dermo, Dau, Sudimoro (SM), Merjosari, dan masih banyak lainnya adalah nama lokasi atau kawasan yang menjadi tempat ‘ngopi’ mahasiswa di Malang atau mahasiswa Malang. Ungkapan yang acap lazim saya dengar: “Kamu bukan mahasiswa Malang kalau tidak mengenal lokasi-lokasi yang disebutkan. Apalagi kalau belum ‘ngopi’ di lokasi-lokasi tersebut.”

Dulu sekali, istilah ‘ngopi’ identik dengan aktivitas orang tua dan kaum laki-laki yang menikmati kopi. Perempuan—pada masa itu—sangat jauh dari istilah tersebut. Asal katanya kopi, yang menunjukkan arti kegiatan meminum kopi, di manapun dan kapanpun.         Demikian dengan alasannya, seseorang yang ‘ngopi’ identik dengan bapak-bapak atau laki-laki yang hendak bekerja, perjalanan jauh, atau jaga malam agar tidak ngantuk menjalaninya.

Selain itu, ada pula istilah ‘ngopi’ yang dikaitkan dengan status pekerjaan seseorang. Dalam kasus ini, ‘ngopi’ dipersepsikan sebagai aktivitas yang identik dilakukan seseorang yang pengangguran. Ungkapan yang sering muncul dari masyarakat kepada orang-orang yang seperti ini: “ngopa-ngopi, ngopa-ngopi”, biasanya digunakan untuk mengungkapkan kekesalan mereka untuk menghakimi orang yang dilihat tidak punya pekerjaan lain, selain ‘ngopi’ setiap hari. Tapi, ya sudah lah.

Waktu terus berjalan, hari telah berlalu, dan zaman kian berubah. Kenyataannya, istilah ‘ngopi’ pun ikut berubah. ‘Ngopi’ tidak lagi identik dengan kalangan tertentu. Dan salah satu kalangan yang kini membudayakan ‘ngopi’ adalah mahasiswa, termasuk di dalamnya mahasiswa Malang.

  Bagi sebagian besar mahasiswa, terutama mahasiswa Malang, istilah ‘ngopi’ sangat terikat ruang. Misalnya; ngopi itu harus datang ke tempat ‘ngopi’, dan tidak mesti memesan menu yang berbahan dasar kopi, boleh saja memesan teh, josua (ekstra jos susu), atau menu lain selain kopi.

Kesimpulan ini semata saya buat dari pengalaman pribadi, karena beberapa waktu lalu pernah dilabeli tidak pernah ‘ngopi.’ Padahal, hampir setiap hari—di pagi hari—saya selalu minum kopi untuk mengurangi rasa dingin sebelum mandi. Tapi, karena saya mulai jarang untuk datang ke warung kopi, saya dibilang tidak pernah ‘ngopi.’ Entah, mengapa hal itu bisa terjadi.

Tantangan

Hasil riset Toffin menunjukkan pertumbuhan bisnis kedai kopi nasional terus meningkat: 1.000 kedai pada 2016, dan lebih dari 2.950 pada Agustus 2019 (Toffin Indonesia, 2020). Demikian dari hasil riset yang dimuat dalam artikel Kompas menunjukkan, pertumbuhan kedai kopi nasional pada tahun 2019 meningkat hampir tiga kali lipat, yang mula-mula 1.083 unit outlet gerai kopi pada tahun 2016, meningkat menjadi 2.937 unit lebih pada tahun 2019.

Sebagaimana hasil riset di atas, begitulah yang juga terjadi di Malang. Sejumlah titik lokasi atau kawasan seperti Joyogrand, Dermo, Sudimoro, Dau, Merjosari, dan lain sebagainya diwarnai berbagai macam jenis dan nama warung atau kedai kopi yang jumlahnya banyak, serta selalu ramai dengan pengunjung. Namun, sampai saat ini, saya belum menemukan hasil riset yang spesifik menunjukkan jumlah kedai kopi di Malang.

Atas dasar fenomena yang telah dipaparkan, istilah ‘ngopi’ bagi mahasiswa Malang pada saat ini adalah tempat berkumpul dan melakukan kegiatan yang beragam. Karenanya, ‘ngopi’ tidak lagi dilatari oleh alasan kerja, perjalanan jauh, atau jaga malam. Adalah jauh dari alasan yang melatari ‘ngopi’ sebelumnya. Bahkan, mahasiswa Malang—secara tidak langsung dan dengan tanpa sadar—menyepakati ‘ngopi’ sebagai salah satu hal yang wajib dilakukan setiap hari.

Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan kepada beberapa pengunjung warung kopi di salah satu lokasi yang disebutkan, ada salah seorang pengunjung yang mengatakan, “ngopi itu ya tempat ngumpul, jadi teman yang nggak ngopi itu pengkhianat.” Saya berkata dalam hati, “luar biasa, yang tidak ‘ngopi’ bisa menjadi pengkhianat”.

Padahal, dari hasil wawancara saya kepada Mas Arief, salah satu pemilik warung kopi mengatakan: “Lebih banyak orang yang ngopi di sini mahasiswa. Kalau pagi sampai sore itu kebanyakan mereka cuman mabar (main bareng). Misalnya main mobile lengend itu, kecuali malem, karena di sini kan jadi venue nobar resmi jadi nggak banyak yang mabar.”

Keterangan Mas Arief, jelas memberi gambaran kegiatan mahasiswa yang ‘ngopi’ itu cuman mabar (main bareng) gim online.Artinya, tidak ada aktivitas yang berarti dari mahasiswa di warung kopi.

Di samping keterangan di atas, saya juga punya hasil observasi—bisa dibilang sangat terbatas—yang menunjukkan, memang benar bahwa sebagian besar mahasiswa yang ‘ngopi’ hanya beraktivitas dengan layar HP masing-masing. Kondisi HP yang miring, minim komunikasi (hanya keperluan gim), hingga teriak-teriak karena kalah atau dicurangi di permainan adalah hasil pengamatan yang saya peroleh untuk menjelaskan kondisi mahasiswa yang ‘ngopi.’

Berdasarkan hasil pengamatan, pada pembahasan ini, saya sedikit mengenyampingkan sanggahan: “tentu saja tidak semua mahasiswa seperti itu, sebagian tentu ada juga yang melakukan kegiatan positif.” Ya, memang ada mahasiswa yang tidak mabar, tetapi aktivitas yang dilakukan adalah focus group discussion(FGD) untuk membahas teman-teman yang tidak ikut ‘ngopi’ alias gosip.

Dugaan saya, perilaku gosip itu ada karena minimnya literasi mahasiswa, cenderung mengabaikan ide-ide tokoh besar dari disiplin ilmu masing-masing untuk didiskusikan. Karena menganggap teori tidak penting, dan boleh jadi juga karena terlalu berlebihan mabar. Terdapat suatu pepatah; orang besar membicarakan ide, orang biasa membicarakan peristiwa, dan orang kecil membicarakan orang (gosip).

Apalah arti ‘ngopi’ kalau tidak ada yang bermanfaat. Itulah yang menjadi tantangan bagi Pendidikan Tinggi, terutama jika banyak mahasiswa yang terbengkalai aktivitas perkuliahannya karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk ‘ngopi’ yang tidak bermanfaat.           Untuk itu, cobalah sesekali (sesekali bukan setiap hari) para akademisi ikut mewarnai dan tidak terlalu elit untuk sekadar mengarahkan mahasiswa-mahasiswanya agar merdeka dari ‘ngopi’ yang tidak bermanfaat itu.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img