.
Monday, December 16, 2024

ONENOTE PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Guru harus mendorong dirinya membuat konten-konten virtual, menggunakan perangkat digital supaya tidak terdisrupsi dengan beragam fasilitas pembelajaran yang lebih fleksibel. Demikian A. Right (2021) dalam bukunya “Rethinking School Cara Jitu Membuat Sekolah Tetap Bertumbuh Di Era Disruptif.”

              Dua tahun pandemi Covid-19 telah membelajarkan kepada kita semua pentingnya digitalisasi, tidak terkecuali dalam pembelajaran. Kelas digital di masa sekarang ini adalah sebuah keniscayaan. Gawai dan jaringan internet telah menjadi kebutuhan dasar dalam proses belajar mengajar.

              Sebagai seorang guru yang mengajar di jenjang sekolah menengah pertama, masa pandemi telah menekankan pada banyak hal. Mulai dari upgrade diri dengan teknologi untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh sampai dengan menyusun e-Modul.

              Waktu pula telah mengukuhkan, apa pun yang terjadi, proses pembelajaran harus terus berlangsung. Memulai dari yang terbiasa konvensional menuju yang lebih inovatif, merubah dari paper menuju piranti elektronik.

              Episode pertama Merdeka Belajar yang digulirkan oleh Kementerian pendidikan telah mengantarkan sampai dengan episode dua puluh dua dalam siaran pers pada tanggal 7 September 2022 lalu. Perubahan kebijakan dalam kurun waktu yang singkat mulai bulan Maret 2020 sampai dengan bulan September 2022.

              Diawali dengan kebijakan dihapusnya Ujian Nasional (UN) diganti dengan Asesmen Nasional (AN) sampai dengan transformasi tes menuju perguruan tinggi.

Pembelajaran IPA adalah identik dengan pembelajaran berbasis praktikum, pengamatan dan metode ilmiah. Dari pembelajaran yang sebelumnya terbatas di kelas dengan perangkat laboratorium pada umumya, tanpa meninggalkan esensi pembelajran IPA sendiri, mengharuskan guru untuk bergeser ke multimedia.                              Multimedia yang saya maksud adalah menggunakan berbagai media yang bisa disediakan dan disiapkan guru sebagai sumber belajar, tidak terfokus dari piranti elektronik saja. Keterampilan abad 21 dan kebermaknaan bagi murid menjadi penekanan paradigma pembelajaran kurikulum merdeka.

              Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang mutlak diperlukan di abad ini, karena apa yang kita ucapkan dan cara kita mengucapkannya adalah faktor utama yang menentukan seseorang akan berhasil atau gagal (Carnegie, D; 2021) dalam pengantar bukunya “Sukses Berkomunikasi.”

              Ia menegaskan bahwa keterampilan berkomunikasi bukan keterampilan bawaan, melainkan kemampuan yang bisa dipelajari. Integrasi keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran sangat memungkinkan dilaksanakan. Kemampuan menuangkan ide dan gagasan, kemudian menuangkannya baik dalam tulisan dan lisan, serta mendapat masukan dan balikan dari lawan bicara sangat memungkinkan dilakukan saat pembelajaran.

              Pembelajaran di sekolah hendaknya bisa memfasilitasi untuk mengasah kemampuan berkomunikasi ini. Pemilihan model/strategi pembelajaran yang tepat bisa memaksimalkan kemampuan berkomunikasi murid. Salah satunya dengan model pembelajaran Cooperative Script (CS).

              Model pembelajaran Cooperative Script (CS) terdiri enam langkah pembelajaran. Yaitu, pertama, menggorganisasi murid menjadi berpasangan. Kedua, guru menetapkan dua topik setara A dan B. Ketiga, murid menentukan pilihan materi A dan sisanya B, melakukan resume.

              Keempat, murid menyampaikan materi A kepada siswa kedua. Kelima, murid kedua menyampaikan materi B ke murid pertama dan Keenam, membuat kesimpulan dari kedua materi. Model CS ini tepat sekali dipilih jika ingin mengasah keterampilan berkomunikasi murid.

              Terdapat tiga kelebihan pada model CS. Pertama kegiatan murid menjadi sangat efektif karena berkolaborasi dalam kelompok kecil (dua orang). Pengorganisasian kelompok dengan anggota dua orang saja, tentu cukup efektif dibanding pengelompokan grup yang lebih besar anggotanya.

              Kedua, bahwa CS menitik beratkan pada penelusuran aktif murid dalam memahami materi. Kemudian yang ketiga melatih keterampilan berkomunikasi, terutama keterampilan menyampaikan gagasan. Tahapan keempat dalam model CS adalah murid saling menyampaikan materi yang telah dipelajarinya kepada teman pasangannya.

Memanfaatkan Fitur-Fitur Aplikasi Onenote

Langkah pertama, menyusun section guru dan murid. Onenote memiliki fitur Section;menu utama tempat menyimpan perangkat pembelajaran baik bagi guru maupun murid. Pada section menu guru, guru bisa meletakan perangkat pembelajaran meliputi RPP, modul lengkap, skenario dan media pembelajaran.

Pada section murid, guru bisa mendistribute skenario pembelajaran, modul dan lembar kerja siswa. Guru bisa membuat section e-Note, e-Modul, portofolio, dan kuis. Pada tahapan ketiga model CS yaitu tahapan murid membuat ringkasan, resume atau ringkasan dengan menyajikannya dengan mengirimkan upload di menu pada sectionportofolio dengan menambah halaman/page sebagai bentuk tagihan murid telah melakukan resume.

Langkah kedua, memanfaatkan fitur insert audio. Tahapan keempat CS, adalah langkah mempresentasikan dengan fitur insert audio untuk merekam. Saat murid mempresentasikan sebagai pembicara kepada pendengar direkam di menu portofolio insert audio. Kelebihan fitur ini adalah guru bisa mengecek kualitas keterampilan berkomunikasi murid saat menyampaikan materinya.

Jika sebelumnya guru membutuhkan observer atau partner untuk mengecek tahapan presentasi ini karena harus mengawasi atau mengecek 15 pasang (jika murid berjumlah 30). Dengan fitur audio ini, guru bisa mendengarkan dengan seksama dan bisa menilai presentasinya berulang-ulang di hari yang lain. Sungguh, sebuah aplikasi yang cukup membantu dan meringankan guru dalam melakukan asesmen.

Dengan memaksimalkan fitur-fitur yang dimiliki Onenote, menurut praktik baik yang telah saya lakukan dalam membelajarkan materi IPA untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi, telah sangat membantu saya dalam memonitor pekerjaan murid dengan optimal. Keterbatasan waktu yang dimiliki di kelas, simpanan rekaman presentasi murid dapat diputar ulang setelah kegiatan pembelajaran berakhir dalam rangka menilai ketercapaian tujuan pembelajaran.

Dalam praktik mengajar ini terdapat penerapan pembelajaran berdiferensiasi telah tampak pada dua hal saat pemilihan materi A dan B oleh murid. Yaitu memilih materi dan pemilihan produk pembelajaran. Pilihan yang telah disediakan guru, murid bebas memilih produk pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Di antaranya mind-map, paparan powerpoint, miniposter atau ringkasan biasa dalam bentuk catatan tulisan tangan atau tulisan dalam microsoft word. (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img