Pasangan suami istri (pasutri) Eko Muji Wibowo dan Suyanti menjadikan teras dan garasi rumah tempat berkreativitas anak-anak dan warga. Salah satu kegiatan mereka memanfaatkan limbah makanan dan botol plastik. Lalu dijadikan karya ecobrik.
Teras dan garasi rumah pribadi Eko, sapaan Eko Muji Wibowo berukuran 15 meter persegi. Letaknya di perumahan PNS Lesanpuro RT 07 RW 05 Kelurahan Lesanpuro Kedungkandang Kota Malang.
Bila sampai di gapura perumahan, di sebelah kanan terlihat karya ecobrik berupa tugu. Seluruhnya menggunakan limbah kemasan makanan dan botol plastik.
Selain itu, terlihat spanduk bertulis ‘Teras Literasi’ bersama pernah pernik gambaran anak-anak tertempel di setiap sudut rumah. Di sanalah anak-anak dan PKK berkegiatan. Teras Literasi didirikan Eko bersama istrinya, Suyanti pada tahun 2018.
Awalnya, pria berusia 50 tahun tersebut menyulap teras rumahnya menjadi perpustakaan mini. Sedangkan, garasi rumah untuk berkegiatan.
Kegiatan di Teras Literasi bukan hanya membaca dan menulis. Juga terdapat kegiatan kreatif lainnya. Seperti ecobrik. Yakni, pemanfaatan limbah kemasan makanan dan plastik botol. Seiring berjalannya waktu, anak-anak dari luar Perumahan PNS juga berdatangan.
“Kami ada program namanya Kedai Bayar Sampah disingkat Kebas. Anak-anak menyetor sampah nanti kami berikan hadiah. Sampah yang disetor kemudian kami buat sebagai karya ecobrik,” cerita Eko ditemui di rumahnya, Senin (6/11) malam.
Anak-anak yang setara dengan PAUD hingga SMP tersebut diberikan hadiah berupa alat tulis, buku dan makanan. Tergantung seberapa banyak limbah snack makanan dan botol plastik yang disetorkan. Semakin banyak sampah yang disetorkan anak, makin bagus pula hadiah yang didapatkan. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 2018. Hasil kreativitas anak-anak telah menghasilkan karya berupa kursi duduk, meja dan tugu literasi, sebagai icon Teras Literasi yang berdiri tegak dekat gapura perumahan.
“Untuk membuat karya ecobrik berupa kursi dibutuhkan 19 botol plastik. Limbah snack makanan kemudian dimasukkan ke setiap botol. Lalu dipadati,” urai Eko mencontohkan.
Per botol dibutuhkan 100 sampai 200 gram limbah snack makanan untuk memadati botol. Setelah 19 botol dipadati, anak-anak kemudian didampingi untuk mengikat seluruh botol hingga membentuk sebuah kursi. Botol plastik yang digunakan harus berukuran yang sama. Proses pembuatannya satu minggu.
“Kami kolaborasi dengan anak-anak. Setelah terikat, kami kemudian membungkus botol yang sudah berbentuk menggunakan slongsongan sejenis jok atau sarung, agar botol tidak terlihat dan menjadi rapi,” beber ketua Teras Literasi ini.
Kemasan snack yang sudah disetor bukan serta merta langsung dimasukkan ke botol plastik. Tetapi dipotong menjadi kecil terlebih dahulu. Dilanjutkan Eko, proses pemadatan sampah dalam botol plastik menggunakan tongkat sapu. Seiring berjalannya kegiatan, anak-anak dibuatkan alat pemadat dari besi.
“Dikarenakan tenaga anak-anak terbatas, jadi saya buatkan sendiri alat bantu pemadat dari besi yang mudah digunakan,” tuturnya.
Pemanfaatan limbah tersebut dikumpulkan oleh anak-anak. Ada juga yang diambil dari sekolah-sekolah. Dikatakan Eko, antusias orang tua anak-anak sangat besar dalam kegiatan tersebut. “Orang tua anak-anak memang niat untuk menyimpan limbah snack makanan untuk anaknya yang kemudian disetor ke kami,” lanjut guru SMK Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo tersebut.
Eko bersama istrinya Suyanti, terus mengembangkan idenya untuk menciptakan kegiatan yang menyenangkan. Anak-anak setiap kegiatannya sekitar 30 orang dengan antusias. Tak hanya untuk anak-anak, orang tuanya pun aktif mengikuti kegiatan kreatif. Seperti membuat buku antologi puisi, membatik, dan membuat kerajinan lainnya.
Beberapa tahun belakangan, Teras Literasi membuat trobosan dengan berkegiatan di luar. Yakni mendatangi setiap wilayah sekitar.
“Kami juga sering berkolaborasi dengan mahasiswa, perpustakaan kota, dan taman baca masyarakat (TBM) yang ada di Malang,” lanjut Eko.
Dalam berkegiatan, juga kadang mendatangkan narasumber. Namun begitu sebaliknya, Eko dan istrinya kerap diundang sebagai narasumber.
Tak hanya dikenal di lingkungan sekitar rumahnya, Teras Literasi telah dikenal oleh masyarakat luas. Hingga kini, perpustakaan mini yang dibangun Eko masih kerap menggelar kegiatan setiap hari Minggu. Dari pukul 08:00-10:00 WIB. (den/van)