MALANG POSCO MEDIA – Entah firasat apa yang menggerakan hati beliau malam itu. Beliau memerintahkan ajudan pribadinya untuk ikut bersamanya keluar Istana berjalan kaki dengan menyamar menggunakan pakaian biasa layaknya masyarakat biasa. Jalan demi jalan beliau lewati, lorong-lorong sempit dan gang-gang sempit beliau masuki dengan curahan munajat akan kemakmuran masyarakatnya.
Betapa kagetnya beliau saat masuk di gang kecil menjelang tengah malam itu, beliau menjumpai ada pria paruh baya yang tertelungkup tidak sadarkan diri. Spontan beliau melihat pria tersebut dan ternyata didapati pria itu sudah tak bernyawa. Spontan Sang Sultan berteriak, “kenapa tidak ada satupun di antara kalian yang membantu pria ini..?” tanyanya sambil berteriak kepada kerumunan masyarakat yang berada di sekitar jenazah pria itu.
“Orang ini adalah pemabuk. Orang ini biasa ke pelacuran, orang ahli maksiat dan kedzaliman, lantas kenapa aku harus menolongnya,” jawab salah seorang dari kerumunan itu.
“Bukankah dia ini juga ummat Nabi Terkasih Muhammad SAW,” jawab Sultan sambil berteriak kepada kerumunan masyarakat. Tidak ada satu pun yang menjawab. Semua terdiam, kerumunan itu mendadak membisu setelah Sang Sultan yang belum diketahui identitasnya itu berkata.
Singkat cerita, jenazah pria paruh baya itu akhirnya dibawa oleh Sang Sultan dan ajudan pribadinya ke rumahnya. Sesampai di rumahnya sang istri berkata sambil histeris. “Allah merahmatimu wahai kekasih Allah.” Sang Sultan dengan pakaian biasanya dan tidak ada satu pun orang yang tahu bahwa beliau adalah kepala negara saat itu semakin heran. Di luar sana pria yang meregang nyawa ini dijuluki ahli maksiat, namun istrinya menyanjungnya sebagai kekasih Allah.
Suamiku ini semasa hidupnya setiap hari selalu membeli minuman keras di seluruh kota ini, kemudian membawa pulang minuman itu dan membuangnya ke toilet, sambil ia berkata “Aku telah meringankan dosa kaum Muslimin.”
Selain itu suamiku juga sering mendatangi tempat pelacuran. Dia menemuai sejumlah pelacur dan memberinya uang, dan menyuruh pelacur-pelacur tadi untuk tutup dan tidak melacur, dan setiap pulang dari tempat itu dia berkata “Alhamdulillah malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pria-pria Islam.”
“Saya pun pernah menyampaikan kepada dia, untuk menghentikan aktivitas itu, karena jika engkau nanti mati, tidak akan ada orang yang mau mengurus jenazahmu,” terang sang istri kepada Sultan.
Dia pun selalu menjawab, “kamu tidak perlu merisaukan hal itu, karena kalau aku nanti mati maka yang akan mengurus jenazahku adalah Sultanku. Aku akan disholati Sultan terkasihku.”
Mendengar cerita itu, Sultan langsung menangis. Beliau pun kemudian menyebutkan bahwa beliau adalah Sultan Murad IV yang sedang menyamar dan berjalan ke lorong-lorong kota. Saat itu juga Sang Sultan menyampaikan akan mengurus jenazah pria itu sampai dikuburkan.
Tangisan haru pun pecah dari mata Sang Istri. Bagaimana tidak, sang suami yang telah meninggalkannya, benar-benar jenazahnya diurus oleh Sang Sultan dan proses pemakamannya dihadiri oleh seluruh ulama dan penduduk kota.
Pria paruh baya yang biasa membeli miras dan membayar pelacur itu memberikan banyak pelajaran berharga kepada kita, bahwa perbuatan baik akan selamanya berakhir baik apabila dikerjakan secara istiqomah. Bahwa tidak ada balasan kebaikan kecuali adalah kebaikan yang akan dihadirkan oleh Allah SWT.
Sultan Murad IV yang memerintah fase kedua dari Daulah Turki Usmani ini adalah pemimpin terbaik yang ada 400 tahun yang lalu. Beliau yang menjabat sejak usia 11 tahun adalah salah satu pemimpin Turki terbaik yang memiliki kebiasan menyamar seperti rakyat biasa berjalan kaki ke lorong-lorong kota untuk mengetahui kondisi masyarakatnya.
Beliau yang memimpin kurang lebih 17 tahun menggantikan Pamannya Mustafa 1, telah membawa dampak perubahan besar bagi kemajuan umat Islam di Turki saat itu, hingga pria paruh baya yang meninggal itu terinspirasi oleh kebijakan Sang Sultan untuk meniadakan minuman keras dan pelacuran.
Menghadirkan para pemimpin yang menginspirasi dan memberikan keteladanan bagi seluruh masyarakat merupakan kunci dari lahirnya sebuah tatanan bermasyarakat dan bernegara yang harmoni dan berkeadilan sosial.
Pemimpin yang bisa hadir secara utuh menjadi sumber inspirasi bagi masyarakatnya secara otomatis akan melahirkan masyarakat yang percaya dan hormat terhadap seluruh kebijakan yang diambilnya, dan ketika masyarakat menaruh kepercayaan terbaik kepada pemimpinnya maka kehidupan masyarakat yang adil dan makmur pun akan tercapai.
Pemimpin yang melahirkan kepercayaan adalah pemimpin yang bisa menghadirkan sistem birokrasi yang mudah dan bersih, akses informasi yang mudah, kejelasan hukum, insfrastruktur yang layak sampai perifer, kepastian pasar, tersedianya fasilitas publik yang memadai, lapangan pekerjaan yang terbuka lebar, jaminan pendidikan bagi semua anak bangsa sampai pelosok desa, pengentasan kemiskinan, jaminan sosial bagi janda, gelandangan dan tunawisma, akses modal yang mudah bagi pegiat UMKM serta jaminan pasar yang terbuka bagi pegiat UMKM.
Semoga terlahir di bangsa ini para pemimpin di seluruh level masyarakat dari desa hingga pusat, sebagaimana Sultan Murad IV yang bukan hanya mampu membuat makmur masyarakatnya, akan tetapi juga mampu menjadi sumber inspirasi dan sumber teladan kebaikan bagi seluruh masyarakatnya.
Sehingga bukan hanya tatanan masyarakat terbaik yang akan terlahir, akan tetapi juga masyarakat yang gemar berbuat kebaikan untuk sesama dalam keseharian, sebagaimana sang pria pembeli miras dan pelacur pada zaman Sultan Murad 1V di atas.(*)