Proses konseling mengharapkan terjadinya perubahan yang signifikan pada diri individu, terutama perubahan dari segi kognitif, emotif dan perilaku. Karakter atau ahklak mengacu pada serangkaian sikap dan perilaku untuk melakukan hal yang terbaik.
Menurut Battistich dalam Arismantoro (2009: 65) individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan yang terbaik. Menurut Penulis melakukan yang terbaik artinya berakhlak mulia atau terpuji. Ada sembilan karakter dasar (Ratna Megawangi, 2004:96) yang di dalamnya terkandung nilai-nilai universal, yaitu sebagai berikut: 1) Cinta tuhan dan segenap ciptaanNya;
2) Kemandirian dan tanggung jawab; 3) Kejujuran/amanah, kebijaksanaan; 4) Hormat dan santun; 5) Dermawan, suka menolong dan gotong royong; 6) Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras; 7) Kepemimpinan dan keadilan; 8) Baik dan rendah hati; 9) Toleransi dan kedamaian dan kesatuan.
Kesembilan karakter dasar di atas telah sesuai dengan Islam di Nusantara yang menempatkan kecintaan kepada Tuhan dan alam semesta sebagai substansi dasar ideologi Pancasila. Sembilan karakter dasar tersebut terdapat dalam Islam, sudah terhimpun dalam sifat-sifat kenabian, seperti yang diaktualisasikan dan diteladankan oleh panutan umat Islam beliau Nabi Agung Muhammad SAW, yaitu siddiq, amanah, fathanah, dan tabligh.
Pada tulisan ini disusun akronim FAST (fathanah, amanah, siddiq, dan tabligh), untuk memudahkan mengingat, membuat kesan emosional, sehingga bertahan lama di memori pembaca.
Fathanahberarti kecerdasan, lawan dari Jahlun(bodoh). Kecerdasan menjadi indikator keberhasilan individu dalam kehidupan. Fathanahdiartikan dengan kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan terhadap bidang tertentu. Kecerdasan merupakam kemampuan berpikir lebih cepat, menyelesaikan masalah lebih mudah, dan mengatasi kesulitan lebih jitu dibandingkan dengan individu lain.
Menurut Toto Tasmara (2001: 212) “Fathanah merupakan ke-cerdasan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan terutama spiritual.”
Beberapa karakteristik pribadi fathanah menurut Toto Tasmara (2001:213) adalah sebagai berikut:
Pertama, The man of wisdom. Terampil melaksanakan
profesinya, sangat berdedikasi dan dibekali dengan hikmah
dan kebijaksanaan. Kedua, High in integrity. Bersungguh
sungguh dalam segala hal, mampu melihat di balik tampak
dengan perenungan dan tafakur. Ketiga, Willingness to learn.
Memiliki motivasi yang sangat kuat untuk terus belajar dan
mampu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang
dihadapi.
Keempat, Proactive stance. Proaktifdan ingin memberikan
kontribusi positif bagi lingkungan. Kelima, Fait in God.Sangat
mencintai Tuhannya, dan kerena selalu mendapat petunjuk
dari-Nya. Keenam, Creditable and refutable.Menempatkan
diri sebagai insan yang dapat dipercaya. Ketujuh, Being the
best. Selalu ingin menjadikan dirinya sebagai teladan, dengan
menampilkan unjuk kerja yang terbaik. Kedelapan, Empathy
and compassion. Menaruh cinta kepada orang lain
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Kesembilan,
Emotional maturity.Memiliki kedewasaan emosi, tabah, dan
tidak pernah mengenal menyerah serta mampu
mengendalikan diri. Kesepuluh, Balance.Memiliki jiwa yang
tenang. Kesebelas, Sense of mission. Memiliki arah tujuan
dan arah yang jelas dalam kehidupan. Keduabelas, Sense of
competition.Memiliki sikap untuk bersaing secara sehat.
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Individu yang amanah selalu ingin menampilkan sikap dan perilaku bisa dipercaya, menghormati dan dihormati. Menurut Toto Tasmara (2001:221). Amanah merupakan kekuatan ruhani yang senantiasa diterima dengan penuh rasa percaya, dihormati dan dipercaya.
Siddiqdiartikan dengan jujur. Kejujuran merupakan komponen ruhani yang memantulkan berbagai sikap ter- puji. Individu jujur adalah individu yang berani menyatakan sikap secara transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan.
Menurut Marzuki (2015: 98) Jujur pada diri sendiri yaitu berpihak pada kebenaran. Indikator orang yang jujur pada diri sendiri yaitu, berjalan dengan penuh keyakinan diri, berdiri di atas kebenaran, mandiri, memiliki kesadaran otentik, dan berani mempertahankan makna hidup dan jati dirinya bertanggung jawab, disiplin, dan taat.
Selanjutnya jujur pada orang lain bukan hanya sekadar berkata dan berbuat benar, namun berusaha memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Terakhir jujur pada Allah SWT, artinya berbuat dan memberikan segala-galanya untuk Allah atau beribadah hanya untuk Allah.
Tablighartinya menyampaikan kebenaran melalui suri teladan dan perasaan cinta yang sangat mendalam. Ditegaskan oleh Marzuki (2015: 97) “Rasulullah adalah komunikator unggul disertai pesan-pesan tidak saja verbal belaka, tetapi diikuti gerak amal nyata.
Nilai-nilai tabligh memberikan muatan yang mencakup aspek kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, pengem- bangan dan peningkatan kualitas sumber daya insani, dan kemampuan diri untuk mengelola sesuatu. Indikator atau ciri-ciri karakter FAST secara nyata dapat dilihat dari perilaku individu sehari-hari, dengan membuat indikator penampilannya selalu memperhatikan akhlakul karimah.
Kandungan akhlak mulia yang terdapat pada untaian kata atau akronim FAST, kiranya dapat menjadi pedoman bersikap dan bertingkah laku sebagai bentuk ideal, sekaligus sebagai bahan renungan serta pembiasaan. Sehingga ruhani individu semakin tajam dan sensitif menghadapi tantangan dalam cara berperan di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Karakter/ akhlak FAST itulah sejatinya yang juga seharusnya dijadikan panduan revolusi mental yaitu ikthtiar untuk melakukan perbaikan pola pikir, rasa, dan tindakan lalu bersama-sama dipahami diwujudkan dan diaplikasikan dalam praktik hidup sehari-hari, menjadi kebiasaan, dan pada akhirnya menjadi kepribadian.
Banyak pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya adalah model konseling spiritual teistik, berfokus pada nilai-nilai religius Islam untuk mengembangkan fitrah, berpikir, berperasaan, bersikap dan bertindak individu sesuai nilai-nilai Islam demi mewujudkan generasi yang berkarakter FAST (fathanah, amanah, siddiq, dan tabligh).
Sebagai sifat atau perilaku dalam menjalani sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang “Baldatun Thayyibatun Wa rabbun Ghafur” yang telah dicontohkan para nabi. Terutama Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik dan conselor sejati dalam kehidupan umat manusia yang mengimaninya.(*)