.
Friday, December 13, 2024

PENGARUH HARGA MINYAK KELAPA SAWIT TERHADAP PDB INDONESIA

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Bank Dunia melakukan revisi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 menjadi 5,2 persen (y-on-y). Sebelumnya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap berada di level 5,1 persen akibat konflik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina yang semakin menghambat pasokan global pasca pandemi Covid-19.(Rahayu, I: 2022)

Konflik antara Rusia dan Ukraina berdampak besar pada perekonomian dunia, salah satunya adalah kenaikan harga minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit dihasilkan oleh tumbuhan kelapa sawit yang merupakan penghasil utama perkebunan, sumber mata uang ekonomi nonmigas Indonesia.    Prospek kelapa sawit sebagai salah satu komoditas dalam dagang minyak nabati di dunia yang sangat baik membuat pemerintah terdorong untuk mempercepat pembangunan perkebunan kelapa sawit.

Minyak kelapa sawit adalah minyak yang dihasilkan oleh buah dari kelapa sawit dan banyak dipakai sebagai bahan makanan dan keperluan-keperluan lainnya. Produksi minyak kelapa sawit global terhitung sudah lebih dari 45 juta ton, dan Indonesia serta Malaysia menjadi produsen juga pengekspor terbesar di dunia.

Importir terbesar minyak kelapa sawit adalah India, China dan beberapa negara di Eropa. Permintaan ekspor minyak kelapa sawit terus naik beberapa tahun terakhir karena semakin banyak negara yang telah beralih dari lemak trans ke alternatif yang lebih baik.

Minyak kelapa sawit banyak digunakan sebagai alternatif  lemak trans karena minyak kelapa sawit merupakan lemak jenuh nabati dan harganya relatif lebih murah. Perdagangan minyak kelapa sawit global telah tumbuh secara signifikan karena meningkatnya permintaan global. Kenaikan harga minyak kelapa sawit sebesar 8,26 memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia (Hasibuan, M:2009).

Kelapa sawit adalah salah satu dari banyak komoditas ekspor terbesar Indonesia. Namun, ini hanya efek jangka pendek karena negara seperti Singapura dan Malaysia yang merupakan salah satu tujuan ekspor minyak kelapa sawit hanya mengimpor dalam kondisi tertentu, seperti saat harga minyak sedang tinggi.

Banyaknya negara yang mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia merupakan hal yang baik dan juga buruk. Jika permintaan dari luar semakin banyak maka akan menyebabkan ekspor yang dapat mempengaruhi ketersediaan barang tersebut di Indonesia. Untuk mencegahnya, negara dapat menerapkan kebijakan internal market engagement sedemikian rupa sehingga kebutuhan dalam negeri terpenuhi, meskipun ekspor harus dibatasi.

Dalam jangka pendek, kenaikan harga minyak kelapa sawit sebesar 8,26 persen meningkatkan ekspor minyak kelapa sawit sebesar 46,77 persen, dengan catatan negara masih memiliki cadangan minyak kelapa sawit. Peningkatan ekspor disebabkan oleh kenaikan harga internasional yang mendorong eksportir untuk meningkatkan penjualan di bagian kelapa sawit.

Di sisi lain, impor bagian minyak kelapa sawit turun sampai 17,38 persen karena perbedaan harga atau perbedaan bahan baku minyak kelapa sawit dalam maupun luar negeri. Sementara itu, permintaan domestik hanya meningkat 0,09 persen, meskipun relatif kecil, akibat kenaikan harga minyak kelapa sawit. Dengan peningkatan produksi dalam negeri sebesar 0,18 persen, permintaan dalam negeri relatif masih dapat dipenuhi.

Di sektor pupuk yang membantu memenuhi kebutuhan industri sawit dalam negeri dengan membeli pupuk, ekspor mengalami penurunan sebesar 0,06 persen dalam jangka pendek. Selain mengurangi ekspor pupuk untuk semakin mengembangkan industri sawit dalam negeri, termasuk memperluas areal perkebunan sawit, impor pupuk juga ditingkatkan sebesar 0,05 persen untuk menambah ketersediaan industri kelapa sawit dalam negeri. Pupuk dan pupuk rumah tangga meningkat sebesar 0,01persen.

Produksi fixed oil mengandung minyak nabati dari minyak kelapa sawit mentah sempat mengalami penurunan sampai 0,04 persen. Penurunan tersebut diduga karena turunnya permintaan solid oil dari CPO akibat kenaikan harga CPO di pasar internasional.

Penurunan produksi minyak dalam negeri juga mencerminkan penurunan permintaan dalam negeri yang menunjukkan penurunan sampai 0,04 persen. Penurunan permintaan dan produksi domestik juga mempengaruhi perdagangan minyak tetap dunia, dengan ekspor turun 0,05 persen juga impor turun 0,01 persen.

Dalam jangka panjang, sektor-sektor tersebut yang terkena dampak kenaikan harga minyak kelapa sawit internasional terus menunjukkan tren pertumbuhan yang sama. Jika Anda juga mempertimbangkan besarnya perubahan, itu tidak jauh berbeda dengan besarnya yang akan segera terjadi. Hal ini tampaknya menggarisbawahi bahwa naiknya harga minyak kelapa sawit internasional kurang lebih memiliki dampak yang sama baik dalam jangka pendek juga jangka panjang.

Dampak kenaikan harga 8,26 persen dari harga minyak kelapa sawit internasional meningkatkan semua komponen PDB dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang, naiknya harga minyak kelapa sawit internasional yang mencapai angka 8,26 persen menyebabkan peningkatan konsumsi dan impor, sedangkan ekspor turun. Kenaikan harga bahan baku tidak berpengaruh terhadap total produksi.           Kenaikan harga minyak kelapa sawit sebesar 8,26 persen juga memengaruhi hasil industri kilang minyak. Ekspor dari sektor kelapa sawit akan segera meningkat. Sektor industri juga terkena dampak dari naiknya harga minyak kelapa sawit internasional sebesar 8,26 persen. Ekspor, permintaan domestik dan produksi di sektor kelapa sawit meningkat sementara impor turun.

Naiknya harga minyak kelapa sawit internasional berdampak baik terhadap PDB untuk jangka pendek dan jangka panjang dan di beberapa bagian produksi. Efek positif ini dikarenakan peningkatan produksi minyak kelapa sawit dalam negeri sebagai akibat dari tumbuhnya industri minyak kelapa sawit. Selain itu, ada peningkatan tekanan untuk memenuhi permintaan biofuel sebagai alternatif minyak pemanas.(Tjahjapriadi: 2011)

Sementara itu, dampak peningkatan minyak kelapa sawit internasional di beberapa sektor produksi disebabkan oleh faktor pendukung berkembangnya perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak kelapa sawit. Situasi tersebut terutama mempengaruhi produksi di sektor pupuk dan minyak goreng karena naiknya harga minyak kelapa sawit.(*)

DAFTAR PUSTAKA

 

Hasibuan, M. (2019). Pengaruh Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Produk Domestik. Jurnal Ekonomi, 335-337.

Rahayu, I. (2022, 12 15). Bank Dunia Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2022 Jadi 5,2 Persen.

Tjahjapriadi. (2011). Dampak Kenaikan Harga Minyak Sawit Internasional Terhadap Pertumbuhan Ekpnomi Indonesia. Model Computable General Equilibrium, 1-14.

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img