Oleh: Sugeng Winarno
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Muhammadiyah Malang
Genderang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) telah ditabuh. Keriuhannya sudah mulai terasa lewat aneka baliho yang terpasang di sudut-sudut jalan. Beragam narasi dan konten dari sang kandidat dan tim suksesnya juga bermunculan di media sosial (medsos). Aneka foto dengan beragam pose berlomba merebut simpati. Slogan dengan kata-kata dan janji memikat juga menjadi bagian dalam perang kontestasi politik Pilkada.
Menurut data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), total daerah yang mengikuti penyelenggaraan Pilkada serentak tahun 2024 di Indonesia sebanyak 545 daerah dengan rincian 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Pelaksanaan pemungutan suara Pilkada serentak pada Rabu, 27 November 2024. Hampir bisa dipastikan semua wilayah di Indonesia bakal ramai dengan baliho dan media kampanye politik yang lain yang dibuat para kandidat yang berkontestasi.
Pilkada yang digelar secara serentak ini menjadikan di setiap daerah bermunculan beragam media untuk pengenalan diri sang kandidat. Media yang paling banyak dipilih adalah baliho. Umumnya dalam baliho ditampilkan foto sang kandidat, partai yang mengusung, dan slogan. Baliho beraneka rupa dan ukuran itu banyak menghiasi jalanan dan sudut-sudut tempat strategis yang memungkinkan dilihat banyak orang.
Kekuatan Slogan Politik
Slogan politik adalah frasa atau kalimat pendek yang menarik, mudah diingat, dan mengandung pesan tertentu. Dalam politik, slogan biasanya digunakan sebagai alat kampanye. Tujuan slogan umumnya untuk menyampaikan program, visi, misi, atau pencitraan kandidat atau partai politik kepada masyarakat. Slogan politik itu serupa merek dari seorang politisi yang diharapkan meninggalkan kesan positif dan melekat di ingatan banyak orang.
Dalam beberapa hasil penelitian, pengaruh slogan politik sangat beragam. Dampak positif slogan bisa mendorong partisipasi pemilih dan diskusi publik yang sehat. Namun, slogan yang dibuat dengan manipulatif bisa berdampak negatif dan memecah belah masyarakat. Slogan yang menarik dan mudah diingat bisa membuat masyarakat familiar dengan sang kandidat atau partai politik.
Slogan politik mempunyai kekuatan untuk menyampaikan pesan kunci sang kandidat yang ingin disampaikan kepada pemilih. Idealnya slogan politik merangkum visi, misi, atau janji kampanye. Kekuatan lain slogan adalah punya efek persuasif. Dengan kata-kata yang tepat, slogan bisa memunculkan emosi tertentu pada pemilih, membuat mereka merasa tertarik dengan kandidat atau partai politik tertentu.
Sebuah slogan yang baik bisa jadi identitas singkat bagi sang kandidat atau partai politik. Slogan itu serupa merek produk yang mudah dikenali dan diingat. Slogan yang baik bisa membantu membangun citra positif dan membedakan sang kandidat dengan kompetitornya. Slogan bisa menguatkan personal branding dan positioning sang kandidat di antara kandidat yang lain.
Sementara itu, slogan yang dibuat manipulatif bisa menyesatkan pemilih. Slogan yang menggunakan kebohongan, janji-janji palsu, atau isu suku, agama, ras, dan antar golongan hanya akan merugikan sang kandidat. Slogan yang menyerang lawan politik berpotensi memperuncing perbedaan antar kubu. Hal ini bisa membuat suasana kampanye penuh permusuhan dan saling menjelekkan.
Tak Sekadar Kata-Kata
Sebuah slogan yang baik tak cukup dengan hanya lewat kata-kata. Kekuatan sebuah slogan juga terletak pada sejauh mana rangkaian kata-kata itu realistis. Slogan yang bombastis hanya akan membuat orang apatis. Pesan komunikasi dalam slogan idealnya pesan tentang visi, misi, dan apa yang akan dilakukan sang kandidat, bukan kata-kata yang dicari-cari hanya untuk kepentingan sesaat kampanye dan selanjutnya tak direalisasikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar slogan tepat sasaran. Memahami siapa khalayak yang mau dijangkau, apa yang mereka pedulikan, dan gaya komunikasi yang mereka sukai menjadi unsur penting yang harus diperhatikan. Di samping itu, perlu dibuat pesan inti dalam slogan, bisa berupa visi, misi, janji utama yang singkat dan jelas serta mudah diingat.
Kata-kata yang kuat dan punya daya tarik emosional juga menjadi kekuatan slogan. Perlu dihindari slogan yang rumit dan membingungkan. Gaya bahasa perlu dibuat yang mudah dipahami awam. Hindari gunakan slogan yang klise dan sudah sering digunakan dalam kampanye politik. Slogan perlu dibuat menonjol dibandingkan dengan yang lain. Slogan juga cukup yang simpel saja karena dalam membuat slogan berlaku slogan “simple is better.”
Beberapa contoh slogan menarik dalam pemilihan presiden di Amerika misalnya. Donald Trump pernah menggunakan slogan “American First” dan “Make America Great Again” (MAGA), yang pernah dicontoh Prabowo Subianto menjadi “Indonesia First, Make Indonesia Great Again.” Slogan Barack Obama pada 2008 yakni “Yes We Can,” terbilang sukses dan banyak ditiru beberapa politisi di sejumlah negara, termasuk oleh politisi Indonesia.
Sebuah slogan politik yang tepat bisa jadi alat kampanye yang jitu. Namun slogan politik hendaknya bukan tipu-tipu. Karena slogan politik yang manipulatif hanya akan menjadikan masyarakat tertipu dan kecewa. Seorang pemimpin yang baik tak dibenarkan menempuh cara-cara tak jujur demi tujuan kemenangannya. Saatnya semua kandidat dalam kontestasi politik mengedepankan etika, kejujuran, kesopanan, dan keadaban dalam berpolitik.(*)