.
Sunday, December 15, 2024

Pernah Jelajah Lima Negara, Resepnya Bawang Putih

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Mbah Tikno, Lansia Pengayuh Sepeda Onthel

Usia Slamet Sutikno sudah 81 tahun. Semangat dan tenaganya berkobar-kobar. Kakek 12 cucu ini masih mengonthel sepeda legendaris miliknya. Berbagai penjuru pernah didatangi dengan mancal sepeda.

Sehari-harinya Slamet Sutikno disapa Mbah Tikno. Ia  sudah menjajal mengayuh sepedanya dari Sabang hingga Merauke. Hebatnya lagi pernah menembus lima negara di Asia Tenggara dengan sepeda.

“Jawa Timur itu sudah hampir semua kota pernah saya jajal dengan bersepeda. Saya mulai bersepeda sejak kecil. Saat waktu itu masih duduk di bangku sekolah di Sekolah Rakyat (SR) alias volkschool,” ceritanya.

Dari sana kecintaannya bersepeda terus menguat. Saat ia mulai menginjak usia pekerja, ia selalu pergi kemana saja dengan sepeda onthel miliknya. Sepeda itu memiliki kenangan tersendiri. Ia mendapat sepeda jenis Batavus tahun 1939 itu, dari sang ayah. Dulu sepeda onthel ini digunakan ayah Mbah Tikno untuk mengajar. Juga mengantar Mbah Tikno sekolah.

“Kemudian saya sempat menggunakan sepeda ini untuk bekerja, saat masih berdinas di Dinas Pertamanan Kota Malang. Sampai saya pensiun  tahun 1998, saya masih aktif bersepeda,” terang kakek yang lahir di tahun 1942 lalu.

Semenjak pensiun, ia semakin leluasa bersepeda. Kemudian setelah itu, tahun 2013 istrinya meninggal dunia. Kesedihan, kala ditinggal sang pujaan hati di usia senja, membuatnya menahan diri.

“Saat itu, setiap harinya saya hanya bersepeda ke daerah Kepanjen, Blitar sama Kota Malang saja. Kalau itu hampir setiap hari, atau setiap dua hari sekali. Karena kalau tidak bersepeda itu rasanya pegal semua,” jelas kakek asal Sutojayan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang itu.

Setelah melewati 1.000 hari istrinya meninggal, terketuk hatinya untuk bersepeda ke Aceh di tahun 2016. Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke Sabang, dan berhenti di Medan.

Dari tempat yang dijuluki dengan Kota Melayu Deli itu, Mbah Tikno melihat bahwa Malaysia ini cukup dekat. Dengan kebulatan tekadnya, ia  mengurus paspor dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan via jalur laut ke Negeri Jiran.

“Di tahun itulah, saya memulai perjalanan keliling saya ke lima negara. Saya mengunjungi Singapura hingga Malaysia. Di Malaysia saya melintas ke Kuching, Kinabalu dan Tawau. Kemudian melanjutkan ke Brunei Darussalam. Dari sana saya menjelajah Tanah Borneo hingga Sulawesi dan Papua. Setelah itu, saya sempatkan mampir ke Papua Nugini, sebelum melanjutkan perjalanan ke Timor Leste, dan melanjutkan ke deretan kepulauan Nusa Tenggara dan Bali, sebelum kembali ke Malang,” beber Mbah Tikno.

Perjalanan survive dengan Batavus tercintanya keliling Indonesia, ia tempuh selama satu tahun tiga bulan. Dengan berbekal tekad, serta bendera Arema Onthel, iya disambut pecinta sepeda onthel setiap kali singgah di satu wilayah.

“Saya langsung disambut, kadang diantar dan diberikan bekal makanan. Saya sering kali dibantu, ketika sampai di mana saja. Kalau ada yang melihat, mereka saling menghubungi untuk menemui saya saat diperjalanan,” lanjutnya.

Kulitnya mulai keriput, rambutnya hampir 100 persen memutih. Tapi semangatnya tetap berapi-api. Di tahun 2023 ini, ia berencana kembali menjelajah Bali. Namun, ia berangkat dengan kendaraan, karena usia senjanya berpengaruh pada kelihatan.

“Teman-teman banyak yang ngonthel dari Malang, tapi saya naik kendaraan. Karena kalau malam itu, mata saya tidak kuat kalau terkena cahaya mobil. Jadi saya memutuskan, untuk bareng naik kendaraan,” ceritanya.

Ia membagikan tips untuk hidup sehat. Yakni  mengonsumsi bawang putih setiap harinya. Di usianya yang sudah lebih dari 80 tahun, setiap harinya ia memakan delapan siung bawang putih.

“Saya tidak merokok dan mengopi. Saya juga selalu membawa air putih. Kemudian untuk menjaga stamina, harus rajin bersepeda. Kadang berangkat pagi, atau kadang di sore harinya,” terang Mbah Tikno.

Melihat sepeda tua mulai banyak penggemarnya, khususnya dari kalangan muda membuatnya senang. Karena selain banyak penerusnya, ia juga memiliki banyak teman. Terutama aat ada kegiatan mengonthel bersama.

“Senang sekali, karena sekarang sudah mulai banyak lagi yang suka sama sepeda onthel. Kalau saya sendiri sudah tidak tahu sanggup berkendara sampai kapan dan sejauh mana. Tapi selama saya masih sehat dan mampu, saya akan terus bersepeda. Karena saya sudah cinta, dan memang senang sekali bisa bersepeda,” pungkas Mbah Tikno. (rex/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img