Siaga Bencana, Aktifkan Semua EWS di Malang Raya
MALANG POSCO MEDIA- Warga kembali diingatkan waspada bencana alam. Pasalnya pohon tumbang, Kamis (26/10) kemarin di Jalan Raya Bandulan Kota Malang menimpa dua warga. Sementara Early Warning System (EWS) di Malang Raya disiagakan.
Pohon Waru setinggi sekitar enam meter tumbang di Jalan Raya Bandulan kemarin sekitar pukul 13.15 WIB. Dua motor dan dua orang tertimpa pohon berdiameter sekitar 50 centimeter itu.
Saat Malang Posco Media tiba di lokasi, dua motor tersebut masih berada di sekitar lokasi pohon tumbang. Yaknit Yamaha Vixion N 4255 EDX milik Samin warga Jalan Mergan Gang 21 RT 02 RW 06 Kelurahan Tanjungrejo Sukun. Motor satunya lagi Honda Supra X, N 3641 EAS. Belum diketahui pengendaranya.
“Istri saya sedang berjualan bensin tertimpa pohon dan satu pengendara lainnya juga tertimpa. Kemudian dibawa ke rumah sakit,” kata Samin, di lokasi kejadian sambil melihat motornya mengalami kerusakan.
Pria 70 tahun ini mengatakan, dada dan bahu istrinya yang bernama Sunnah, 50 tahun, tertimpa pohon yang berada di dekat tempatnya jualan bensin eceran. Pun gerobak bensinnya berantakan. Botol yang berisi bensin tumpah. Beberapa botol dikatakannya pecah.
“Seluruh botol yang ada bensinnya tumpah dan ada yang pecah. Kerugian saya sekitar Rp 600 ribu. Sedangkan, dari motor yang rusak sekitar Rp 3 juta,” beber Samin.
Terlihat, motor Yamaha Vixion yang baru dibeli Samin tiga bulan lalu itu, mengalami kerusakan pada sadel, spion sebalah kanan lepas, dan bodi mengalami lecet. Sedangkan motor Honda Supra hanya mengalami lecet pada bodi bagian depan.
Salah satu saksi kejadian, Budi, mengatakan pohon bercabang tumbang terjadi saat dalam kondisi arus lalu lintas landai. Motor Vixion milik Samin yang tertimpa sedang diparkir di trotoar.
“Sedangkan, ibu-ibu pengendara motor Supra tertimpa saat melaju dari arah barat ke timur,” kata pria 50 tahun pemilik tempat cucian dekat tempat kejadian.
Dilanjutkannya dua korban tertimpa pohon pada bahu sebelah kanan. Lalu dibawa ke RS Hermina Kota Malang. “Kedua korban masih sadar,” sambungnya.
Sementara itu, akibat pohon tumbang juga mengakibatkan lampu penerang jalanan umum (PJU) patah. Kabel listrik, dan internet menjadi tidak beraturan. Belasan petugas gabungan dari BPBD dan DLH Kota Malang datang membersihkan pohon. Sementara itu, jalan raya yang tersendat, diatur oleh beberapa petugas kepolisian.
Sehari sebelumnya Kepala BPBD Kota Malang Prayitno mengimbau warga agar tak berteduh di bawa pohon. Apalagi saat hujan lantaran rawan tumbang.
Sementara itu Malang Raya serius memperhatikan keberadaan EWS. Di Kota Malang, BPBD memastikan tujuh EWS disiagakan.
Prayitno menjelaskan seluruh EWS sudah diganti baterainya menjelang musim penghujan. Meskipun saat ini masih ada dua titik EWS yang dalam masa pemeliharaan.
“Dua titik EWS itu pemeliharaan sedang diganti baterainya, baterai lithium. Tapi secara umum semuanya sudah siap dan berjalan semua,” tegas Prayitno kemarin.
Ditambahkannya akan ada penambahan satu unit EWS lagi di kawasan Kelurahan Merjosari. Yakni EWS untuk bencana longsor. Karena di kawasan khususnya Joyogrand memiliki kecuraman tinggi, dikhwatirkan ada kejadian bencana.
Sementara itu Kota Malang diguyur hujan dengan intensitas tinggi, kemarin. Genangan air terjadi di sejumlah lokasi. Di antaranya di Jalan Coklat.
Di Kabupaten Malang juga siagakan fungsi 21 EWS. Semuanya dipasang di lokasi rawan bencana.
Kepala Bidang Pecegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Malang Zainuddin merinci, enam EWS di anaranya untuk deteksi dini tsunami. Selain itu delapan EWS longsor, tiga gempa bumi, tiga EWS banjir, dan satu EWS erupsi.
Tiga EWS di antaranya dalam kondisi rusak. Ketiga EWS tersebut diketahui EWS dari BPBD Jatim. Di antaranya EWS Tsunami di Pantai Tamban Desa Tambakrejo, Sumbermanjing Wetan, EWS longsor di Desa Srimulyo Kecamatan Dampit dan EWS longsor di Desa Tulungrejo Ngantang.
“Saat ini yang bisa kami lakukan untuk berkomunikasi dan meminta perbaikan kepada provinsi. Sekarang dalam proses akan diperbaiki,” jelasnya.
Seluruh EWS setiap waktunya juga perlu dilakukan perawatan. “Dalam hal ini EWS sangat membantu, dan kita punya jaringan CCTV yang langsung bisa terkoneksi memantau situasi di lokasi,” kata dia.
Selain itu dilakukan pemetaan titik rawan bencana hidrometeorologi. BPBD Kabupaten Malang menyiapkan SDM melalui Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) di sekitar 104 desa.
Zainuddin menjelaskan FPRB sebagai kepanjangan tangan dari BPBD. Tujuannya untuk meminimalisir resiko bencana yang terjadi di setiap desa. Sehingga informasi cepat masuk ke BPBD untuk ditindaklanjuti.
“Di samping ada Poslap yang bersifat komunal karena satu Poslap membawahi beberapa kecamatan. FPRB bisa lebih menjangkau ke desa,” ujar Zainnudin.
Tugas dan fungsi dibentuknya FPRB dalam tanggap bencana, kata Zainuddin, di antaranya melakukan penanganan atau eksekusi awal hingga assesment sembari menunggu tim BPBD meluncur ke lokasi bencana. FPRB dalam satu kelompok merupakan gabungan dari berbagai unsur. Mulai dari tim BPBD, PMI, relawan dan yang paling utama masyarakat setempat. Jumlahnya dalam satu tim berkisar 25-40 orang. Dalam artian total setidaknya dari 104 desa terdapat lebih dari 2.600 orang.
“Arahnya pada Desa Tangguh bencana atau Destana. Yang itu ketetapannya pada setiap desa. Sedangkan FPRB adalah forum yang juga hirarkis hingga ada di tingkat kabupaten dan provinsi,” jelas Zain, sapaannya.
Empat Pos Lapangan (Poslap) disiagakan di empat lokasi. Di dalamnya ada petugas BPBD yang melakukan pemantauan. Keempat titik tersebut yakni di Kecamatan Tirtoyudo, Gedangan, Ngantang dan Tumpang.
Selain personel, sejumlah alat berat serta stok logistik juga dipastikan aman untuk tanggap bencana. Sejumlah alat berat tersebut sepeti alat senso, cangkul, perahu karet, mobil logistik, mobil ekskavator dan mobil tanki.
“Sembako juga disiapkan walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak, karena untuk insidentil supaya cepat segera tertangani, karena alat kita juga terbatas. Sedangkan untuk alat berat kita pusatkan di mako BPBD sini,” urainya.
Di Kota Batu memaksimalkan peran desa tangguh bencana (destana). Di tahun 2023 ini semua desa/kelurahan berstatus destana.
“Alhamdulillah tahun ini semua desa/kelurahan telah berstatus destana. Masing-masing memiliki 25 relawan,” kata Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu.
Dengan status destana, artinya desa/kelurahan telah memiliki kemampuan identifikasi ancaman bencana di wilayahnya. Selain itu juga mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan. Juga meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana.
Sementara untuk tambahan alat penunjang seperti EWS, di Kota Batu masih memiliki 11 EWS untuk peringatan dini tanah longsor. Rata-rata EWS tersebar di Kecamatan Bumiaji karena daerah tersebut rawan longsor. Seluruh EWS tersebut berfungsi semuanya.
“Tidak hanya EWS, kami juga menyiagakan sejumlah personel untuk bertugas di Posko Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB). Mereka terdiri dari tim TRC, Pusdalops dam juga tim Logistik,” imbuhnya.
BPBD Kota Batu juga telah berkoordinasi dengan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Batu, relawan dan semua elemen masyarakat. Tujuannya
untuk menyamakan persepsi terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana. Sehingga ketika terjadi bencana sewaktu-waktu sudah siap melakukan penanganan. (den/ica/tyo/eri/van)