Robin Hood adalah legenda pahlawan bagi masyarakat Inggris pada abad 15. Kisah kepahlawanan Robin Hood telah banyak diketahui orang lewat novel dan film. Hal terpenting dari sosok Robin Hood adalah keberpihakannya pada kaum papa dan termarginalkan. Sosok serupa Robin Hood perlu dipunyai oleh seorang presiden di saat krisis, harga beras kian melambung, dan harga-harga kebutuhan pokok terus mencekik kaum miskin.
Seperti dikisahkan dalam cerita Robin Hood, dia adalah pembela rakyat kecil. Saking cintanya pada rakyat miskin, dia merampok harta orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin. Tentu merampok yang dilakukan Robin Hood tak bisa dibenarkan secara hukum. Namun titik tekan dari sosok Robin Hood adalah kecintaan dan perjuangannya pada kaum miskin.
Robin Hood bukanlah sosok yang berkuasa atas rakyat. Dia bukanlah seperti sejumlah politisi tanah air yang memandang rakyat sebagai sumber elektoral kemenangan pemilu. Rakyat lebih banyak dibujuk dan diambil hatinya demi dukungan politik.
Robin Hood bukan seperti politisi yang bagi-bagi bantuan sosial (bansos) demi pencitraan dan dukungan. Kalau Robin Hood membagi-bagi harta untuk rakyat miskin bukanlah sebagai politik uang, namun benar-benar untuk membantu mereka yang kekurangan.
Jangan Mendadak Merakyat
Para politisi yang ikut berkontestasi dalam pemilu itu tiba-tiba merakyat. Lihat saja tagline yang terpampang di banyak baliho politik, hampir semua mengatakan sebagai pembela rakyat. Seakan-akan perjuangan para politisi itu hanya demi rakyat bukan pertimbangan yang lain, termasuk demi memperkaya diri sendiri atau partai politiknya. Mendadak semua sok peduli wong cilik atau rakyat miskin.
Dalam setiap kontestasi pemilu, rakyat memang selalu diperebutkan. Rakyat diambil hatinya, dibujuk rayu demi perolehan dukungan. Keberadaan rakyat masih dipandang sebagai kelompok yang mudah dirayu dan ditipu dengan aneka janji manis saat kampanye politik. Bujuk rayu lima tahunan itu masih terus berulang.
Tak seperti sosok Robin Hood yang memandang rakyat sebagai orang tertindas yang layak diperjuangkan nasibnya, banyak politisi justru menempatkan rakyat tak lebih hanya sebagai ladang penyumbang suara. Karena cara pandang seperti itu, maka tak sedikit politisi yang melakoni politik tipu-tipu, politik tebar pesona, politik pencitraan, dan politik halalkan segala cara dan menihilkan etika.
Jika Robin Hood merampok harta orang-orang tajir untuk dibagikan kepada rakyat, namun tak sedikit politisi di negeri ini yang justru menggarong uang rakyat. Koruptor di negeri ini masih saja terus bermunculan dan tak berhasil dibasmi. Kalau memang benar-benar para politisi itu berjuang untuk rakyat, tentu mereka akan malu memakan uang rakyat. Dalam setiap kontestasi politik, aneka narasi yang bernada membela rakyat itu masih sekadar omong kosong.
Tak jarang terjadi politisi yang mendekati rakyat sebagai bagian dari strategi kampanye guna memenangkan kontestasi. Para politisi itu berusaha menciptakan koneksi emosional dengan rakyat sebagai pemilih dan meyakinkan mereka bahwa kepentingan rakyat menjadi yang utama. Tak jarang strategi ini dipilih sang politisi demi merebut hati rakyat semata, bukan benar-benar berjuang demi rakyat.
Aneka cara mendekati rakyat yang dilakukan sejumlah politisi seperti memberi bantuan sosial, pengobatan massal, dan beragam program yang mendadak pro rakyat perlu dilihat secara kritis. Rakyat tak boleh gampang terbuai dengan aneka iming-iming dan bujuk rayu politik. Rakyat juga tak benar kalau justru ikut melanggengkan praktik money politic.
Presiden Ala Robin Hood
Presiden adalah sosok berkuasa yang sangat powerful. Untuk itu presiden yang dibutuhkan rakyat adalah sosok penguasa yang benar-benar menjadi penolong rakyat. Konsep sosok presiden ala Robin Hood bisa dimaknai sebagai seorang pemimpin yang bersikap adil, peka pada kebutuhan rakyat miskin, punya komitmen yang kuat mengurangi kesenjangan sosial, mendukung pendidikan yang merata, dan menjamin semua rakyat memiliki hak dan peluang yang sama.
Mirip dengan yang dilakukan Robin Hood dengan merampok harta kekayaan para koruptor untuk dibagikan kepada rakyat, presiden negeri ini adalah dia yang berusaha mengurangi beban pajak bagi golongan ekonomi menengah ke bawah dan mengenakan pajak yang adil pada kelompok kaya. Transparansi pengelolaan pemerintahan, kebijakan, penggunaan anggaran, dan keterbukaan pengawasan oleh publik.
Presiden ala Robin Hood idealnya juga terus mendorong partisipasi aktif rakyat dalam proses pembuatan beragam keputusan penting. Hal ini termasuk membuka komunikasi publik, mendengarkan aspirasi rakyat, dan mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat. Kalau semua kontestan dalam ajang pilpres sepakat bahwa pemilu itu dari, oleh, dan untuk rakyat maka mestinya hal itu tak hanya slogan semata.
Meskipun cerita tentang Robin Hood ada yang memperdebatkan, namun mitos ini masih terus hidup sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dan keberanian dalam memperjuangkan hak-hak rakyat miskin. Sosok Robin Hood bisa dirujuk oleh presiden kalau memang ingin benar-benar berjuang untuk rakyat.(*)