spot_img
Tuesday, April 23, 2024
spot_img

PROPHETIC LEADERSHIP

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Pada April 2002 yang lalu, para pemimpin eksekutif dari berbagai perusahaan di Amerika Serikat berkumpul di Harvard Business School dalam forum kepemimpinan yang memang secara rutin dilakukan.

Salah satu tema bahasan yang dibicarakan dalam forum leader itu adalah Seberapa berpengaruhkah “Spiritualitas” terhadap kesuksesan mereka menjadi seorang leader yang handal di perusahaannya, yang mampu memberikan dampak perubahan dan kemajuan bagi perusahaannya.

Mereka ternyata bersepakat, bahwa “Spiritualitas”  memiliki peran besar dalam kepemimpinannya, dan mereka menyimpulkan setidaknya ada lima hal yang menjadi ciri bagi kepemimpinan spiritual yang membawa kesuksesan baginya dalam memimpin perusahaan. Kelima hal itu antara lain adalah;

Pertama, Integritas. Pemimpin yang berintegritas adalah mereka yang bisa menciptakan dan mewariskan “Strong Values” atau nilai-nilai yang kuat di dalam organisasinya, yang didasarkan pada komitmen terhadap kehidupan yang utuh dan konsisten terhadap hal-hal yang mereka yakini.

Kedua, Energi. Para pemimpin yang memberi energi dan mengilhami orang lain, menjadikan semua orang yang ada di sekitarnya menjadi SDM yang lebih baik dan berkualitas. Mereka mampu memanajemeni sumber energi itu dengan melayani.

Ketiga, Inspirasi. Seorang leader adalah mereka yang senantiasa menginspirasi orang-orang di sekitarnya, untuk menghadirkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap visi perusahaan atau organisasi. Pemimpin yang senantiasa menginspirasi adalah mereka yang akan menghasilkan orang-orang terbaik dalam organisasinya, dan orang-orang terbaik itulah yang akan membawa perusahaan dan organisasi menjadi hebat.

Keempat, Wisdom. Seorang leader dalam bisnis adalah mereka yang bijaksana dalam segala hal. Mereka adalah guru, mereka adalah coach, mereka adalah partner dalam pertumbuhan SDM yang ada di sekitarnya. Energi wisdom ini menjadi pembenar terhadap teori yang disampaikan oleh Kim Scott tentang “Radical Candor”, bahwa pemimpin yang memimpin dengan Personality Care dan Challenge Directly, maka akan membawa produktivitas dan kinerja unggul di dalam organisasinya.

Kelima, Courage. Seorang leader harus memiliki keberanian dan keteguhan hati yang mumpuni. Pemimpin harus terbiasa dengan pekerjaan-pekerjaan yang sulit. Mereka adalah orang yang memiliki standar pekerjaan yang tinggi, mereka adalah orang yang fasih dan bijaksana dalam membuat keputusan-keputusan yang sulit yang bisa jadi membuat mereka tidak populer. Orientasi mereka adalah pertumbuhan organisasi dan perusahaan bukan pujian atau bulyan orang-orang yang benci.

Seorang Profesor bernama Carol Dweck menyampaikan tentang karakter “Growth Mindset” yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, agar memberikan dampak, dia menyampaikan bahwa “In a growth mindset, challenges are exciting rather than threatening. So rather than thinking, oh, I’m going to reveal my weaknesses, you say.. wow here’s a chance to grow.”

Dalam perjalanan menjadi seorang pemimpin, secara lumrah kita akan banyak menjumpai obstacle (rintangan) dari setiap tahapan kepemimpinan, dan sebagai seorang yang merindukan kesuksesan dan kemakmuran, kita dituntut untuk memiliki kompetensi dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap tantangan itu.

Ada lima kompetensi menurut Profesor Carol Dweck yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, agar ia bisa menjadi seorang pemimpin yang berhasil dalam organisasi ataupun kehidupan. Pertama, Mencari Tantangan (Challenges). Lazimnya Tantangan adalah suatu hal yang keberadaannya di atas kemampuan kita, dan menariknya “opportunity” itu selalu ada di balik tantangan ini, oleh karenanya seorang pemimpin harus suka dengan tantangan.

Kedua, Menaklukkan setiap Rintangan (Obstacle). Rintangan akan selalu muncul sebagai dampak dari setiap tantangan yang kita ambil. Oleh karenanya mindset yang harus kita siapkan dalam menghadapi obstacle adalah dengan kegigihan, ketekunan dan penuh dengan semangat untuk menuntaskan setiap obstacle yang ada.

Ketiga, Effort (Daya upaya), bahwa setiap tantangan dan rintangan yang kita ambil pasti akan membutuhkan kerja keras (effort) untuk menaklukkannya. Tidak ada yang bisa menggantikan kerja dengan keras untuk meraih kesuksesan. Seorang pemimpin harus memiliki performance puncak untuk setiap obstacle dan challenges yang dia jumpai

Keempat, Criticism ( Menyukai kritik atau masukan). Salah satu penyakit bagi seorang yang sudah “merasa sukses” adalah alergi kritik. Padahal prinsipnya masukan adalah energi yang bisa membangun dan menumbuhkan. 500 orang kaya yang di riset Napoleon Hill selama 20 tahun di Amerika Serikat adalah orang yang terbuka dengan kritik. Jadi seharusnya sebagai seorang leader dalam bisnis justru harus mencari masukan atau kritik.

Kelima, Succes Of Others (Belajar dari kesuksesan orang lain). Jalan tercepat untuk meraih keberhasilan adalah dengan kita belajar dari kesuksesan orang lain. Maka belajarlah kepada siapa saja, milikilah ekosistem pertumbuhan yang mampu menumbuhkan diri kita dan organisasi bisnis kita.

“Great leaders speak about the future with such clarity, it is as if they are talking about the past” begitulah kata Simon sinek, seorang penulis asal barat ini.

Sejarah adalah penggalan kejadian atau peristiwa yang harus dijadikan sebagai bahan untuk memperbaiki dan merencanakan serta membuat keputusan terbaik di masa depan. Dan pemimpin terbaik adalah mereka yang mampu menjadikan seluruh rangkaian sejarah di masa lalunya menjadi instrumen yang presisi untuk merencanakan dan membuat keputusan pada hari ini.

Banyak ahli mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi hari ini ini adalah pengulangan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Oleh karena itu pemimpin terbaik adalah mereka yang mampu menjadikan peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu menjadi sebuah gambaran yang terang-benderang untuk mencapai cita-cita di masa yang akan datang.

Menjadi seorang “Prophetic Leader” adalah menjadi seorang pemimpin yang bukan hanya memiliki kefasihan dalam memanajemeni setiap aktivitas organisasinya, akan tetapi dia juga telah menginstall kelengkapan pemahaman sejarah dalam dirinya dan memiliki “Growth Mindset” agar bisa memiliki integritas, energy, inspirasi, wisdom dan keberanian dalam menjalani kepemimpinannya.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img