spot_img
Friday, May 17, 2024
spot_img

Ramadan Bentuk Generasi Pancasila Seutuhnya

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Kurikulum merdeka yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadikan profil pelajar Pancasila sebagai penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik.

Profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi. Pertama, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Kedua, mandiri. Ketiga, bergotong-royong. Keempat, berkebinekaan global. Kelima, bernalar kritis. Keenam, kreatif.

Penanaman karakter profil pelajar Pancasila dibangun dalam keseharian kehidupan siswa melalui budaya satuan pendidikan yang diintegrasikan ke dalam iklim sekolah, kebijakan, pola inteaksi dan komunikasi, serta norma yang berlaku di satuan Pendidikan.

Selain itu ditanamkan dalam kegiatan pembelajaran intrakurikuler sebagaimana materi pembelajaran, pembelajaran kokurikuler melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, serta pembelajaran ekstrakurikuler. Dari keempat kegiatan keseharian di sekolah, diharapkan bisa mencetak generasi bangsa yang berkarakter dan mampu meneruskan estafet pembangunan bangsa dengan seutuhnya.

Menerjemahkan hakikat puasa dengan segala amal saleh yang mendampinginya bisa dijadikan momen penting untuk menguatkan karakter anak dalam membentuk dan mempraktikkan profil pelajar Pancasila.

Puasa Ramadan menjadi kewajiban umat Islam sebagaimana tercantum dalam surah Al Baqarah ayat 183 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Tujuan akhir berpuasa adalah menjadi orang yang bertakwa. 

Sejalan dengan dimensi beriman dan bertakwa pada profil pelajar Pancasila, puasa adalah ibadah yang memiliki kadar keimanan sangat tinggi. Jika ibadah lain seperti shalat, zakat, haji bisa dilihat kasat mata oleh manusia lain bentuk pelaksanaannya, berbeda dengan ibadah puasa.

Dalam melaksanakan ibadah puasa yang paling mengetahui apakah seseorang benar dalam menjalankan puasa sesuai syariat adalah dirinya sendiri dan Allah SWT. Di sinilah kadar ketakwaan seseorang diuji untuk tetap bisa menjaga puasa jangan sampai batal.

Mungkin ketika masih kecil, ada beberapa anak yang mengaku berpuasa sehari penuh namun tetap mencuri kesempatan untuk minum ketika tidak terlihat siapapun. Mengajarkan anak untuk tetap konsisten menjaga puasa agar tidak batal dengan sendirinya membentuk karakter beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam menjalankan ibadah puasa yang benar, pasti menunjukkan perilaku akhlak mulia. Akhlak mulia adalah perilaku yang baik kepada sesama manusia. Sikap peduli dan menghargai sangat ditekankan dalam menjalankan ibadah puasa.

Berpuasa tidak hanya sekadar menahan makan dan minum. Untuk mendapatkan gelar muttaqin harus meninggalkan hal-hal yang mengurangi pahala puasa. Beberapa hal yang mengurangi pahala puasa di antaranya adalah berkata bohong, ghibah atau bergunjing, adu domba, sumpah palsu dan melihat sesuatu yang menyebabkan maksiat mata.

Jelas dengan melakukan puasa yang benar, anak akan diajarkan untuk menjadi pribadi yang berkarakter, saling menyayangi, dan saling menghormati.

Dimensi Mandiri

Mandiri adalah kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya sendiri. Anak yang menjalankan puasa dituntut untuk bisa mengatur dan memutuskan apa yang harus dikerjakan. Ketika waktu berbuka puasa tiba, anak harus mandiri dalam mengatur pola makan dan menentukan kebutuhan perut sehingga bisa merasa nyaman setelah berbuka.

Kemandirian juga dituntut ketika melaksanakan sahur. Anak dituntut bisa bangun dini hari, meskipun dengan bantuan orang tua. Namun untuk bisa makan saat berbuka dan sahur dengan baik, hendaknya anak makan tanpa disuapi lagi. Kemandirian yang diharapkan dalam profil pelajar Pancasila adalah anak mampu menjalankan tugas secara mandiri, sejalan dengan ibadah puasa Ramadan.

Bergotong-royong

Puasa Ramadan mengajarkan kita peduli kepada sesama. Ada kewajiban membayar zakat fitrah akan diserahkan kepada delapan orang yang berhak menerima zakat sesuai dengan ketentuan agama. Membayar zakat fitrah adalah salah satu bentuk nyata melakukan kehidupan bermasyarakat.

Membayar dan menyalurkan zakat fitrah merupakan salah satu bentuk gotong royong mengangkat perekonomian masyarakat. Gotong royong mengangkat bersama kemampuan ekonomi masyarakat.

Berkebhinekaan Global

Bangsa Indonesia yang majemuk membutuhkan tolerasi dan menjalankan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Di bulan Ramadan, non muslim diharapkan menghargai orang yang berpuasa. Demikian juga orang yang berpuasa harus juga menghargai non muslim, karena memang tidak ada kewajiban non muslim berpuasa di bulan Ramadan. Anak diajarkan bertoleransi tanpa merasa paling baik dan benar.

Bernalar Kritis dan Kreatif

Banyak sekali jeda waktu antara Subuh sampai Maghrib. Di sela menunggu saat berbuka yang mungkin dirasa berat bagi anak, bisa dilakukan kegiatan kreatif dan bisa meningkatkan kemampuan bernalar kritis. Bersama keluarga berkebun di pagi hari, ngabuburit dengan membaca buku dan kajian kitab atau bermain bersama teman sebaya.            Daya kritis anak ditempa dengan memahami makna puasa dan proses meredam nafsu dalam menjalankan ibadah puasa. Sungguh proses berkembangnya daya pikir dan karakter yang sangat menyenangkan jika memang didampingi dengan teratur. Kita semua berharap dengan puasa Ramadan bisa membentuk dan mengantarkan generasi Pancasila yang sesungguhnya di masa depan.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img