spot_img
Sunday, September 22, 2024
spot_img

109 Tahun Kota Malang

Rencana Awal Balai Kota di Kayutangan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Balai Kota Malang yang berlokasi di Jalan Tugu, awalnya direncanakan dibangun di kawasan Kayutangan. Bangunannya pun disiapkan menjadi benteng.

Mengacu Kroenik Stadsgementee Malang Over De Jaren 1914-1939, Malang baru mempunyai seorang burgemeester atau wali kota sekitar tahun 1919. Sebelumnya, yang memegang kuasa atau pengambil keputusan gementeerad atau dewan kota.

Tepat sebelum adanya seorang burgemester itulah, dewan kota dalam suatu rapat menyampaikan bahwa pemerintahan harus punya balai kota sendiri. Salah satu yang tercatat, disebutkan seorang anggota dewan kota menyampaikan usulan balai kota  dibangun di lokasi tempat mereka rapat. Yakni di kantor dewan kota atau gementeeraad berlokasi di Kayutangan. Lokasinya saat ini menjadi pertokoan Kayutangan di sekitar Patung Chairil Anwar.

Pemerhati Sejarah Kota Malang Agung H Buana mengatakan usulan itu pun disampaikan kepada pemerintahan yang lebih tinggi ke Asisten Residen Pasuruan di Malang dan juga ke Batavia (Jakarta) untuk ditelaah.

“Hasil masukan dari Ir Thomas Karsten sebagai konsultan tata kota Belanda sebaiknya balai kota tidak di tempat yang sudah ada di Kayutangan,”kata Agung.

Alasannya  karena sudah ada masterplan  kawasan hunian yang menjadi perdagangan. Thomas Karsten memilih penempatan balai kota di tanah kosong yang saat itu masuk dalam perencanaan wilayah kota Bouwplan 2.

Bouwplan 2 diketahui merupakan kawasan Gouverneur-Generaalbuurt atau kawasan pemerintahan baru. Lokasinya selain ada Balai Kota Malang juga ada sekolah (komplek SMA Tugu), kantor militer hingga tempat tinggal panglima militer. Penataan perkotaan itu memang telah dipikirkan oleh Thomas Karsten agar sesuai dengan fungsi dan peruntukan wilayahnya.

Sekitar tahun 1924 diadakan sayembara desain bangunan gementeehuis atau Balai Kota Malang. Baru pada tahun 1926, Balai Kota Malang mulai dibangun  dan selesai pada 1 September 1929. Namun operasionalnya baru aktif pada awal 1930.

Sedangkan pegawai berasal dari kantor Asisten Residen Pasuruan di Malang dan Kantor Residen di Pasuruan. Balai Kota Malang pun disebutkan bakal menjadi ‘The Jewel of the City’. Namun yang tidak banyak tahu, ternyata Balai Kota Malang juga bisa berfungsi sebagai bangunan benteng.

“Desain balai kota yang telihat indah memberikan ciri lokalitas arsitektur Jawa Eropa. Tapi sebenarnya di balik itu semua, balai kota juga bisa sebagai benteng. Jadi tidak hanya fungsi pemerintahan saja, tapi pertahanan,” beber Agung.

Sebabnya, arsitektur Balai Kota Malang yang didesain oleh Biro Arsitektur Horn Semarang ini dikatakan Agung bentuknya seperti huruf M, tapi dengan bentuk melebar. Sehingga apabila dilihat dari atas atau dari foto udara, mirip seperti huruf M yang cocok untuk fungsi benteng pertahanan.

“Secara tradisional, VOC dan Belanda kalau membuat benteng itu bentuknya seperti kura-kura juga kalau dilihat dari atas. Misalnya seperti Benteng Rotterdam atau Vastenburg, kalau di Malang bentuknya seperti huruf M tapi melebar. Ini berkaitan erat dengan sudut pandang, harus bisa melihat sudut pandang yang luas untuk bisa melihat sisi serongnya,” jelas Agung.

Dengan kata lain, bangunan Balai Kota Malang juga dirancang untuk antisipasi kemungkinan adanya perang. Hal ini tidak mengherankan, sebab saat itu baru saja selesai perang dunia pertama dan khawatir meletus perang dunia kedua.

“Jadi orang yang di sayap sebelah timur bisa melihat sebelah barat dan barat laut. Yang sisi barat bisa melihat timur dan timur laut. Ketinggian jendela di balai kota juga persis dan cocok untuk orang menembak. Tapi hal itu tidak dieksplisitkan,” ungkapnya.

Justru yang dieksplisitkan adalah tema Balai Kota Malang. Yaitu ‘Voor de Burgers van Malang’ yang berarti Persembahan untuk Warga Malang. (ian/van)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img