spot_img
Saturday, October 5, 2024
spot_img

RENJANA BAHASA TAK SEKADAR ASA

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Berharapkan renjana
Budaya nian bersua
Di mana ku mencari asa
Renjana hilang makna

(Raksa – Soegi Bornean)

          Lirik lagu tersebut berasal dari Trio Folk Pop asal Semarang Soegi Bornean yang berjudul “Raksa.” Mereka hadir dalam karya “nyentrik” perpaduan lirik puitis dan permainan gitar akustik dibalut arransemen etnis. Dalam durasi 3 menit 20 detik, kelompok musik independen yang digawangi Fanny Soegi-Vokal, Ilyas-Gitar, Damar Komar-Gitar ini mampu membawa energi dalam single terbaru tersebut. 

          Single lagu Raksa viral di tahun 2022. Viral di TikTok karena banyak yang menggunakan lagu tersebut sebagai backsound untuk konten. Menurut KBBI Online, Raksa adalah zat cair yang warnanya seperti timah, logam cair dengan titik beku -38,8oC. Sedangkan dalam bahasa Sansekerta, Raksa berarti merawat.

Sekilas membaca lirik lagu di atas, ada beberapa kata yang “asing” di telinga. Misalnya, lirik kata yang “menggelitik” telinga adalah “Renjana.” Kata Renjana seakan bukan berasal dari bahasa Indonesia. Padahal, Renjana adalah kata dalam bahasa Indonesia yang berarti rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih). Kumpulan kata-kata dalam lirik lagu Raksa memang merupakan kumpulan kata dengan diksi (pilihan kata) yang indah tentang mengungkapkan perasaan melalui lagu.

Dari lirik lagu tersebut, terlihat bahwa banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang belum kita pahami dan mengerti. Sebagai bangsa, banyak kata dan kalimat yang mengalami perkembangan yang belum bisa dipahami. Seberapa banyak kita mengenal bahasa kita sendiri?

          Bahasa Indonesia mengalami peningkatan perkembangan dari tahun ke tahun. Melalui Kongres Bahasa I–XI, akan menghasilkan perkembangan baru di bidang bahasa. Bahkan, pada Kongres Bahasa Indonesia VIII di Jakarta (14-17 Oktober 2003), para pemerhati dan pakar bahasa Indonesia menyimpulkan bahwa berdasarkan Kongres Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan bahwa para pemuda memiliki satu bahasa, yakni bahasa Indonesia. Maka, bulan Oktober ditetapkan sebagai Bulan Bahasa.

          Sebagai pendidik, bagaimanakah membiasakan peserta didik generasi Z khususnya untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar? Berbahasa Indonesia yang baik berarti bahwa kita harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan konteks berbahasa yang selaras dengan nilai sosial masyarakat.

          Penggunaan ragam bahasa secara tulis dan lisan untuk kebutuhan berkomunikasi. Ragam bahasa dari sisi penggunaan bahasa ada dua, yaitu ragam formal dan ragam nonformal. Ada dua hal yang kita perhatikan dalam kalimat ini. Pertama, berbahasa sesuai dengan konteksnya dan berbahasa selaras dengan nilai sosial masyarakat.

          Berbahasa Indonesia yang benar berarti bahwa harus digunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah atau aturan bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia meliputi kaidah tata bahasa, kaidah ejaan, dan kaidah pembentukan istilah. Kaidah tata bahasa dan kaidah pembentukan istilah berkaitan dengan bahasa Indonesia lisan dan tulis.

Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun berbicara dalam satu bahasa yang sama, dalam hal ini bahasa Indonesia, namun ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok menggunakan ragam bahasa yang berbeda.

Sementara, berbahasa dengan baik dan benar adalah jika pemakaian bahasa mengikuti kaidah yang dibakukan. Bahasa yang baik dan tepat sasaran tidak selalu menggunakan kaidah baku ini. Hal inilah yang membuat peserta didik berpendapat bahwa mempelajari atau menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah hal yang sulit.

Nah, ironis kan? Anak Indonesia, tapi nilai ulangan bahasa Indonesia malah lebih rendah dari bahasa asing. Seharusnya, sebagai orang Indonesia, bahasa Indonesia bukan hal yang sulit, kan? Bahasa Indonesia adalah bahasa yang pertama kali dipelajari. Sebagai bahasa ibu, hampir setiap detik menggunakan bahasa Indonesia. Di sisi lain, kita baru belajar bahasa asing di kelas tertentu di sekolah. Kita pun tidak menggunakannya setiap hari.

Menurut zenius.net ada beberapa hal yang membuat bahasa Indonesia cenderung sulit dipelajari, seperti ketidakseimbangan penggunaan bahasa baku dan tidak baku. Bahasa Indonesia yang dipelajari di sekolah adalah bahasa yang baku, sedangkan yang kita pakai sehari-hari beda dengan yang kita pelajari di sekolah. Coba saja, anak-anak sepanjang hari ngobrol dengan sesama teman bahasa baku, kira-kira bagaimana? Pasti terdengar janggal, kan?

Hal seperti inilah yang membuat generasi saat ini tidak terbiasa menggunakan bahasa baku. Akhirnya kebanyakan peserta didik merasa bahasa baku itu terlalu kaku, yang penggunaannya hanya pada situasi formal saja. Jadi, meskipun belajar bahasa Indonesia di sekolah, karena jarang dipakai dalam bentuk baku, mereka jadi kurang berminat dalam memahami bahasa Indonesia.

Secara perlahan, sebagai pendidik mau tidak mau kita harus mengajarkan peserta didik dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal yang bisa dilakukan seperti  dicoba sedikit demi sedikit memakai bahasa baku dalam menulis dan berbicara. 

Tidak perlu takut dianggap sok baku atau “gak gaul”, hal tersebut adalah untuk mempertajam kemampuan peserta didik sendiri. Coba praktikkan secara perlahan ke orang tua atau guru masing-masing. Jangan takut salah atau ditertawakan, karena merupakan proses pembelajaran.

          Selain itu, pendidik harus juga memahami dan menghadapi dinamika perubahan bahasa. Sehingga peserta didik juga up to date dalam memahami kosakata terbaru maupun hasil kosakata terjemahan yang ada dalam KBBI. Pemahaman kepada peserta didik bisa dengan media seperti lirik lagu, mencari di media massa, menonton program TV, atau media lain yang memang sudah terkenal mendukung penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

          Pada intinya, memahami dan mengenali bahasa Indonesia merupakan hal yang mudah ataupun sulit tergantung kepada diri masing-masing. Akan menjadi mudah jika mau berusaha untuk paham dan menguasai, dan akan menjadi sulit juga jika tidak mau mempelajari perubahan bahasa yang terus berkembang.(*)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img