MALANG POSCO MEDIA – Bonus demografi yang terjadi saat ini memang pada akhirnya akan berujung pada semakin sengitnya kompetisi di kalangan masyarakat. Banjirnya segmen usia produktif yang terjadi saat ini, mau tidak mau menuntut anak-anak muda Indonesia untuk bisa memiliki daya saing atau competitiveness.
Berdaya saing adalah kata kunci agar kita bisa beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu cepat dan susah diprediksi. Salah satu cara untuk menghadapi “uncertainty” adalah dengan “Sains dan Inovation” , Ilmu pengetahuan dan inovasi.
Dengan sains, jurang antara ketidakpastian situasi dengan strategi yang kita buat bisa semakin dipersempit. Sains akan membantu mengkalibrasi ketidakpastian itu menjadi sesuatu yang mendekati presisi. Selain itu, jawaban atas situasi kompetisi yang terjadi saat ini adalah dengan Inovasi.
Data indeks inovasi global yang dikeluarkan oleh INSEAD, WIPO dan Cornell SC Jhonson Chollege of business, ternyata Indonesia berada pada peringkat ke 87 sangat jauh di bawah negara-negara Asia seperti Singapura, Thailand, Vietnam, dan Brunei Darusalam.
Faktanya hari ini dari 270.20 juta jiwa penduduk Indonesia ada 21,88 persen merupakan Gen X. Gen X adalah mereka yang lahir antara rentan waktu 1965-1980 atau usianya sekarang kira-kira 40-55 tahun. Kemudian 25,87 persennya adalah Milenial. Milenal adalah mereka yang lahir antara tahun 1981-1996 atau usianya sekarang kira-kira 24-39 tahun.
Lalu ada 27,94 persen disebut Gen-Z. Gen-Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997-2012 atau usianya sekarang kira-kira 8-23 tahun. Dan 10,88 persen Post Gen Z, adalah merek yang lahir tahun 2013 ke atas atau perkiraan usianya sekarang 7 tahun. Dan yang terakhir 11.56 persen adalah baby boomer, adalah mereka yang lahir antara tahun 1946-1964, usianya sekarang kira-kira 56 – 74 tahun.
Data-data ini sangat menarik, karena ternyata 70,72 persen dari total penduduk Indonesia adalah orang-orang masa produktif baik itu Gen X, Milenial ataupun Gen Z dan Para ahli menyebutnya ini sebagai bonus demografi.
Pertanyaannya sekarang, siapakah kira-kira yang akan menduduki posisi-posisi penting pada tahun 2045 mendatang atau menjelang tahun 2045?. Jawabannya adalah mereka yang hari ini duduk di SLTP, SMA dan bangku kuliah, yakni mereka yang hari ini memiliki label sebagai Gen-Z, Gen-X dan Milenial.
Tentu ini bukan perkara gampang, di tengah kompetisi global yang semakin ganas, invasi pengaruh budaya dan teknologi yang semakin liar, dibutuhkan kesiapan mental dan “educational” dari generasi muda Milenial dan Gen-Z agar ketika suatu hari nanti mereka memegang kendali dan menjadi lokomotif perubahan di lingkungan terkecilnya sampai tataran bangsa dan negara, mereka memiliki kecakapan untuk menjalaninya.
Dalam sebuah data yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) ada 8 keterampilan yang harus dimiliki oleh manusaia di era digital yang sekarang sedang terjadi. Keterampilan tersebut di antaranya; Kreativitas, system thinking, rasa ingin tahu dan minat belajar yang tinggi, literasi teknologi yang memadai, kemampuan analisis data, ulet dan lincah, serta memahami AI dan big data dengan seksama.
Lebih lanjut data WEF tersebut menyebutkan bahwa ada sepuluh pekerjaan di masa depan yang akan menjadi incaran, di antaranya; data analisis dan scientist, robotic engineers, spesialis big data, operator alat pertanian, spesialis transformasi digital, spesialis AI dan pembelajaran mesin, spesialis keberlanjutan, spesialis intelejen bisnis, spesialis keamanan informasi dan fintech engineers.
Generasi bonus demografi harus mempersiapkan diri sejak sekarang, menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka. Menyiapkan diri agar memiliki performance terbaik dalam menjalani setiap tahapan-tahapan kehidupan dan pembelajaran dengan penuh semangat, ketekunan dan kegairahan. Menyiapkan diri agar memiliki kompetensi terbaik dalam aspek “knowledge, skill ataupun attitude” nya menghadapi persaingan global yang semakin tidak mudah.
Kahlil Gibran pernah menyampaikan dalam syairnya, “Sedikit pengetahuan yang diubah dalam tindakan, jauh lebih bernilai, dari pada banyak pengetahuan tapi hanya diam.”
Sains dan Inovation adalah dua hal yang harus terus dikampanyekan di seluruh elemen anak bangsa saat ini, yang harus terus digaungkan, agar masyarakat bonus demografi saat ini memiliki passion dan persiverent yang memadai agar bisa berdaya saing dan agar bisa memenangi kompetisi dalam seluruh ruang dan waktu perjalanan zaman.(*)