MALANG POSCO MEDIA – Jatuh itu banyak penyebabnya. Ada yang karena tersandung, terpeleset, tertabrak, dan ada juga yang disebabkan karena keserimpet. Bisa keserimpet kain, tali atau benda benda yang memang bisa nyerimpeti kaki. Dan akibat jatuh itu bisa retak bahkan patah. Kalau jatuhnya tubuh bisa retak dan patah tulang.
Tapi kalau jatuhnya kekuasaan maka yang retak, patah dan dislokasi adalah kepercayaan publik terhadap pemimpin yang bersangkutan. Bisa dipastikan kalau penguasa atau pemimpin keserimpet persoalan persoalan yang sensitif yang merugikan dan justru menyengsarakan maka kepercayaan masyarakat seketika akan lenyap dan musnah. Mereka tak akan lagi percaya, bahkan mereka berani melakukan protes dan perlawanan dengan keras. Puncaknya mereka tak akan lagi memilih dan memberikan amanah kepada pemimpin tersebut bila ia kembali mencalonkan sebagai bupati, walikota, gubernur atau presiden.
Saat ini di Kota Malang ada persoalan yang berpotensi bisa nyerimpeti bila walikota Malang tidak hati hati. Rencana penerapan jalur satu arah di kawasan Kayutangan Heritage yang bakal diujicobakan pada akhir Januari ini bisa menjadi persoalan yang nyerimpeti kebijakan walikota bila terus menerus ditolak warga.
Karena itulah walikota Malang harus benar benar bijak dan tepat mengambil keputusan sebelum kebijakan satu arah ini benar benar diujicobakan yang awalnya tiga bulan kemudian diperpendek jadi tiga minggu. Itu karena efek yang bakal ditimbulkan dari penerapan jalur satu arah tersebut bisa berefek domino yang satu sama lainnya bisa saling bergesekan.
Sejatinya rencana satu arah ini bukan gagasan yang tiba tiba. Jauh hari bahkan sejak pertengahan 2022 lalu, gagasan satu arah ini sudah mengemuka dan disampaikan Wali Kota Malang Sutiaji. Tentu apa yang disampaikan walikota bukan gagasan spontan. Semua pasti sudah dikaji, ditimbang dan dibedah secara matang sehingga kebijakan satu arah di kawasan kayutangan heritage benar benar sesuai dengan tujuan dan arah yang diinginkan walikota.
Kita masih ingat betapa sebelumnya, pembenahan koridor kayu tangan zona 1 dan zona 2 yang sempat membuat masyarakat kelimpungan akibat jalur di kawasan Basuki Rahmat dan sekitarnya direkayasa. Meski saat itu protes keras terus menggema, tapi pembangunan terus berjalan hingga koridor 1 dan koridor 2 tuntas dipercantik. Pemasangan batu andesit yang menjadi titik ikonik di dua koridor itu meski banyak menuai protes karena tidak sesuai dengan ekspektasi, nyatanya mereda dengan sendirinya. Padahal saat itu jalur lalu lintas juga terkesan ruwet, macet dan menyusahkan masyarakat. Sampai akhirnya pembangunan koridor kayutangan zona 3 pun dilanjutkan dan mulai kelihatan perubahannya. Dan harus diakui kawasan Kayutangan memang berubah dan sudah mulai terbentuk ikoniknya sebagai destinasi wisata baru di Kota Malang sekaligus tempat hiburan bagi masyarakat.
Pertemuan Wali Kota Malang Sutiaji dan Abah Anton mantan walikota Malang sebelumnya saat acara Satu abad NU harusnya menjadi pengingat bahwa kedua pejabat itu pernah berduet memimpin Kota Malang pada periode sebelumnya. Abah Anton sebagai walikota Malang dan Sutiaji sebagai wakil walikota. Mereka menang saat Pilkada dengan melebur menjadi Aji. Anton-Sutiaji. Dan mereka memenangkan pilihan dan kepercayaan masyarakat Kota Malang.
Dan saat awal pemerintahan Abah Anton juga diwarnai kebijakan yang kurang populer. Yaitu penerapan jalur satu arah di kawasan Betek. Penerapan jalur itu tak hanya diprotes dan ditolak oleh warga, tapi kebijakan itu membuat Abah Anton dihujat habis habisan. Abah Anton yang di awal kampanye menunjukkan keberpihakan terhadap wong cilik tapi kebijakan satu arah itu justru dianggap mematikan wong cilik. Tidak peduli wong cilik dan menyengsarakan. Sungguh kebijakan yang saat itu justru nyerimpeti masa kepemimpinan Abah Anton yang pada akhirnya tak diteruskan karena memang rawan menelan korban jiwa.
Wali Kota Malang Sutiaji pasti punya pengalaman dengan peristiwa itu. Protes itu berlarut larut. Dan kebijakan sepertinya tak punya dasar yang kuat sehingga mudah dipatahkan. Karena itulah dengan pengalaman satu arah di kawasan Betek, maka idealnya Wali Kota Sutiaji sudah bisa menerapkan tahapan tahapan kebijakan satu arah di kawasan Kayutangan dengan lebih baik, efektif dan efisien. Dan yang terpenting tujuan utama penerapan Satu Arah Kayutangan heritage memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat secara lebih luas. Bukan sebaliknya justru memunculkan persoalan-persoalan baru yang menyengsarakan masyarakat.
Kebijakannya memang Satu Arah. Tapi proses penerapan kebijakan itu harusnya bertahap dan tak satu arah. Harus banyak arah dan tak tergesa gesa. Harus lebih banyak melibatkan masyarakat yang terdampak untuk mematangkan konsep. Kedua belah pihak harus sama sama kembali pada tujuan kebijakan satu arah. Masyarakat jangan hanya keras menolak tanpa memberikan solusi. Begitu juga pemerintah jangan hanya fokus menerapkan kebijakan tanpa mendengarkan dan mempertimbangkan penolakan, masukan dan saran dari masyarakat.
Satu Arah bila sukses diujicobakan dengan risiko paling minim bagi masyarakat dan pengguna jalan maka akan membuat kepercayaan masyarakat terhadap walikota makin menguat. Masyarakat akan senang karena kebijakan itu dianggap sukses dan menguatkan kawasan Kayutangan Heritage. Tapi bila sebaliknya dianggap gagal dan menyusahkan masyarakat dan pengguna jalan, maka Satu Arah bisa menjadi hal yang nyerimpeti kebijakan walikota. Kegagalan Satu Arah bisa membuat kepercayaan masyarakat jatuh, patah dan kecewa terhadap walikota. Agar tak jatuh, maka harus hati hati. Satu Arah atau Arah Satu! (*)