Laksamana Malahayati GM FKPPI
Malang Posco Media-Kader perempuan GM FKPPI yang tergabung dalam wadah Laksamana Malahayati mengajak seluruh kader perempuan dalam momentum memperingati Hari Kartini ke-144 pada 21 April 2022 untuk berada di garis depan dalam memberikan doktrinasi nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme sejak dini. Sekaligus,sebagai benteng tangguh menghadapi tantangan dan gangguan ideologi transnasional yang bebas masuk di era digital.
“ Kita mengajak kepada semua pihak komponen anak bangsa agar pegerakan perempuan Indonesia kembali kepada khittahnya.Yakni berjuang mengangkat harkat dan derajat wanita Indonesia dengan berpegang pada nilai-nilai ideologi bangsa. Jika saat RA Kartini melakukan pergerakan nasional untuk memperjuangkan derajat dan emanspiasi wanita. Di era sekarang, perempuan sudah diberikan kebebasan dalam mengakses di segala bidang, baik ekonomi, sosial dan politik. Maka kini pergerakannya harus lebih ditingkatkan lagi, utamanya dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme sejak dini kepada anak agar mampu menghadapi tantangan globalisasi,” tegas Ketua Laksamana Malahayati GM FKPPI, Herlisa Dessy Silalahi dalam rilis kepada Malang Posco Media,Rabu (20/4).
Karenanya, lanjut Dessy, menyambut Hari Kartini tahun 2022 ini, Pengurus Pusat GM FKPPI melalui Laksamana Malahayati menyerukan dan memberikan intruksi kepada kader-kader perempuan GMFKPPI se-Indonesia untuk membantu para tenaga pendidik, juga kalangan akademisi baik melalui pendidikan formal maupun kegiatan sosial mengadakan kegiatan sosialisasi sejak dini tentang nilai-nilai Pancasila serta nasionalisme yang tinggi agar menumbuhkembangkan cinta tanah air Indonesia.
“ Kalangan perempuan dinilai kaum yang sangat dekat dengan para generasi penerus bangsa. Sejak pendidikan di usia dini, sebelum menempuh pendidikan formal, tentu sang Ibu perlu untuk menanamkan doktrinasi nilai-nilai ideologi bangsa agar mereka terbiasa menjalani aktifitasnya dengan dasar nasionalisme yang tinggi di saat tumbuh remaja sampai dewasa dan meraih sukses dalam pekerjaannya tetap tangguh berpegang erat pada Pancasila,” paparnya.
Sebab, imbuh perempuan ramah ini, tantangan globalisasi di tengah penggunaan aset digital yang sangat meluas dan bebas ini sangat berdampak negatif pada tumbuh kembang anak. “Nilai-nilai budaya barat sangat mudah diakses oleh anak-anak, dan tidak menutup kemungkinan ideologi transnasional masuk secara bebas dan menggeser nilai-nilai ketimuran kesantuan yang dimiliki Indonesia. Apalagi, globalisasi tentu berdampak pada pola pemikiran serta pola kehidupan masyarakat Indonesia. Ini sangat membahayakan, karena itu kaum perempuan harus solid, kuat dan militan untuk bersama mencegahnya,” usulnya.
Kondisi kini juga memprihatinkan, ungkap Dessy, kaum wanita diarahkan dalam kehidupan yang bermewah-mewah karena tuntutan jaman, sebagian besar masyarakat dimanjakan dengan kecanggihan teknologi masa kini.Kebutuhan wanita diarahkan dalam kehidupan hedonis, dampak lainnya seperti menjadi manusia yang anti sosial karena mementingkan kehidupannya sendiri, serta mengarahkan wanita dalam gaya hidup lebih materialistis karena dituntut untuk hidup mewah atau mengarah pada flexing.
“ Jangan sampai perjuangan RA Kartini dalam menuntut kesetaraan gender disalahtafsirkan. Dengan gaya hidup wanita di era globalisasi seperti ini, sebagian besar wanita tidak memahami peran dan posisinya dalam masyarakat.Ada juga yang lupa akan sejarah perjuangan wanita, ada pula wanita yang hidup dengan kebebasan yang seluas-luasnya. Tak jarang mereka para wanita juga melupakan aturan-aturan norma dalam masyarakat,” tegas Dessy.
Dalam kesempatan menyambut Hari Kartini tahun 2022 ini, Laksamana Malahayati memberikan rekomendasi kepada pemerintah serta semua pihak agar pegerakan perempuan Indonesia kembali kepada khittahnya yakni berjuang mengangkat harkat dan derajat wanita Indonesia dengan berpegang pada nilai-nilai ideologi bangsa.
“Perempuan Indonesia harus solid, kuat dan militan dalam memberikan kontribusi kepada NKRI. Karena perempuan adalah tiang negara, jika derajat perempuannya hancur karena terjebak pada flexing, godaan hedonisme, dan tuntutan materialistis, maka tinggal tunggu waktu NKRI akan hancur karena digerus globalisme. Perempuan harus berada di garis depan dalam mendidik generasi penerus bangsa ini agar tangguh melawan berbagai tantangan dan gangguan dari pihak asing,” pungkasnya.(nug/red/jon)