Jika bertambahnya ilmu atau pengetahuan adalah sebuah rezeki, maka benar adanya bahwa silaturahmi menambah rezeki. Seperti kunjungan Tim Malang Posco Media ke kampus STIMATA Malang dalam rangka silaturahmi, mendapatkan ‘rezeki’ yang menarik untuk diulas dan dikembangkan.
O ya, mungkin ada yang belum kenal STIMATA. Kampus apa ini? Kebetulan saya juga baru pertama kali datang ke STIMATA. Bersama wartawan Malang Posco Media bidang pendidikan, Imam Wahyudi. Ditemui langsung Ketua STIMATA Malang Dr. Tubagus Mohammad Akhriza, S.Si., MMSI.
STIMATA diawali dari Akademik Akademik Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Pusat Pendidikan Komputer Indonesia Amerika (PPKIA) Malang yang telah berdiri sejak tahun 1996. Pada saat itu AMIK PPKIA Malang menyelenggarakan Program D3 Manajemen Informatika.
Pada tahun 2000, AMIK PPKIA Malang yang dikelola Yayasan Bina Citra Muda Malang, berubah statusnya menjadi Sekolah Tinggi dan dikelola oleh Yayasan Pradnya Paramitha. Bernama Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) PPKIA Pradnya Paramita. Disingkat STIMATA.
Begitulah nama STIMATA muncul dan dikenal. STIMATA memiliki Program Studi S1-Teknologi Informasi, S1-Teknik Informatika, S1-Sistem Informasi, DIII-Sistem Informasi dan DIII-Manajemen Informatika. Semua program studi tersebut sudah terakreditasi B.
Alamat kampus STIMATA di Jl. Laksda Adi Sucipto No.249a, Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Kalau dari piggir jalan besar, kampus ini memang tidak begitu kelihatan. Kecuali ada gapura di pintu masuknya yang bertuliskan Kampus STIMATA.
Meski sering lewat jalan Adi Sucipto, bisa jadi juga tidak mengetahui keberadaan kampus yang bersebelahan dengan masjid Ar-Rosul ini. Untungnya, Google Map bisa mengantarkan siapa saja ingin datang ke kampus yang alumninya menjadi tenaga IT ini.
Saya bersama Imam, diterima langsung Pak Riza, panggilan Ketua STIMATA Malang Dr. Tubagus Mohammad Akhriza, S.Si., MMSI. Dalam suasana santai di ruang kerjanya yang sederhana, Pak Riza menyambut hangat kedatangan kami, lengkap dengan secangkir kopi hitam.
Mengawali silaturahmi ini, kami harus mengenalkan diri lebih detail. Lantaran usut punya usut, Pak Riza belum mengetahui cerita sebenarnya tentang Malang Posco Media. Maka, inilah salah satu tujuan kami, menjelaskan tentang lahirnya Malang Posco Media.
Maklum, lahirnya Malang Posco Media memang cukup unik. Saya jelaskan kronologisnya dengan baik, agar tidak salah paham. Termasuk saya juga mengenalkan program-program di Malang Posco Media, khususnya Tim Digital yang kini dalam proses pengembangan.
“Awalnya kami penasaran, khususnya kami di Prodi Sistem Informasi, penasarannya, data di bisnis media seperti Malang Posco Media seperti apa, aliran data yang besar itu bagaimana, priorotasnya apa, bagaimana dengan berita lama, kita ingin tahu itu,” ungkap Pak Riza.
Beliaunya tertarik untuk bisa studi lirik, alias studi banding dengan Malang Posco Media. Khususnya terkait online Malangposcomedia.id. Berharap ada yang bisa dikerjasamakan, terkait juga dengan sistem rekomendasi yang lagi dikembangkan STIMATA.
Nah, inilah pengetahun baru yang kami dapat dari kunjungan ke STIMATA. Tentang adanya sistem rekomendasi, yang rasanya sangat menarik. Dalam proses pengembangan dan penerapan teknologi, termasuk di Malangposcomedia.id, sistem rekomendasi menjadi penting.
“Kami presentasi sistem rekomendasi, kami konsen di situ, sebenarnya memposisikan di situ sudah lima tahunan. Kita sudah masuk Society 5, idealismenya adalah, apa yang sudah kita kirim, seperti transaksi digital, itu harusnya kembali ke masyarakat dalam bentuk rekomendasi yang relevan,” jelas Pak Riza.
Jujur, saat proses berdialog tentang sistem rekomendasi ini, saya belum begitu memahaminya dengan baik. Entah saya memang tidak konsentrasi, bisa juga karena sistem rekomendasi yang disampaikan Pak Riza adalah hal yang baru bagi saya, dan tak terpikirkan sebelumnya.
Baru saya pahami setelah proses membuat catatan dan mendengar kembali rekaman percakapan. Intinya adalah, di era digital saat ini, semua aktivitas manusia terekam dan tersimpan dalam bentuk data, yang selanjutnya dari data itu, melahirkan rekomendasi tertentu.
“Data yang sudah dikirim ke ‘langit’ (cloud server) itu tiap hari, bagaimana bisa kembali ke kita dalam bentuk rekomendasi. Misal kulkas yang ditempeli sensor, setiap hari kita ambil air putih atau ambil buah, itu dicatat, lalu seharian gak minum, kulkasnya ngomong, hari ini belum minum,” terangnya.
Sistem rekomendasi inilah yang dikembangkan STIMATA. Sementara saat ini untuk e-commerce, memanfatkan data transaksi, menghasilkan rekomendasi. Selanjutnya bisa dicoba untuk media, dalam hal ini adalah sistem rekomendasi untuk berita Malangposcomedia.id.
Diam-diam, Pak Riza rupanya telah ‘membedah’ web Malangposcomedia.id untuk sistem rekomendasi berita maupun iklannya. Jadi orang yang sudah baca satu berita, akan mendapatkan rekomendasi untuk membaca berita berikutnya, berdasarkan relevansi dan kesukaannya.
Sistem rekomendasi ini menurut Pak Riza buka berdasarkan data login dari user, melainkan dari rekam jejak digitalnya. Bukan data personaliasasi yang masuk saat user mendaftar. Datanya terekam dari user yang klik atau mengakses web Malangposcomedia.id. Membaca pola user tanpa login.
Jika sistem rekomendasi ini berhasil diterapkan di media, maka banyak manfaat yang bisa diperoleh. Bahkan secara umum, sistem rekomendasi menjadi sebuah kebutuhan, membantu masyarakat untuk ‘memilih’ diantara ribuan opsi atau alternatif, secara lebih cerdas dan akurat.
Dasar dari sistem rekomendasi ini adalah Society 5.0. Menurut Pak Riza, masyarakat 5.0 menuntut sistem dan teknologi informasi yang bukan lagi hanya sebagai alat pengirim dan penyimpan data ke ‘langit’, tapi juga menghasilkan rekomendasi bagi masyarakat dari data tersebut.
Society 5.0 atau masyarakat 5.0 adalah masyarakat super pintar. Konsep masyarakat masa depan ini diusulkan Jepang. Society 5.0 mencapai tingkat konvergensi yang tinggi antara dunia maya (ruang virtual) dan ruang fisik (ruang nyata). Penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik.
Di Society 5.0, sejumlah besar informasi dari sensor di ruang fisik terakumulasi di dunia maya. Di dunia maya, data besar ini dianalisis dengan kecerdasan buatan (AI), dan hasil analisisnya diumpankan kembali ke manusia di ruang fisik dalam berbagai bentuk. Wow… (*)