Malang Posco Media – BATIK telah berkembang dalam lingkup masyarakat Indonesia seiring berkembangnya zaman, budaya membatik merupakan adat turun temurun. Pada awalnya, batik hanya digunakan sebagai kebutuhan pribadi dalam lingkup kerajaan saja hingga akhirnya menjadi kebutuhan industri yang dapat digunakan seluruh masyarakat.
Tingginya kepadatan penduduk pulau Jawa dahulu hingga sekarang menjadikan Jawa sebagai dominan dalam sejarah perkembangan batik. Berkembangnya zaman mempererat jalinan antar negara dan memperluas kreativitas penciptaan batik yang semula hanya terpaku pada budaya lokal yaitu Jawa.
Ragam warna, corak, dan motif batik telah tercipta dengan sentuhan budaya asing terhadap budaya Jawa seperti India, Cina, dan Timur Tengah. Pemicu keragaman kreativitas batik lainnya adalah berbagai budaya bangsa Indonesia dan kekayaan berlimpah ruah yang kemudian menciptakan motif dan jenis batik tradisional dengan ciri khas masing – masing.
Motif batik dengan keunikan tersendiri mayoritas berasal dari setiap daerah di Indonesia, kemudian menjadikan batik memiliki nama berdasarkan daerah asal masing-masing dengan ciri khas dan makna tersendiri. UNESCO secara resmi mengakui batik sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tahun 2009.
Pengakuan tersebut mewajibkan masyarakat Indonesia untuk melestarikan budaya membatik. Batik telah menjadi identitas, bahasa kebudayaan, serta bukti perjalanan suatu peradaban di Indonesia. Tahun 2019 lalu, Surakarta kembali mengadakan Solo Batik Carnival, event karnaval kostum batik ke -12.
Menghadirkan tema “Suvarna Bhumi The Golden of ASEAN.” Solo Batik Carnival merupakan seni pertunjukan dalam ajang pagelaran busana batik berskala internasional, yang digelar di Surakarta. Solo Batik Carnival berawal pada masa pemerintahan Joko Widodo sebagai Wali Kota Solo.
Solo Batik Carnival digelar dalam upaya pelestarian budaya batik berupa pagelaran seni karnaval dengan catwalk sepanjang tiga kilometer. Sebagai ajang kreativitas masyarakatnya, Solo Batik Carnival menyuguhkan karya terbaiknya atas warisan budaya tak benda, event yang dapat memperluas wawasan serta interaksi sosial dan memberi pengetahuan luas mengenai budaya batik.
Solo Batik Carnival diawali dengan pawai oleh para pasukan berkuda, paskibraka, dan para peserta dengan diiringi lantunan musik gamelan. Beragam bahan seperti jarik, gelsa, karton, hingga balon dan hiasan pernak-pernik digunakan sebagai kostum oleh para peserta yang mengikuti agenda pariwisata ini.
Dengan tema utama batik, Solo Batik Carnival berbasis pada masyarakat lintas profesi, usia, dan etnik. Solo Batik Carnival memiliki tema unik setiap tahunnya, menciptakan kostum-kostum mewah dan menarik dengan filosofi yang berbeda di setiap detail kostum.
Tujuan diambilnya tema “Suvarna Bhumi The Golden ASEAN” adalah apresiasi batik sebagai identitas bangsa Indonesia kepada cakupan yang lebih luas yaitu masyarakat dunia. Kemegahan dan keindahan kostum ditampilkan oleh para peserta dengan melibatkan kesebelas negara Asia Tenggara.
Yakni Indonesia (Wonderful Indonesia), Malaysia (Truly Asia), Singapura (Passion Made Passible), Thailand (Amazing Thailand), Brunei Darussalam (The Green Heart of Borneo), Filipina (Kay Ganda Philippines), Myanmar (Be Anchenterd dan Myyanmar), Laos (Simply Beautiful Laos), Vietnam (Times Charm dan Vietnam), Kamboja (Kingdom of Wonder Kambodia), dan Timor Leste (Being Fists Has Its Rewards).
Dengan tema negara emas ASEAN, Solo Batik Carnival ke-12 diibaratkan sebagai emas berharga yang dicari banyak orang, berharap menjadi daya tarik Asia Tenggara. Selain mengangkat tema ASEAN untuk cakupan lebih luas, karnaval batik ke-12 mendatangkan delegasi dari sejumlah negara Asia Tenggara.
Tentu mereka mengenakan kostum yang menggambarkan ciri khas negara masing-masing. Keunikan negara-negara Asia Tenggara berhasil meramaikan dan menyukseskan event dengan menjadikannya inspirasi rancangan busana para peserta, namun batik tradisional Solo tetap menjadi materi utama.
Indonesia dapat terus menyelenggarakan kolaborasi serupa dengan event yang dapat memperkenalkan budaya Indonesia lainnya serta bekerjasama dengan negara – negara anggota ASEAN. Karena Solo Batik Carnival dengan tema yang terinspirasi oleh ASEAN telah membuktikan keharnomisan anggota ASEAN melalui perpaduan budaya dengan ragam ciri khas yang dikolaborasi.
Solo Batik Carnival ke-12 yang diselenggarakan tahun 2019 juga bertujuan untuk memberikan apresiasi budaya negara-negara Asia Tenggara yang telah turut mengapresiasi Solo Batik carnival dari tahun ke tahun dengan diundangnya Indonesia untuk menghadiri event serupa dengan ciri khas negara masing-masing.
Budaya batik sudah seharusnya dilestarikan oleh pemerintah hingga masyarakat Indonesia. Solo Batik Carnival mampu memperkenalkan budaya Indonesia melalui batik sebagai warisan dunia dan menjadikan budaya batik sebagai daya pikat Asia Tenggara dan mewujudkan cita-cita ASEAN dalam mewujudkan pilar komunitas sosial budaya ASEAN, memperkuat identitas ASEAN serta kekompakan integrasi ASEAN.
Mengutip komentar Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Achmad Hafisz Tohir, integrasi ekonomi ASEAN dapat mendorong pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19. Ia mendorong Pemerintah Indonesia untuk memperkuat komitmen dan kerjasama perdagangan bebas antarnegara ASEAN.
Menurutnya, integrasi ASEAN mampu memberikan value added negara-negara di kawasan, dengan membuktikan diri sebagai blok yang berpengaruh kuat dalam setiap kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan blok – blok di kawasan dunia lainnya.
Pilar komunitas sosial budaya ASEAN bertujuan untuk memperkuat pilar ASEAN lainnya, yaitu pilar politik dan ekonomi, ketergantungan dari ketiga pilar ASEAN menjadikannya sangat penting dalam pencapaian integrasi ASEAN. Pilar komunitas sosial budaya ini merupakan pilar inti yang mampu mendukung upaya pembentukan sense of community.
(*)