Ada yang unik dari momentum Hari Raya Idul Qurban beberapa waktu lalu. Ada cara tak biasa dilakukan oleh sejumlah penjual hewan kurban. Aksi unik seorang penjual hewan di Bantul Yogyakarta mendadak viral di media sosial (medsos) gara-gara menjual kambing dengan menggunakan jasa Sales Promotion Girl (SPG). Cewek-cewek cantik SPG bersanding dengan bau perengus kambing demi memikat hati pembeli. Cara unik ini juga diikuti pedagang lain di Surabaya, Bandung, Jakarta, dan beberapa daerah lain.
SPG yang umumnya bekerja mempromosikan produk rokok, mobil, motor, dan rumah itu kini harus menawarkan hewan. Menurut Adi Kurnadi, salah seorang penjual kambing asal Bantul yang viral karena memanfaatkan jasa SPG itu mengaku strategi marketing kambingnya terbukti ampuh. Adi kebanjiran order. Kalau tahun lalu sepanjang Idul Adha dia hanya laku menjual sekitar 130 ekor kambing, kini baru beberapa hari berjualan saja sudah laku 160 ekor.
Era ketatnya kompetisi dan kemajuan teknologi saat ini memang menuntut siapa saja pintar memutar otak demi meraih sukses. Cara-cara unik (out ot the box) perlu ditempuh guna dapat perhatian banyak orang. Faktor viralitas lewat medsos juga menjadi kekuatan yang ampuh dalam mendulang keberhasilan sebuah usaha. Di era digital ini tak sedikit orang mencari sesuatu yang viral dan menjadi perbincangan banyak orang.
Menjual hewan kurban melalui cara-cara yang mengejar viralitas seperti menggunakan medsos atau strategi pemasaran yang menarik perhatian besar, memiliki beberapa pertimbangan hukum dan etika dalam Islam. Promosi yang dilakukan harus memiliki niat yang baik yakni untuk memudahkan umat dalam melaksanakan ibadah kurban, bukan semata-mata mencari keuntungan atau popularitas.
Pemasaran Out of the Box
Apa yang dilakukan Adi Kurnadi dan beberapa penjual hewan kurban yang lain dalam menjual hewan kurban adalah strategi pemasaran yang terbilang unik dan di luar kebiasaan (out of the box). Sebelumnya tidak pernah ada orang jualan hewan kurban dengan memakai jasa SPG. Cara unik ini ternyata berbuah hasil. Strategi marketing ini merupakan inovasi mendobrak model pemasaran konvensional. Cara ini semakin powerful berkat penggunaan medsos yang penetrasinya sangat kuat saat ini.
Peran SPG dalam menjajakan hewan kurban terbukti mampu menarik perhatian calon pembeli. Kehadiran para SPG berbaur perengus kambing itu mampu mengundang simpati pembeli. Pamor penjualan hewan kurban juga terkatrol dari selama ini yang terkesan penjualan hewan kurban kumuh dan panas kini jadi lebih menarik. Kambing kurban yang biasa dijual dengan cara tradisional di pasar hewan sudah banyak ditinggalkan orang.
Strategi pemasaran untuk penjualan hewan kurban dapat menjadi efektif dengan memanfaatkan kombinasi pendekatan tradisional dan digital. Pemasaran melalui beragam platform medsos seperti Instagram, Facebook (Meta), WhatsApp, TikTok, dan YouTube. Selain itu juga bisa dioptimalisasi lewat marketplace dan E-commerce. Penjualan online telah banyak dipilih orang menggantikan cara-cara jual beli konvensional.
Lewat platform TikTok misalnya. Tak sedikit penjual hewan kurban juga bermunculan memakai media TikTok. Para penjual menyiarkan live aneka hewan kurban dagangannya dengan beragam kategori dan harga. Beragam konten TikTok dan platform medsos lain yang dibuat para penjual hewan kurban tersebut juga diviralkan oleh banyak pengguna medsos karena ada unsur yang unik dan lucu. Jadilah model promosi Electronic Word of Mouth (e-WOM) alias pembicaraan dari mulut ke mulut lewat medsos yang sangat efektif.
Promosi Etis
Cara berdagang memang dituntut kreatif, unik, menarik, inovatif, dan mampu mendobrak beragam cara konvensional. Namun demikian, ada hal penting yang perlu diperhatikan yakni terkait cara-cara promosi yang etis. Momentum Hari Raya Qurban adalah momentum keagamaan yang patut dijaga sesuai syariat dan tuntunan agama. Tentu tak elok kalau hewan kurban itu dijajakan dengan SPG yang berpakaian mini dan seksi.
Promosi yang etis dalam penjualan hewan kurban adalah langkah penting untuk memastikan bahwa praktik ini menghormati nilai-nilai keagamaan, kesejahteraan hewan, dan kejujuran. Selain itu, cara melakukan promosinya juga tetap dengan menjunjung etika dan kesopanan. Boleh jadi jasa SPG digunakan dalam penjualan hewan kurban, namun hendaknya para SPG itu tak berpakaian seksi seperti saat mereka mempromosikan produk rokok atau kendaraan.
Promosi hewan kurban dapat dilakukan secara etis, menjaga kesejahteraan hewan, dan tetap menghormati nilai-nilai budaya dan agama yang ada. Pemasaran hewan kurban yang sesuai syariat agama harus memperhatikan beberapa aspek penting yang menjamin kepatuhan pada ajaran Islam serta memenuhi kebutuhan konsumen. Semua materi promosi harus menghormati nilai-nilai Islam dan tidak menyinggung perasaan masyarakat.
Strategi promosi hewan kurban tak bisa hanya mengedepankan sensasi dan viralitas belaka. Untuk penjualan kambing kurban yang merupakan bagian dari ibadah maka yang penting adalah bagaimana penjual hewan kurban dapat memastikan bahwa proses jual beli berlangsung sesuai dengan syariat Islam, sekaligus memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen dengan cara-cara yang etis dan beretika.(*)