Umat Hindu Pakisaji
MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Rangkaian ibadah umat Hindu di Desa Glanggang Kecamatan Pakisaji dilanjutkan dengan pembakaran ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol mengusir roh jahat atau unsur negatif sebelum merayakan Nyepi, esok hari.
Pemangku Umat Hindu di Desa Gelanggang Mangku Rudi Suhartono menjelaskan ada beberapa tahapan rangkaian ibadah. Termasuk mengelilingi lapang sebelum pembakaran.
Dalam tradisi tersebut, umat Hindu harus menjalani sejumlah ritual atau cara masyarakat merayakan Nyepi, baik sebelum hari raya hingga sesudah hari raya.
Satu hari sebelum hari raya, umat Hindu melaksanakan ritual upacara Tawur Kesanga atau dikenal juga dengan Mecaru. Upacara Tawur Kesangan ditandai dengan pawai festival ogoh-ogoh yang diarak di setiap desa.
Ogoh-ogoh merupakan manifestasi simbolis dari Bhuta Kala dan Bhur Loka yang menggambarkan sifat buruk dan jahat manusia, karenanya bentuk ogoh-ogoh selalu menyeramkan. Sebelum dibakar ogoh-ogoh diarak.
“Pertama meminta tirta ke Tuhan untuk sucikan umat. Kemudian menyingkirkan butha kala atau unsur negatif,” jelas Rudi, Rabu (2/2).
Lain dengan tahun-tahun sebelum pandemi, tradisi arak Ogoh-ogoh dilakukan keliling desa hingga ke pura. Namun kali ini terbatas hanya di lapangan dan setelah itu dibakar.
“Sebelum dibakar itu ada acara prasawiah atau mengembalikan unsur negatif ke unsur positif. Mengitari lapang tiga kali intinya untuk mengembalikan unsur positif ke semula. Dan kemudian pralina Ogoh-ogoh atau pembakaran,” terangnya.
Acara ini banyak diminati masyarakat untuk menyaksikan langsung prosesnya. Meski begitu penyelenggaraannya tetap menegakkan prokes. Masyarakat yang mengikuti rangkaian ibadah beragam mulai dari anak-anak hingga orang tua.(tyo/jon)