.
Monday, December 16, 2024

Swasembada Beras Sebuah Solusi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

          Keluh kesah masyarakat makin sering terdengar di pergumulan pergumulan yang santai sampai yang yang serius. Ya harga beras pelan-pelan menjadi komoditi obrolan hangat meskipun tanpa solusi dan setiap bulan atau minggu bahkan harian mereka wajib membeli. Berkenaan dengan hajat hidup masyarakat memang rentan menjadi tagline pembicaraan.

          Dengan kondisi ekonomi masyarakat Indonesia saat ini sepertinya menjadi pukulan telak lantaran harga beras melambung pelan pelan hingga beberapa orang baru tersadar ketika obrolan-obrolan kecil di circle pertemanan ada yang memulai.

          Setelah viral dengan harga minyak yang melambung tak terkendali hingga sulitnya mencari barang tersebut, kini harga beras mendominasi sebagian obrolan rumah tangga kecil. Beras menjadi komoditi yang pokok bagi negara dan masyarakat Indonesia tatkala diversifikasi pangan masih menjadi angan-angan dan cita-cita saja.

          Kesadaran diversifikasi pangan sudah selayaknya diberikan tempat khusus dengan kajian yang terukur. Berharap menumbuhkan pentingnya program diversifikasi pangan, salah satunya kesiapan ketika terjadi kurang dan kelangkaan stok ataupun   

          Catatan harga beras secara nasional mengalami harga yang fluktuatif di kurun waktu Juli 2023. Ada beberapa jenis yang memang naik ada pula yang turun. Sedangkan pada akhir bulan Agustus seperti dilansir Badan Pusat Statistik melalui CNN Indonesia (1/9/2023) mengalami kenaikan yang signifikan sekitar 1,43 persen.

          Dengan rincian sebagai berikut harga beras eceran naik 1,43 persen secara month to month (mtm) atau 13,76 persen secara year on year (yoy) pada Agustus 2023. Dijelaskan pula melalui Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di tingkat eceran, melainkan juga di level grosir dan penggilingan.

          Hal ikhwal kenaikan harga beras ini ditengarai fenomena iklim. Musim tanam yang baru dimulai September serta tidak dapat dipungkiri adanya persaingan penawaran harga. Terlebih lagi adanya kenaikan harga gabah pada tingkatan petani dan tingkat penggilingan.

          Selama Agustus 2023, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp 5.833,00 per kg atau naik 3,62 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.979,00 per kg atau naik 3,74 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.

          Sedangkan harga gabah kering giling (GKG) rata-rata di tingkat petani Rp 6.760,00 per kg atau naik 5,82 persen dan di tingkat penggilingan Rp 6.868,00 per kg atau naik 5,57 persen. Harga gabah luar kualitas di tingkat petani Rp 5.712,00 per kg atau naik 5,30 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.829,00 per kg atau naik 4,66 persen.

          Jauh dari angka-angka di atas perlu kiranya pengendalian harga beras segera ada tindak lanjut. Beragam cara pastinya bisa dilakukan oleh pemerintah melalui bidang-bidang yang concern untuk menaungi permasalahan ini dengan harapan terkendalinya harga beras.

          Perlu dijadikan catatan bahwa masyarakat paling bawah adalah struktur paling terkena dampak kenaikan harga kebutuhan secara signifikan. Penghasilan masyarakat Indonesia yang bekerja di sektor bebas adalah masih di angka 1,6 juta, sedangkan kebutuhan akan sandang dan papan juga harus dipikirkan.

          Pastinya sangat pelik menjadi masyarakat terbawah dengan kata lain pendapatan tak kunjung naik (tetap), namun pengeluaran bergerak merangkak naik terkait kebutuhan pokok. Keseimbangan sangat diperlukan terkait pendapatan masyarakat dari golongan bawah. Efek-efek negatif dari kenaikan harga kebutuhan pokok sangat mengerikan jika kita membaca pranala serta referensi yang terkait dengan hal tersebut.

          Catatan Indonesia swasembada beras pada kurun waktu tahun 1969 hingga 1984 sangat membanggakan. Swasembada beras ini juga terulang di kurun waktu 2019-2021. Di medio tahun 2023 entah kenapa terjadi kenaikan harga terkait kebutuhan pokok ini.

          Dengan sejarah pernah menciptakan swasembada beras berarti kita memiliki program kerja yang mampu kita tiru dan modifikasi sedemikian rupa sehingga menciptakan sejarah itu kembali. Swasembada beras sepertinya akan menjadi titik balik untuk menekan harga beras sekaligus menstabilkan harga di pasaran.

          Referensi yang pernah dilakukan pemerintah terkait swasembada pangan dengan berbagai cara yang manjur di antaranya adalah peningkatan infrastruktur pertanian, penggunaan varietas unggul padi, program intensifikasi dan ekstensifikasi kepada petani, pemanfaatan teknologi, dan dukungan total terhadap petani seperti penyiapan pupuk, benih dan alat pertanian.

          Program kerja yang baik sudah sedemikian rupa untuk terus dijaga dan dikembangkan secara optimal. Pengembangan dan pelaksanaan di lapangan harus senantiasa diawasi oleh pihak yang telah ditentukan. Wajib menjadi tolak ukur pada setiap program kerja pemerintah setiap tahunnya untuk dievaluasi. Tidak terkecuali sudut-sudut yang mengerucutkan pada kenaikan harga beras sekarang ini.

          Dengan seluruh potensi-potensi yang dimiliki oleh negara ini seharusnya hal tersebut tidak terjadi dengan begitu liarnya. Kemampuan untuk terus memaksimalkan potensi inilah yang menjadi titik berat dalam upaya pemenuhan stok beras berkelanjutan. Logika ekonomi ketika barang melimpah sudah dipastikan bisa menekan harga yang melangit. Indonesia mampu untuk melakukan itu.

          Perlu meneropong lebih jauh kenapa harga beras terus melambung naik. Indonesia dikenal negara agraris, sudah sepatutnya swasembada adalah tujuan akhir untuk tercukupinya kebutuhan beras dalam negeri. Seperti diketahui bersama lahan persawahan di Indonesia seluas 8.087.393 hektare pada kurun waktu tahun 2015 sesuai dengan data BPS.

          Namun kabar terbaru dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Pertanahan pada tahun 2019 adalah lahan persawahan menjadi 7,46 juta hektare adalah tantangan tersendiri dengan berkurangnya lahan tetapi produksi harus tetap maksimal.

          Faktor pendukung lain perlu juga menjadi perhatian layaknya catatan tahun 2019-2021. Program kerja kurun waktu tersebut perlu sedikit modifikasi untuk tercapainya swasembada beras. Jauh dari permasalahan teknis dan potensi-potensi yang dimiliki Indonesia.

          Rakyat membutuhkan kerja konkrit untuk sesegera mungkin mengontrol harga kenaikan beras secara berkala. Swasembada beras yakin terpenuhi jika semua lini yang menaungi bekerja bersama.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img