MALANG POSCO MEDIA – Sudah tujuh hari malam nanti umat Islam melakukan salat tarawih secara berjamaah di bulan Ramadan. Yang menyenangkan adalah suasana tarawih yang diikuti segala umur. Laki laki dan perempuan. Tidak hanya orang tua yang mendominasi dalam beribadah dan memenuhi masjid, tapi juga anak anak kecil yang usianya di rentang 5-12 tahun. Bahkan ada yang di bawah usia itu. Sampai sampai banyak jamaah yang tidak kebagian tempat salat karena semua sudut sudah terisi.
Seperti terlihat di Masjid Muhajirin, masjid dekat kantor Malang Posco Media di kawasan Jembawan Sawojajar 2 Pakis Kabupaten Malang. Saya bilang menyenangkan karena masjid tidak disesaki jamaah tua saja. Tapi juga anak-anak yang sudah pasti mereka belum pada usia baligh.
Namun kondisi ini yang saya bilang menyenangkan dan menggembirakan. Karena anak anak yang tergolong generasi Alpha dan Zilenial ini masih suka dengan masjid dan masih mau diajak ke masjid untuk salat tarawih. Ini bisa jadi tolok ukur kalau masjid masih dipenuhi oleh anak anak yang mau mengaji dan beribadah di bulan suci Ramadan maka bisa dipastikan pembinaan di masjid setempat dan wilayah setempat tergolong baik. Sebab Ramadan dijadikan bulan tarbiyah untuk anak-anak dan masyarakat.
Tarbiyah mengenalkan anak pada masjid meskipun mereka belum bisa salat dengan sempurna, mengajarkan anak anak untuk melihat langsung praktik salat, gerakan gerakannya dan mendengarkan pada telinga anak anak bacaan bacaan al Qur’an yang dibaca imam saat salat isyak dan tarawih yang jumlah rakaatnya lumayan banyak. Ada yang 11 ada yang 23 rakaat. Meskipun si anak sampai tertidur karena capek menunggu semua prosesi selesai.
Saat salat, kadang mereka bersenda gurau. Saling senggol satu sama lain. Berisik hingga saling pukul-pukulan tangan sembari tetap melakukan salat. Bahkan ada yang bersuara agak keras hingga mengganggu jamaah salat yang lain. Termasuk saat menyahut ketika Bilal melantunkan Allahumma sholli ala Muhammad. Mereka pun menyahut dengan lantang dan keras.
Bagi jamaah yang mengerti dan paham, pasti mereka akan menegur dengan kalimat yang halus dan diingatkan agar tidak berisik. Tapi yang pasti mereka tetap berada di shafnya dan tetap melakukan salat hingga selesai. Meskipun kadang imam belum selesai salam, mereka sudah ngacir untuk bermain kembali di lingkungan masjid.
Suasana ramainya anak-anak di masjid ini jarang terjadi kalau tidak di bulan Ramadan atau peringatan hari besar Islam. Seperti Maulud Nabi Muhammad, Isra Mikraj, Nuzulul Qur’an. Mereka datang bersamaan untuk ikut meramaikan masjid dan kegiatan kegiatan keagamaan dengan senang dan ceria.
Setidaknya selama sebulan Ramadan inilah mereka secara alamiah mendapatkan pengalaman dan pendidikan keagamaan secara langsung di masjid. Baik melalui penglihatan langsung, gerakan, ucapan dan segala yang mereka dengar selama berada di masjid. Semuanya akan lekat di memori dan hati mereka. Ini menjadi bekal bagi mereka di masa depan. Karena mereka penerus-penerus dan pejuang agama Islam masa depan. Penerus pejuang Tauhid.
Namun yang sering salah di masyarakat umum adalah ketika anak anak ramai saat salat wajib ataupun tarawih di masjid. Ada yang marah marah sampai mengusir anak-anak keluar masjid sehingga sang anak menjadi trauma. Bukan hanya disuruh keluar masjid, kalimat yang disampaikan pun kasar bahkan membentak. Dan itu melukai hati anak-anak yang mau ke masjid.
Saya jadi teringat apa yang didakwakan Gus Baha dalam satu kesempatan pengajiannya. Salah satunya yang diunggah channel Youtube Santri Gayeng Nusantara sebelas bulan yang lalu. Gus Baha mengatakan, bahwa ilmu itu lebih penting dari adab. Dan itu perilakunya Nabi.
Perilakunya Nabi itu Masyhur. Ketika beliau di masjid sedang salat, jika Hasan Husein minta digendong ya digendong oleh Nabi. Kenapa Nabi tidak menyalahkan Cah Ndalem? “Waktunya salat kok kamu biarkan anak-anak main ke masjid. Bikin Aku repot saja’’ Tidak ada. Riwayat satu pun seperti itu tidak ada.
Nabi dengan senang hati ya menggendongnya. Karena bagi nabi, menurut Gus Baha, itu benar. Nabi itu kakeknya mereka. Cucunya mau main sama Kakeknya. Masa mau dikasihkan ke orang lain. Mereka ingin manja dengan Nabi, meskipun sedang salat. Fair tidak, ingin manja kok diserahkan kepada yang lain? Tidak bisa. Masyhur di semua riwayat Nabi menggendongnya.
Kiai sekarang mana mau! Mengimami kok cucunya ikut. Nanti dimarahi orang banyak. Dianggap tidak profesional. Ibadah kok urusannya jadi profesional itu bagaimana? Salat itu ibadah, menyanyangi cucu ya ibadah. Orang satu masjid kecewa tapi tidak menggerutu juga ibadah. Justru kalau menggerutu itu yang merusak ibadah.
‘’Kiai tidak bisa ngaji. Berangkat Jumatan kok bawa cucu? Kira kira orang orang pada menggerutu tidak. Apalagi kalau cucunya nakal sekali. Kira kira orang-orang pada rebut tidak? Harusnya tak perlu ribut.
‘’Salat itu ibadah. Sabar terhadap anak kecil juga ibadah. Kenakalan (pencolotane) anak kecil juga ibadah.’’ Tapi khan bikin gaduh, Gus? Jadi tak bisa mendengarkan khutbah. Emang selama ini mendengarkan? Banyak omong. Ibadah kita jadi tidak khusuk. Kalaupun khusyuk pasti kamu tidur.
Menurut Gus Baha, jika anak-anak tidak boleh bermain di masjid, bagaimana jika mereka bermain di gardu? ‘’Logikanya masih baik mereka bermain di masjid. Dari pada main ke kelab atau gardu khan malah repot. Makannya jadi kiai itu bermodalkan ilmu. Jangan cuma semangat saja. Alasannya mengganggu kekhyusukan salat. Tidak usah begitu. Biasa saja. Kalau memang benar khusyuk terus ada anak kecil lewat, apakah hilang khusyuknya. Khan tidak. Anak kecil juga hamba Allah. Merekalah yang nanti meneruskan tauhid. Yang meneruskan ibadah. Yang dia lihat harus orang salat biar nanti dia juga ikut salat. Hentikan pikiran buruk terhadap anak kecil. Husnudzon sama Allah,’’ tegas Gus Baha.
Di Masjid Muhajirin, toleransi beragamanya sangat kuat. Jemaah membaur. Ketika jamaah Muhammadiyah usai salat delapan rakaat taraweh kemudian pulang, imam dengan santun mempersilahkan dan meminta jamaah yang masih lanjut untuk mengisi shaf. Anak-anak kecilnya banyak. Mereka anteng dan senang mengikuti ritual salat tarawih dengan indah. Bila semua masjid masih dipenuhi anak-anak kecil, yakinlah masa depan Islam pasti akan lebih gemilang.(*)